Jadi begitu...

243 35 0
                                    

Vote dan komen dulu yuk !
.
.
.
.

Zena menghela nafas dan kembali melanjutkan ceritanya.
....

Setelah merekam semua , zena berniat untuk bertemu dengan sang ayah.

Namun baru saja ia hendak menaiki motor milik tukang ojek yang ia sewa seharian ini , netranya menatap sesosok jaemin yang tengah berlari di pinggir trotoar sembari mencoba melindungi kepalanya dari rintikan air hujan.

Gadis itu mengurungkan niatnya untuk pergi sekarang. Ia justru menatap jaemin dan arah pandangnya mengikuti kemana pria itu pergi .

"JAEMIN!"

Zena berteriak histeris ketika sebuah mobil melaju tak terkendali mendekati jaemin.

Pria itu tak melihat bahkan tak mendengar teriakan zena. Mereka yang berada disana tak kalah panik juga.

Semua terjadi begitu cepat. Tubuh jaemin terlempar dan mendarat cukup keras di atap mobil. Tak hanya sampai disana mobil pelaku tabrak lari ini justru menancap gasnya , membuat tubuh ringkih jaemin berguling dan mendarat dijalanan beraspal yang keras itu .

Darah mulai mengalir bersamaan dengan semakin derasnya air hujan.

Zena ? Tentu saja ia segera menghampiri jaemin dan menelphone polisi.

"pak , Tolong bantu saya mencari taksi dan mengangkat tubuh pria itu" ucap zena pada tukang ojek yang sedari tadi bersamanya.

...

Dan rumah sakit menjadi tempat jaemin kini berada. Zena yang telah mengurus semua administrasi segera melangkah pergi untuk menemui sang ayah.

Ini harus segera diselesaikan. Ketujuh pangeran itu sudah saatnya untuk bahagia. Dan zena berjanji untuk mewujudkannya.

Setelah kepergian zena , mark jeno dan renjun tiba di rumah sakit. Mereka segera mencari dimana jaemin berada setelah bertanya pada resepsionis.

....

Zena tiba di kediaman ayahnya. Ia berjalan tergesa untuk tiba disana.

Kebetulan daniel sedang menjemur pakaian . Entah mengapa malam-malam begini ayahnya justru sibuk menjemur baju. Padahal sudah tidak ada terik sinar mentari lagi.

"zena?" pria itu terkejut ketika melihat putrinya yang tiba-tiba berada disana. Tentu saja ia panik, bagaimana jika jaehyun tau? Maka tamatlah ketenangan keluarganya.

"ayo ikut aku pa"

"tapi kemana? "

"pergi dari neraka ini"

"maksud kamu apa zena? Sudah lebih baik kamu pulang ya"

"ga bisa pa, papa ga sadar apa kalau selama ini papa cuma dijadiin kambing hitam dan alat untuk membantu jaehyun?"

"kamu tau dia? Bilang pada ayah apa yang sudah ia perbuat padamu hah?"

"bukan ke aku. Tapi ke anak om johnny. Papa tau? Ia bahkan membuat mereka menderita pa. Anak-anak itu ga bersalah tapi om jaehyun dengan keegoisannya membuat mereka dalam kesulitan. "

"tapi itu demi keadilan zena "

"keadilan? Bahkan tante yeri dan anaknya masih memiliki om jaehyun untuk merawatnya. Sedangkan the dream? Mereka tidak punya siapapun sedari kecil. Dan papa tega membiarkan semua ini?"

"oh ayolah zena ini bukan urusan kita lagi"

"tapi papa yang udah ikut campur. Papa mau lepas dari om johnny tapi papa juga ikut dalam tindakan om jaehyun. Papa ga lebih dari seorang yang bangkit dari lubang kemudian jatuh di lubang yang sama. "

"ZENA!" bentak daniel pada putrinya

"pa, ikut zena atau tetap disini untuk menjadi babu?"

...

Kertas serta beberapa dokumen penting berserakan di lantai dengan zena dan daniel yang berada di sekitarannya.

"papa masih ga nyangka kalau papa bodoh banget" ujar daniel ditengah kesibukannya mencorat coret kertas

"bukan salah ayah. Manusia saja yang terlalu pandai menipu. " sahut zena .

Dan disinilah semua dimulai. Daniel membantu mempertemukan the dream dengan orang tuanya.

Sulit memang namun mereka akhirnya perlahan lahan berhasil.



......

" .....aduh capek banget gue cerita. Begitulah singkatnya " ucap Zena yang kini menenguk satu botol air mineral yang ia bawa sendiri

"Itu singkatnya? Inimah panjang banget ya ampe nyambung di chap ini" ucap Jeno yang ga penting sebenarnya.

"Tapi gimana caranya lo tau siapa ibu kita?" Renjun

"Hmm data bukti yang dulu gue masih ada salinannya. Ya meski fotocopyan. Selain itu tante Ziu juga banyak cerita "

"Lalu hasil tes DNA ayah?"

"Gampang aja sih. Gue ambil rambut ayah kalian pas diminta bantuin nyisirin. " jawab Zena santai

"Jadi om ini ayahnya Zena?" Jaemin yang berada di sebelah pria bermantel itu mulai bertanya

Pria itu mengangguk dan membuka masker yang sedari tadi menutupi wajahnya.

"Perkenalkan saya Daniel, ayah dari Zena."

"Saya Jaemin om"

"Calon mantunya." Chenle menimpali

Jaemin menatap tajam ke arah Chenle. Bisa-bisanya pria itu menggodanya disaat seperti ini.

"Saya minta maaf pada kalian. Jujur saja, saya hanya ingin Johnny dan Ziu mendapat hukuman atas pelanggaran hukum yang mereka lakukan . Hanya itu saja. Tapi saya tidak menyangka jika Jaehyun merembetkan masalah ini hingga pada kalian juga." sesal Daniel

"Tidak apa-apa om. Kami mengerti, siapapun pasti tidak akan bisa menerima apa yang sudah dilakukan oleh ayah." Haechan

"Kami juga berterima kasih, om dan Zena sudah sangat berjasa bagi kami. Tanpa kalian mungkin kami tidak akan bisa berjumpa dengan ibu kami. Sekali lagi terima kasih" Mark

Daniel tersenyum. Mereka ternyata anak-anak yang begitu baik. Ah ia rasanya begitu menyesal telah ikut membuat anak-anak ini kesulitan.

"Saya janji, saya akan mengungkapkan kejahatan Jaehyun " tekadnya

"Tidak perlu om. Kami sudah memaafkannya. Biarlah kami sekarang bahagia tanpa dendam dari diri maupun orang lain " Jaemin

"Idih sok bijak mentang-mentang depan camer" lagi-lagi Chenle berceletuk

Ijinkan Jaemin mencekek pria itu sekarang juga. Ia benar-benar malu akibat ucapan dari Chenle .

Dan Zena? Jangan ditanya lagi. Ia sudah komat kamit berdoa agar pulang nanti tidak di tanyai macam-macan oleh ayahnya .
.
.
.
.
.
.

Duh aduh.. Puncak konflik sebentar lagi ...

Jangan lupa vote dan komennya ya :)

EVERYTHING FOR YOU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang