Perasaan yang aneh

822 20 14
                                    

Tanpa aba aba, Aira langsung mengambil pecahan mangkuk tersebut. Mendengar suara mangkuk pecah, Ervan yang tadinya sedang menonton TV pun segera menghampiri Aira dan Reyhan.

Ervan melihat Aira sedang mengambil pecahan mangkuk sambil menangis. Pandangan Ervan kini beralih pada Reyhan yang sedang duduk bersandar di dinding kasur dengan acuhnya.

Ervan berjalan ke arah Reyhan. Ia duduk di tepi ranjang dengan tatapan yang penuh amarah.

"Kenapa Lo pecahin mangkok nya??" ucap nya dengan amarah yang sebentar lagi meledak.

"Dia itu budeg! Gua udah bilang gx mau makan tapi malah terus di paksa paham?" ucap Reyhan.

Kini Ervan sudah tak bisa lagi menahan amarah. Ervan bangun dari duduk nya. Sekarang ia sudah siap untuk melayangkan pukulan pada Reyhan. Namun lagi dan lagi Aira menahannya.

"Bang Ervan, udah kasian Reyhan nya." ucap Aira sambil menahan Ervan agar tidak memukul Reyhan.

"Dek, dia udah nyakitin kamu tapi kenapa kamu masih bela dia?" tanya Ervan pada Aira.

"Gpp bang, kasian Reyhan lagi sakit," jawab Aira lalu tersenyum.

Ervan pun menuruti ucapan Aira. Jika tidak karna Aira, mungkin ia sudah memukul Reyhan.

Ervan kemudian membuang pecahan mangkuk tersebut. Reyhan menatap sinis Aira.

"Lo gx usah caper deh, mau Lo peduli sama gua, tetep aja gua gx akan sayang sama lo paham?" ucap Reyhan sambil memalingkan wajahnya.

Aira yang mendengarkan ucapan Reyhan pun tersenyum. Ia tak mempedulikan omongan Reyhan barusan. Ia hanya sibuk beres beres di kamar Reyhan.

Jujur saja Reyhan merasa kesal karena omongan nya tidak di tanggapi oleh Aira.

"Heh! Lo tuh beneran budeg ya? Gua dari tadi ngomong tapi gx di ladenin." sewot Reyhan.

Aira melirik ke arah Reyhan sejenak. Ia tersenyum pada Reyhan lalu menggelengkan kepalanya. Aira kembali membereskan kamar Reyhan.

Setelah rapih, Aira keluar dari kamar Reyhan. Ia berjalan menemui Ervan yang sedang membaca buku di sofa. Aira mengajak Ervan untuk masak.

Masakan ala chef Aira dan Ervan kini telah siap dihidangkan. Ervan sangat bahagia saat Aira mengajari nya masak.

Aira berjalan kembali ke kamar Reyhan sambil membawa makanan. Ia meminta Ervan untuk membuka pintu kamar Reyhan. Di lihatnya Reyhan yang sedang duduk. Reyhan menoleh ke arah Aira dengan tatapan sinis nya.

Aira berjalan ke arah Reyhan lalu duduk di tepi ranjang tempat tidurnya. "Ayo makan!" ucap Aira dengan tegas.

"Gua harus bilang berapa kali hah? Gua gx mau mak--"

Belum saja Reyhan menyelesaikan omongan nya, Aira sudah memasukkan sesuap bubur ke dalam mulut Reyhan dan itu membuat Reyhan mau tidak mau mengunyah dan menelan bubur itu.

Enak. Itulah yang Reyhan rasakan saat memakan bubur buatan Aira. Ia tak menyangka bahwa Aira bisa memasak.

Aira terus menyuapi Reyhan hingga bubur itu tinggal sedikit. Pada saat Aira ingin menyuapi Reyhan, tiba tiba saja Reyhan meminta nya untuk berhenti. Seperti nya Reyhan merasa kenyang.

Aira menuruti permintaan Reyhan. Ia bangkit berdiri dan berjalan keluar kamar Reyhan untuk menyimpan piring. Setelah menyimpan piring, Aira kembali ke kamar Reyhan. Ia meminta Reyhan untuk meminum obat.

Aira tersenyum karna lagi dan lagi Aira lah yang menang. Sekarang Aira menyuruh Reyhan untuk beristirahat.

*

Aira's diary [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang