MENGGODA BEN

4.3K 659 1
                                    

Aku baru saja selesai sarapan pagi, setelah bangun dari tidur aku tidak menemukan pria itu dimanapun, kata Em dia sedang ada rapat dikantor pagi ini.

Aku sekarang duduk disamping Ben. Hari ini hari libur jadi dia tidak bersekolah. Kami sedang duduk sembari memegang mainan di tangan masing-masing.

"Ben apa kau suka bermain denganku?" tanyaku sembari menatap Ben.

Ben mengangguk, walaupun dia tidak melihatku. Karena dia tengah mencoba menyusun kastil dengan balok kayu kecil. Aku kemudian mendapatkan ide, aku berbalik mencari sesuatu di keranjang mainanku kemudian menarik sebuah kotak berisi sisir dan alat lainnya.

"Ben kemarilah aku akan merubahmu menjadi seorang pangeran" kataku.

Ben mendekat, dan aku tersenyum senang. Ayo kita buka salon dadakan seperti ini. Aku mengeluarkan semua peralatan dari tas kecil itu. Petama-tama ayo sisir rambut Ben yang lumayan panjang itu. Ben selalu menyisir rambutnya kebelakang dan hal itu membuat jidatnya terlihat dengan jelas.

Kali ini aku akan membuat dirinya menjadi pria korea tampan yang biasanya menari diatas panggung. Ben menutup matanya menerima semua perlakuan dari ku. Dia cukup tenang dan aku menyukainya, tidak rewel seperti kebanyakan anak laki-laki lainnya.

"Selesai!" sorakku senang. Aku menyerahkan kaca padanya dan tersenyum puas melihat tampilan Ben yang terlihat sangat berbeda.

Dia memakai mahkota di kepalanya dengan rambut sedikit acak-acakan yang menutupi keningnya. Sebuah stiker love dan beberapa manik-manik kecil yang menghiasi wajahnya.

Jujur saja Ben sekarang sangat tampan, tidak ada yang menyangka kalau dia anak seorang pelayan pastinya. Ben terlihat takjub dengan perubahannya dan aku tersenyum bangga melihatnya.

"Sekarang Ben sudah menjadi pangeran,, apakah Ben masih mau bermain dengan rakyat jelata seperti Cell?" tanyaku.

Ben segera meletakkan kaca ditangannya dan beralih menatapku. Dia mendekat sembari mengangguk, walaupun irit bicara dia cukup baik dalam merespon perkataanku. Ben mencari sesuatu lagi di keranjang mainan dia menemukan mahkota dan memakaikannya diatas kepalaku.

Aku sedikit terkejut dia melakukan itu, Ben tersenyum dan dia membenarkan rambut panjangku yang sedikit berantakan.

"Sekarang kau menjadi seorang putri" katanya.

Entah mengapa aku tersenyum senang, ada sesuatu yang membuatku tah tahan mengeluarkan senyuman. Ben ikut tersenyum melihatku tersenyum kearahnya.

"Apa kita bisa menikah?" tanyaku.

Ben menatapku dengan wajah bingung, tentu saja. Dia masih kecil tidak akan mengetahui apa itu pernikahan.

"Apa kau tidak mau menikah dengan ku Ben? Apa aku tidak cantik?" tanyaku.

Ben menggeleng, dia kemudian kembali duduk di depanku.

"Ah kau sangat tampan mana mungkin mau dengan Cell yang jelek ini" kataku dengan wajah sedih.

"Tidak, aku tidak mengatakan bahwa aku tidak mau menikahimu" kata Ben.

Aku menaikan sebelah alisku kemudian mendekat pada Ben. Menatap wajahnya dari dekat, terlihat dia memalingkan wajahnya kearah lain.

"Ben sangat lucu!" kataku.

"Juga tampan!" tambahku lagi, dia tersenyum kaku sembari mencoba mundur. Aku melihat dengan jelas kedua pipinya yang memerah, sangat mengemaskan.

"Ayo menikah kalau kita sudah besar" kataku lagi. Ayolah dia satu-satunya harapanku, Ben terdiam dia kembali menatapku yang masih setia menatapnya dengan wajah polos.

