RENCANA PERTAMA

4.7K 688 24
                                    

Kini aku sedang duduk manis di meja makan sembari menikmati makan malamku. Seharian aku bermain dengan Ben dan itu lumayan membuatku kelelahan. Sebenarnya aku yang memaksa anak itu untuk ikut bermain. Aku tau dia pastinya juga kelelahan bukan. Dia anak tunggal, ayahnya bekerja sebagai supir pribadi tuan Gael dan Ibunya mengurusku, aku yakin dia pasti sangat kesepian.

Aku memakan makan malam sembari mencuri-curi pandang pada lelaki yang duduk di sebrang jauh dari ku. Dia ayahku kawan-kawan.. Perkenalkan tuan Gael yang sangat tampan. Tidak dipungkiri dia sangat amat tampan, hei jiwaku yang berusia 17 tahun kini meronta-ronta. Ingat dia menikah muda dan sekarang usianya baru menginjak 25 tahun!.

Baiklah sekarang panggil dia dengan sebutan ayah. Ayahku ini sangat tampan walaupun dia cenderung dingin. Di novel juga dikisahkan seperti itu. Jadi wajar saja kalau sekarang sangat hening dan suasananya sedikit mencengkam.

Setelah melihat secara langsung dengan kedua mataku bagaimana rupa tuan Gael ini hatiku sedikit goyah. Apakah aku bisa menjadikannya dari ayah yang tak berperasaan pada putrinya tentunya, menjadi ayah yang sangat menyayangi putrinya?.

Mari kita coba saja, seperti kata orang-orang kita perlu percaya diri dulu masalah berhasil atau tidak itu menjadi urusan di belakang. Lagi pula aku berumur 5 tahun seharusnya tidak ada kata malu di dalam kamusku.

Setelah makan malam selesai dia langsung pergi begitu saja. Aku menatap tak percaya pada pria tampan itu. Bagaimana bisa dia mengacuhkan gadis yang menggemaskan seperti diriku ini?!. Ben saja sampai memerah menahan malu saat aku bilang dia tampan!.

Oke ayo kita ikuti dia. Aku segera turun dari kursi dan mengikuti pria itu dengan langkah cepat walaupun dengan kedua kaki yang mungil ini.

"Ayah"

Akhirnya aku memberanikan diri untuk memanggilnya ayah. Dan terlihat ia berhenti dan segera berbalik menatapku dengan tatapan tajam.

Aku berhenti beberapa langkah di depannya, aku merentangkan kedua tangan dengan senyuman manis di wajahku. Ayolah dia pasti akan luluh, lama tak mendapatkan respon apapun aku membuka mata. Dan tatapan kami bertemu, apa dia tidak mau menggendongku?!.

Aku merubah ekspresi menjadi sedih, dan menurunkan kedua tanganku yang terentang di udara secara perlahan. Aku melihat dia mendengus sebelum akhirnya menunduk dan mengangkatku.

Aku bersorak senang dan langsung memeluknya erat. Astaga jadi seperti ini rasanya di gendong pria tampan?. Aku kembali melonggarkan pelukannya dan menatap wajah tampan yang ada di depanku.

"Ayah ayo tidur bersama!"

Aku mengucapkannya dengan semangat menggebu-gebu. Menyingkirkan semua prasangka buruk terlebih lagi melihat wajah Gael yang  terlihat menyerngit bingung.

"Apa ayah tidak mau? Padahal aku melihat film di televisi kalau ayah akan merasa bahagia saat anak perempuannya ingin tidur dengannya" kataku dengan wajah memelas.

Pria ini tidak meresponku, dia justru berjalan menuju kamarnya. Aku kembali tersenyum senang. Setidaknya aku sudah menyinggungnya secara terang-terangan.

Kini aku sudah duduk diatas kasur besar miliknya. Harum mint langsung menyerang indra penciumanku. Bau khas seorang laki-laki, aku menatap ayah tampanku itu yang terlihat berjalan menuju ruang ganti, mungkin untuk mengganti baju kantor itu.

Aku menatap kesekeliling dengan wajah polos. Disini cukup menyeramkan, tidak ada satupun foto kecuali satu di dinding yang jauh. Aku memicingkan mata mencoba melihat dengan jelas siapa yang ada di foto itu namun suara pintu terbuka mengalihkanku.

Ayahku sudah berganti pakaian dengan kaos putih dan celana selutut. Apa dia tidak punya piyama tidur?. Entahlah, yang jelas sekarang dia sudah berbaring di sampingku.

ALSTROEMERIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang