Kecemburuan Nadine

275 12 3
                                    

Mereka semua masuk ke dalam menuruti perintah dari Tante Lia. Di dalam sudah di sediakan berbagai macam makanan.

"Kamu mau makan apa?" tanya Reyhan ketika sudah berada di ruang makan.

"Mmm apa ya? Gx mau makan deh,"

Mendengar ucapan Aira, Reyhan reflek menyentil telinga Aira. "Harus makan!! Pokok nya harus! Kamu mau makan apa?"

"Iih gx usah sambil nyentil juga Reyhan! Yaudah iya aku makan, mau sama ikan gurame goreng." Aira mengerucutkan bibirnya kesal dengan ulah Reyhan.

Reyhan terkekeh melihat Aira yang kesal. Ia kemudian mulai menyuapi Aira. Banyak yang diam diam memperhatikan mereka berdua.

Seandainya saja Reyhan melakukan ini dengan sungguh sungguh pasti mereka akan jauh lebih bahagia.

*

Hari sudah mulai sore, kedua orang tua Reyhan pamit untuk pulang. Begitu pun dengan teman temannya.

Kini hanya tersisa teman teman Reyhan yang masih berada di rumah Aira. Ntah mengapa, Aira ingin sekali mengunjungi makam Daffa dan ayah nya.

Aira yang sedang berada di kamar pun turun menemui Abang nya.

"Baaaang," teriaknya sambil terus berjalan.

"Gx usah teriak ya pinter," ucap David geram.

"Maaf bang, oh ya Ade mau ke makam bang Def dan ayah yaa."

David nampak berfikir sampai akhirnya ia mengizinkan. "Ok, tapi di antar bang Aldo ya,"

"Ok siap."

Aira dan Aldo sekarang sedang berada di perjalanan. Sesekali Aldo melirik ke arah Aira yang tampak bahagia.

Tidak butuh waktu lama, mereka berdua sampai di makam Aryo dan Daffa. Mereka berdua berjalan ke arah makam.

Sesampainya disana, Aira langsung membersihkan dedaunan yang ada di area makam. Setelah itu, mereka mulai mengirimkan doa.

"Bang Daffa, ayah, maaf ya Aira jarang ke sini. Aira kangen sama kalian hiks harapan Aira masih sama Aira mau kumpul sama kalian lagi,"

Hati Aldo mencelus saat mendengar racauan Aira. Ia paham bahwa Aira sebenarnya rapuh.

Aldo ikut berjongkok lalu mengelus punggung Aira. "Jangan sedih ya sayang, suatu saat Ade pasti bakal kumpul lagi kok."

Aira menatap lekat Aldo. Ia kemudian memeluk Aldo dengan erat. "Aira mau nya sekarang bang, Aira cape hiks."

"Jangan nangis dek, Abang mohon jangan nangis,"

Aira melepaskan pelukan nya. Ia menatap Aldo. Ternyata Abang nya juga ikut menangis. Aira terkekeh saat melihat Aldo yang di kenal tegar kini ikut menangis.

"Bang Aldo lucu," ledek nya.

"Iih Ade apaan sih, udah yuk pulang udah mau magrib nih." ajak Aldo.

Aira mengangguk. "Ayo bang,"

*

Aira dan Aldo kini sudah sampai di rumah. Aira berjalan masuk ke dalam rumah namun baru satu langkah Aira masuk, ia di kagetkan dengan keadaan rumah yang seperti kapal pecah.

"Bang Daviiid ... Kenapa berantakan kek giniii heuh!" teriaknya membuat semua yang ada disitu terlonjak kaget.

David dan yang lain menundukkan kepala. Jujur saja mereka takut jika Aira sudah marah seperti ini. Terakhir kali Aira marah pada saat masih ada Daffa.

Aira's diary [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang