Aira mengambil buku diary nya yang ia simpan di dalam laci nakas. Tangan nya kini sudah mulai menari nari di atas kertas putih setelah itu ia menyimpan nya kembali ke dalam laci nakas dan senyumnya pun merekah indah di bibirnya.
Setelah menulis diary, Aira turun ke bawah untuk menyeduh coklat hangat. Rasanya ingin sekali meminum coklat hangat dan bersantai di sore hari.
Aira berjalan melewati Abang Abang nya yang sedang berkumpul di ruang tengah. David yang melihat Aira langsung memberhentikan nya. "Deek mau kemana??" tanya David sambil teriak.
"Mau bikin coklat hangat knpa emang???" tanya Aira pada David.
"Kita juga mau kali dek,, buatin juga yaa." pinta David sambil memasang puppy eyes
"Bikin ndiri lah bye bye." Aira melanjutkan langkahnya namun lagi lagi terhenti karena David.
"Abang bilangin ke Reyhan nih." ucapan David membuat Aira kesal
"Iya iya di buatin heuh, beraninya ngadu dasar Abang kampret." ucap nya kesal lalu pergi ke dapur tak mempedulikan teriakan David.
Tak butuh waktu lama untuk membuat coklat hangat. Karna sekarang pun ia sudah selesai membuatnya. Aira menyimpan semua cangkir di atas nampan lalu mengantarkan nya ke ruang tengah untuk di berikan pada David maupun yang lain.
Aira berjalan dengan hati hati sampai akhirnya tiba di depan sebuah meja. Ia menyimpan nampan tersebut di atas meja dan langsung menyodorkan cangkir cangkir tersebut kepada Abang Abang nya.
"Nih bang, coklat nya Aira ke teras belakang dulu." ucap Aira lalu pergi ke teras belakang.
Aira berjalan ke arah teras belakang. Disana ada sebuah kursi dan meja untuk bersantai. Aira melangkahkan kakinya ke arah kursi tersebut dan menjatuhkan badannya di atas kursi tersebut. Baru saja Aira menduduki kursi tersebut sekarang ia berdiri kembali di karenakan ingin mengambil buku. Ya inilah Aira tak bisa hidup tanpa buku. Aira kembali ke dalam untung mengambil sebuah buku. Bagas yang melihat Aira kembali ke dalam pun bertanya.
"Kok balik lagi dek?" tanya Bagas bingung.
"Mau ngambil buku bang,, gx enak klo gx ada buku tuh." jawab Aira lalu melanjutkan langkahnya ke kamar.
Di tempat lain ada Reyhan yang sedari tadi fokus menghafal surah Ar Rahman seperti yang di perintahkan oleh Daffa. Ervan masuk ke dalam kamar Reyhan.
Cklek
Suara pintu terbuka. Ervan berjalan ke arah Reyhan yang duduk di sofa. Sedangkan Ervan duduk di pinggir kasur. Ervan tersenyum pada Reyhan yang sedang fokus menghafal surah Ar Rahman.
Ervan berdeham. "Ekhm yang lagi fokus ngafalin ciee." Ervan menggoda Reyhan membuatnya kaget atas kehadiran kakaknya itu.
"Lo? Kapan masuknya?" Reyhan menutup Al Qur'an kecilnya.
"Barusan," jawab Ervan lalu mengambil gitar Reyhan.
"Bang,, gue bingung deh dari tadi coba ngafalin gx bisa bisa apa yg salah ya bang??" tanya Reyhan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Ervan tersenyum pada Reyhan. "Lo mau cepet hafal???" tanya Ervan sambil menaikkan alisnya.
"Mau banget." Reyhan menatap lekat kakaknya.
"Lo harus hafalin dengan hati yang ikhlas Insya Allah Lo bakal hafal dengan cepat." saran Ervan sedangkan Reyhan hanya mengangguk anggukan kepala
"Ok deh bang gue coba." ucap Reyhan lalu menghela nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira's diary [Lengkap]
Teen Fiction"Salah gua apa sama lu Rey??? Knpa lu tega jadiin gua sebagai pelampiasan??? Gua tulus sayang sama lu,, gua cinta sama lu tapi knpa lu sakitin hati gua??? Sampai kapan lu giniin gua??? Kapan lu bisa tulus sayang sama gua? Oh iya gua tau lu bakal say...