Ben mengangguk, itu membuatku sedikit terkejut. Kemudian dia kembali membuat kastil. Aku menghela nafas, bagaimanapun kami masih anak kecil dan percakapan ini pasti akan dilupakan begitu saja. Padahal aku berharap kalau Ben akan meresponnya suatu saat nanti.

Mengingat kehidupan Cell yang sangat tragis, walaupun ayahnya sudah sedikit melembut tetapi dia masih harus berusaha untuk mendapatkan hatinya. Ini baru awal usahanya untuk merubah takdir Cell belum lagi saat ia remaja, saat semuanya dimulai. Pertemuannya dengan sang tokoh utama.

"Kenapa Cell sedih?" tanya Ben tiba-tiba, membuatku kembali tersadar dan segera mengeleng.

"Kita akan menikah, tenang saja" katanya.

Wow,,, aku menatapnya tak percaya namun lagi-lagi aku tertampar oleh kenyataan dan aku hanya bisa mengangguk sembari tersenyum.

"Ben bagaimana jika kau menjadi jahat?" tanyaku.

"Aku akan berubah menjadi baik"

Aku mengangguk tentu saja, dia pasti akan mengatakan hal itu. Lama terdiam aku kembali bersuara.

"Ben"

Ben kemudian menatapku menunggu perkataanku selanjutnya.

"Apa kau akan tetap menikahiku jika aku adalah orang jahat?"

Ah sudahlah...hentikan pembicaraan ini, dia pasti tidak akan menikahiku. Anak kecil memang tidak ingin ambil pusing bukan?. Percuma saja, sudahlah Daisy hidupmu ditakdirkan untuk melajang seumur hidup.

"Aku akan tetap menikahimu, dan merubahmu menjadi baik"

Baru saja aku akan berdiri dia kembali bersuara dan membuatku kembali duduk. Apa anak kecil ini serius? Melihat tatapannya yang serius membuatku sedikit senang. Ya anggap saja dia akan mengingatnya dalam 12 tahun yang akan datang.

Kami berdua kembali bermain seperti biasa melupakan pembicaraan tadi. Sebenarnya aku sangat berharap dia akan mengingatnya saat dewasa nanti. Namun kembali mengingat isi novelnya aku kembali merasa putus asa. Ben akan pergi dan tidak akan pernah kembali suatu hari nanti. Dan sayangnya hari itu akan datang secepatnya.

"Ben" panggilku lagi.

"Berjanjilah jangan lupakan aku kalau kau pergi suatu hari nanti" kataku.

Ben mengangguk, aku mengangkat jari kelingkingku kedepan wajahnya. Ben mengangkat sebelah tangannya dan menautkan jari kelingkingnya.

"Janji" katanya. Aku tersenyum, ya berdoa saja dia tidak akan lupa.

"Kenapa Cell berkata seperti itu?" tanyanya.

Aku menggeleng sembari mengangkat bonekaku tinggi-tinggi.

"Aku mempunyai bakat meramal asal kau tau, dan aku melihat kau akan pergi jauh dari ku dan tidak akan bermain lagi denganku. Mungkin kau akan melupakanku" kataku panjang lebar tanpa melihat kearahnya.

"Tidak akan pernah" katanya.

"Baguslah"

Aku berguling keatas tikar dan memeluk bonekaku dengan erat. Mencoba menutup mataku, menjadi anak kecil sangat melelahkan. Atau memang daya tahan tubuhnya yang sangat lemah?.

Semilir angin membuatku dengan perlahan menutup mata. Dalam keadaan setengah sadar aku melihat Ben duduk di depanku. Dia mengangkat kepalaku dan meletakkannya di pangkuannya.

Ben mengelus rambutku pelan sembari mengipasi ku. Oke dia sangat gentleman bukan?. Bagaimana saat dia dewasa nanti? Pasti banyak wanita yang akan jatuh hati padanya, walaupun dia irit bicara. Ya pria tampan yang disukai banyak wanita memang irit bicara bukan.

"Aku tidak akan melupakan Cell"

Aku mendengar perkataannya walaupun mataku sudah tertutup. Dan akhirnya aku masuk kedalam alam mimpiku.

ALSTROEMERIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang