.....
"mulai sekarang, dia ayah kamu, Arga"Ha? Engga engga! Ini terlalu cepat! Bukan begini kisahnya,
.
.
."Arga putra Damanik" lengkap, wali kelas memanggil nama itu tanpa ada yang kurang, namun yang di panggil tak menunjukkan diri.
Sang wali kelas mendongak, matanya melirik kearah barisan belakang, dan menangkap Arga yang sedang menundukkan wajahnya, Bu Ami berdecak,
apalagi yang dilakukan anak ini kalau bukan main hp. Gumam Bu Ami.Lalu ancang-ancang mengeluarkan nada tujuh oktaf, yang siap memekakkan telinga
"Argaaaaaaaaaaaaaaaa!"Barulah yang empunya nama, mendongak menatap gurunya sembari sigap memasukkan ponsel itu kembali ke ujung laci mejanya.
"Letak disini hp kamu!" Perintah Bu Ami.
Arga menggelengkan kepalanya, "saya ga bawa hp Bu!"
"Ngeles, sini hp kamu!!!" Ujar Bu Ani setengah berteriak.
Samar samar Arga mendengar teman-temannya berbisik,
"kasih aja ga, nanti jadi masalah"
"Ga, Uda diam aja, ntar juga kelar!"Arga membangkitkan tubuhnya, "demi tuhan, saya ga ada bawa hp Bu!"
Bu Ami juga ikut membangkitkan tubuhnya, lalu sepertinya nasib sial tak tertuju pada Arga saja, melainkan ke seluruh teman sekelasnya, karna,
"Oke, saya razia hp sekarang! Kalian silahkan keluar sebentar!"
Semua murid tercengang mendengar itu, mereka serempak menekuk wajah juga melempar tatapan sinis ke arah Arga dan satu persatu mulai mengosongkan meja, Bu Ami mulai mendekat ke barisan pertama hingga seterusnya, sampai akhirnya beberapa hp berhasil disita.
Kecuali milik Arga yang ia sembunyikan di balik kaos kakinya
Bukan melanjutkan pelajaran, Bu Ami memberikan nasehat kepada mereka semua, hingga waktu jam pelajarannya selesai.
"Bagi yang mau hp nya kembali, suruh orang tua kalian jumpai ibu di kantor!" Ujar Bu Ami sebelum meninggalkan kelas.
Suasana kelas riuh, semua mendengus kesal, gara gara satu orang semua kena imbasnya, maka tak heran jika tak ada satupun murid yang mau berteman dengannya, selain trouble maker, Arga juga terkenal paling bodoh dan malas dikelasnya.
Kecuali Jaya, hanya dia teman Arga disekolah itu, yang mau mengajak ke kantin atau sekedar menyapanya, di pikir-pikir mereka mempunyai kesamaan; sama sama kelas 12, tapi beda kelas, sama sama suka bolos dan merek rokok yang sama.
Semua sama, bahkan kapasitas otak pun sama, sama-sama bodoh.
Ya mungkin Arga tertolong dengan wajah tampannya, tajir keluarganya, berbanding terbalik dengan jaya yang gendut, dan wajah pas-pasan, tapi setidaknya dia tak malas seperti Arga, yang selama seminggu bisa dihitung berapa kali masuk sekolah.
Seperti sekarang, hanya jaya yang mengajaknya ke kantin di jam istirahat,
"Gue bingung, biasanya anak Badung itu pintar pintar, lah elu, uda badung, pemalas eh bodoh lagi, lengkap penderitaan Lo, Ga!""Jaga mulut Lo ya!" Arga mendelik ke Jaya.
"Lah fakta no tipu-tipu!"
"Diem anj, ngaca lu!" Tukas Arga yang wajahnya seperti tak bersahabat setiap kali di ajak kekantin.
Arga itu sukanya hening, keramaian membuatnya susah untuk fokus, apalagi berdesak-desakan, bisa-bisa Arga jatuh pingsan karna tak tahan dengan grasak-grusuk banyak orang, yang menjadikan suasana kantin begitu pengap.
Arga langsung membalikkan badannya, padahal sudah di bibir kantin, tinggal masuk, pesan makan lalu duduk, selesai, nyatanya itu gampang diucapkan namun susah untuk Arga lakukan.
" Etdah ngapa balik si, ayo makan gue laper.."
"Makan sendiri aja lu, gue nitip siomay aja udah!" Tukasnya dan mempercepat langkahnya, sedangkan Jaya memilih lanjut kedalam kantin, karena cacing di perutnya sedari tadi unjuk rasa.
.
.
.
Hai hai ini new story dari author, semoga kalian suka ya, jangan lupa tinggalkan jejak ya, karena itu ngaruh ke author biar semakin semangat up ceritanya.Kyaaaa kyut benget Arga....
note: buat semua Readers, author ga tau kenapa chapter nya ga berurutan, Uda di perbaiki juga gitu, alhasil author unpublish terus author publish lagi, semoga menikmati ceritanya walaupun chpternya kek gitu ya🙏🙏🙏🙏😔😔
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP FATHER
Novela Juvenil"Bagaimana perasaan mu, jika kau mencintai ayah mu sendiri?" Arga si trouble maker itu hampir dikeluarkan dari sekolah gara gara tingkahnya, dan terancam tak lulus gara gara nilainya yang dibawah rata-rata, tapi guru sejarah nan baik hati membantu A...