Who?

294 45 3
                                    

Vote 💚
.
.
.

Pagi telah tiba dan matahari mulai menampakan sinarnya, banyak kendaraan yang mulai berlalu lalang dengan klakson yang terus mengganggu pendengaran. Benar-benar bising.

Namun begitu kontras dengan keadaan rumah besar yang terasa sepi meski terdapat 7 makhluk tampan yang mendiaminya. 

Semenjak kejadian kemarin yang benar-benar tak disangka, mereka benar-benar kehilangan semangat untuk melakukan sesuatu

"Kenapa gue ngerasa ini kayak mimpi ya? " ujar Chenle yang disetujui oleh saudaranya yang lain

"Iya, gue juga ga nyangka semua ini terjadi. Padahal kasus kita sudah terjadi bertahun-tahun lalu, apa ga daluarsa itu kasusnya?" Mark

"Gue juga mikir gitu sih, tapi kira-kira siapa yang melaporkan  ayah dan bunda? " tanya Jeno

"Nah iya, pasti ada yang membuat laporan dan punya bukti terbaru soal percobaan pembunuhan yang ayah perintahkan ke bunda" Jaemin

"Apa dia adalah korban terbaru ayah? Siapa namanya itu, Yeri ya?" Haechan

"Tapi entah kenapa gue malah curiga sama Zena. Kalian tau sendiri kan kalau bukti itu hanya dimiliki oleh Zena?" Terka Chenle

Mereka semua nampak berfikir. Hal ini terdengar masuk akal , Zena memiliki dendam pada Johnny dan Ziu, Zena juga memiliki bukti kejahatan mereka tapi apa mungkin Zena tega melakukan hal itu?

"Bukannya Zena udah janji ga akan laporin kasus ini ke polisi?" Jaemin

"Tapi kita ga ada yang tau kan gimana niat asli dia?" Chenle

"Gini aja, sekarang kita coba cari pengacara untuk membantu meringankan hukuman ayah dan bunda. Kemudian diwaktu bersamaan kita cari si pelapor. Semoga saja dia mau mencabut tuntutannya" Mark

"Tapi, kita ga perlu melakukan ini. Ayah dan bunda memang harus menebus kesalahannya kan?" Renjun

"Maksud lo? Lo tega liat ayah sama bunda mendekam di penjara hah?" Haechan mulai bersitegang dengan Renjun

"Negara kita punya hukum. Siapa yang terbukti bersalah harus dihukum. Kita ga bisa berbuat semena-mena dan meruntuhkan sebuah keadilan. Hukum ada untuk mengatur perbuatan kita. " Renjun

"Ya iya sih Njun tapi setidaknya kita tetap perlu mencari pengacara untuk membantu meringankan hukuman yang akan diterima oleh ayah dan bunda. Tentang siapa pelapornya, kita pasti akan tau nanti saat sidang berlangsung ." Mark

Mereka semua merasa setuju dengan ide itu termasuk Renjun yang memilih berhenti berdebat sebelum kejadian kemarin malam kembali terulang.

"Ya udah sekarang kita masak dulu yuk" ajak Jaemin

Mereka semua pun mengangguk setuju dan segera beranjak untuk membantu memasak namun ada juga beberapa yang memilih untuk membereskan rumah.

Jaemin, Jeno dan Renjun mulai sibuk berkutat di dapur. Sedangkan Chenle, Haechan dan Mark telah mengambil berbagai alat kebersihan dan mulai membersihkan serta merapikan rumah besar tersebut

Mereka semua sesungguhnya benar-benar sedang dirundung kesedihan. Ketika orang yang kallian sayangi kini berstatus sebagai tersangka bukanlah hal yang mudah untuk diterima oleh perasaan. Namun mereka memilih untuk menutupi rasa sakit itu untuk saling menguatkan.

Bukan kata-kata motivasi lagi yang keluar dari mulut mereka bukan pula kata bijak yang dapat membuat hati menjadi tenang, tetapi yang mereka pilih adalah mencoba untuk tidak membuat panik satu sama lain. Meski saat dalam kesendirian, rasa sedih dan sakit itu kembali muncul untuk menyayat hati

Ya diam-diam, mereka menangisi kepergian kedua orang yang baru-baru ini mewarnai kisah kelam mereka selama ini.

'kalian benar benar hebat untuk berpura pura tegar ' ujar jisung di dalam hati .

Ia kini masih mematung di ruang tamu sembari menatap kakak-kakaknya yang tengah sibuk bekerja seolah tak terjadi apa apa. Akan tetapi sorot mata mereka tak dapat berbohong. Mereka benar-benar bersedih






💕💕💕







Zena telah mendengar kabar bahwa Johnny dan Ziu telah ditangkap pihak kepolisian. Berita ini disapaikan oleh Jaemin melalui chat whatsapp yang mungkin saja dilakukan diam-diam tanpa diketahui oleh saudaranya yang lain.

Kini Zena mulai menaruh curiga pada sang ayah. Bukankah ayahnya sangat membenci Johnny?

"Arrghh kenapa gue jadi ikutan repot dah. Kalau bukan karena The Dream gue juga ogah ngelakuin ini" ujar Zena sembari memakai jaket jeans miliknya

"Oke Zena, semangat !" Ujarnya sembari menyemangati diri di depan cermin.

Zena pun kini mulai melangkah pergi dengan sebuah kunci mobil di tangannya. Entah kemana tujuannya, tetapi Zena harus menyelesaikan semua ini. Entah mengapa juga, ia merasa perlu melakukan ini.

"Mau kemana Zena?" Tanya Jihyo yang kebetulan sedang menyiram tanaman. Padahal ini hari senin, Zena harusnya bersekolah kan?

"Mau ke rumah Chenle dulu ma. " jawab Zena sembari memanaskan mesin mobilnya

"Lho, ga sekolah kalian?"

"Engga ma, tanggal merah. Zena pamit ya ma." ucap Zena dengan terburu-buru. Tetapi tak lupa ia mencium punggung tangan ibunya

"Hati-hati ya"

Zena pun mengangguk sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Tak lama, ia pun segera berangkat menembus jalanan pagi di ibu kota untuk mencapai tempat yang ia tuju.

Jihyo segera masuk ke dalam rumah dan melihat ke sebuah kalender yang tertempel di dinding

"Lho, ga ada tanggal merah sekarang."

.
.
.
.
.

Vote nya ?

Udah pada baikan tuh dua anak ini :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah pada baikan tuh dua anak ini :v

EVERYTHING FOR YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang