Sebuah sandiwara

580 14 0
                                    

Reyhan tersenyum dan menyetujui saran dari Nadine. Mereka terpaksa melakukan itu jika tidak, fasilitas Reyhan tidak akan pernah kembali.

Rizky kini duduk di samping ranjang Aira. Tangan nya terus menggenggam tangan Aira. Air mata nya juga tak henti henti nya menangis.

"Sadar donk dek hiks sadar, Abang kangen kamu," ucap nya sambil terus mengelus tangan Aira.

David berjalan ke arah Rizky. Ia mencoba menguatkan Rizky meskipun dirinya sendiri lemah.

David menepuk pundak Rizky pelan. "Ky, kita berdoa aja ya,"

"Ta--tapi Vid, gua gx tega liat Aira kaya gini,"

"Lo pikir cuma Lo yang gx tega? Sama gue juga bahkan yang lain pun lemah liat Aira yang koma tapi kita tetep harus kuat hiks,"

"Cepet sadar dek, kita semua kangen sama kamu." monolog Rizky.

*

Reyhan menghentikan motornya tepat di depan rumahnya. Ia kemudian turun dari motor dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Cklek

Pintu pun terbuka. Di lihat nya Arya sedang duduk sambil membaca koran. Arya yang sadar atas kehadiran Reyhan pun langsung menyimpan koran nya.

"Darimana kamu?" tanya Arya dingin.

"Ketemu Nadine,"

Arya mengerutkan dahi. "Ketemu Nadine?"

"Iya, sesuai kemauan papah aku tadi putusin Nadine dan sekarang aku akan coba untuk serius sama Aira." jelas nya panjang lebar.

"Bagus kalau kamu putusin Nadine, tapi tetap saja fasilitas kamu akan papah kembalikan setelah kamu benar benar berubah terlebih jika Aira sudah memaafkan kamu."

Reyhan menghela nafasnya. Mau tidak mau ia harus mengiyakan perkataan papah nya demi fasilitas nya. Jujur saja ia merasa tidak bisa hidup tanpa fasilitas nya tanpa hp, motor kesayangan nya dan lain lain.

Reyhan kemudian pamit untuk pergi ke kamar. "Reyhan bakal berubah, Reyhan ke kamar dulu."

Meskipun Reyhan telah mengatakan ia akan berubah, tetap saja Arya tidak percaya begitu saja dengan apa yang Reyhan katakan. Arya mengirim pesan pada Ervan untuk selalu mengawasi gerak-gerik Reyhan.

*

Reyhan merebahkan tubuh nya di atas kasur berukuran king size. Pikiran nya melayang pada dua gadis yaitu Aira dan Nadine. Jujur saja Reyhan bingung untuk memilih, antara Nadine dan Aira. Reyhan sangat menyayangi Nadine, namun Aira telah menyelamatkan nyawa nya.

"Aargh kalau kaya gini terus bisa gila gue," Reyhan memutuskan untuk tidur karna kepala nya mulai pusing.

Reyhan dan Ervan kini sedang berada di rumah sakit tepat nya di ruang ICU tempat dimana Aira di rawat. Di sana sudah banyak teman teman Aira serta Abang nya yang senantiasa menunggu perkembangan Aira.

Reyhan melangkahkan kakinya mendekat ke arah Aira. Ia mengelus lembut tangan kekasih nya sesekali ia mencium nya.

"B--bangun sayang, aku datang untuk menebus semua kesalahanku, ayo bangun kita perbaiki semua nya hiks." Reyhan terus mengelus tangan Aira.

Saat Reyhan sedang memegang tangan kekasih nya, tiba tiba saja jari jari Aira bergerak. Itu membuat Reyhan menghapus air matanya.

"Viiid Daviiid jari Aira bergerak," teriak Reyhan.

David yang tengah terlelap tidur pun terlonjak kaget. Ia langsung berjalan ke arah Aira dan Reyhan.

Aira membuka matanya dan menatap satu persatu orang yang ada di ruangan itu. Tatapan nya kemudian beralih pada orang yang sangat ia sayang yaitu Reyhan.

Aira's diary [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang