Aira segera menghabiskan makan nya dan kembali ke kamar nya. Disini, tepat di balkon kamar Aira duduk termenung. Ia memikirkan Ridho. Bayang bayang wajahnya masih terus mengelilingi otaknya.
Air matanya kini sudah tak terbendung lagi. Rasanya sedikit sakit saat mengetahui Ridho menyukainya namun hatinya menyukai Reyhan.
"Ma--maafin dek Rara mas hiks hiks hiks maafin dek Rara gx bisa bohongin perasaan dek Rara sendiri. Maaf," Aira masuk ke dalam kamarnya kembali.
Pada malam harinya, Aira kembali duduk di balkon dengan di temani segelas coklat panas membuat dirinya sedikit rileks.
Daffa yang sedari tadi tak melihat Aira, langsung pergi ke kamar adiknya. Daffa membuka kamar adiknya namun Aira tak ada di kamar. Ia tau dimana adiknya berada maka dari itu, Daffa langsung pergi ke balkon dan benar saja adiknya sedang sedang duduk sambil merenung.
Daffa duduk di samping adiknya dan menyadarkan Aira dari lamunannya. "Dek." panggil Daffa membuat Aira menoleh ke arah nya.
"Eh bang, sejak kapan Abang disini??" tanya Aira yang berusaha untuk senyum.
"Barusan aja, Ade kenapa? Sini cerita sama Abang" Daffa menyelipkan rambut adiknya ke sela sela telinga.
"Ta--tadi Ade ke danau karna mau ketemu Mas Idho, disana kita bicarain baik baik ta--tapi ada sedikit rasa kecewa di hati Ade ke--kenapa Mas Idho ungkapin rasa setelah Ade suka sama Reyhan??" ucap Aira dengan air mata yang berlinang
"Huft... Sabar ya sayang yang mana nya hati gx ada yang tau Ade gx boleh sedih lagi ntar Abang ikut sedih" ucap Daffa menghapus air mata adiknya.
Senyum Aira sedikit demi sedikit berkembang di kedua sudut bibirnya. Ia tak ingin jika best brother nya sedih.
"Iya bang Ade gx sedih kok," ucap Aira menampilkan senyuman manis nya.
"Gitu dong, udah malem nih Ade tidur yaa." perintah Daffa.
Aira dan Daffa pun bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar. Daffa kemudian pamit untuk keluar dari kamar Aira.
"Yaudah Abang keluar ya sayang good night peri kecil Abang." Daffa mengelus rambut Aira dengan lembut lalu keluar.
"Night too best brother nya Ade," jawab Aira namun masih bisa di dengar oleh Daffa.
Rasa kantuk pun sudah menghampiri kedua mata Aira namun, seperti ada yang kurang jika ia tak menulis diary terlebih dahulu.
Aira mengambil buku diary nya di dalam laci nakas kemudian berjalan ke arah meja belajar nya dan mulai menuliskan isi hatinya. Setelah selesai, Aira kembali ke tempat tidurnya sebelumnya Aira menyimpan buku diary nya terlebih dahulu setelah itu ia tidur.
Berbeda dengan Aira yang tengah terlelap tidur, di kamar yang didominasi warna putih abu abu terdapat seorang pria yang sedang merenung sambil memegang gitar. Dia adalah Ridho. Sejak beberapa jam yang lalu Ridho merenungi Aira. Penyesalan nya tak ada arti, tak bisa mengubah perasaaan Aira untuk menyukai nya kembali.
"Aaaargh ... Gua benci perasaan ini!" teriaknya dengan air mata yang mengalir deras.
Ridho bangkit berdiri dan mulai melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia akan membuat secangkir coklat hangat.
Kini coklat hangat telah siap untuk di nikmati. Ridho membawa coklat hangat itu ke balkon.
Ridho memutuskan untuk bernyanyi sambil bermain gitar.
Reza Pahlevi
"Senja"Seperti pelangi indah berwarna warni
Datang sebentar dan lalu pergi
Kau ibarat senja
Datang hanya sesaat karna malam tlah merampasnya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira's diary [Lengkap]
Teen Fiction"Salah gua apa sama lu Rey??? Knpa lu tega jadiin gua sebagai pelampiasan??? Gua tulus sayang sama lu,, gua cinta sama lu tapi knpa lu sakitin hati gua??? Sampai kapan lu giniin gua??? Kapan lu bisa tulus sayang sama gua? Oh iya gua tau lu bakal say...