KEPERGIAN BEN DAN SEBUAH INSIDEN

3.4K 581 53
                                    

Pagi-pagi sekali aku bangun dan bergegas menuju rumah Ben. Mereka akan berangkat siang ini dan sebelum itu aku akan bermain dengan Ben terlebih dulu.

"Ben kau tidak boleh melupakanku!" kataku saat menatapnya yang sedang memasukan baju kedalam koper.

Ben mengangguk tanpa melihat kearahku, itu membuatku mendengus sebal.

"Benn kau tidak boleh melupakan ku! Jawab!"

"Iya Cell aku tidak akan melupakanmu" katanya.

Setelah itu hening, aku menatapnya yang sibuk berkemas. Jika Ben pergi maka tidak ada yang akan bermain denganku, walaupun ada Kenan anak itu belum dekat denganku. Aku melengkungkan bibir kebawah setelah Ben menatapku.

"Ben jangan pergi" kataku sembari menahan tangis.

Ben meletakkan bajunya dan berjalan mendekat kearahku. Dia duduk di sampingku sembari menggeleng.

"Jangan menangis Cell" katanya.

"Aku tidak akan melupakanmu, dan saat besar nanti aku akan kembali dan membawamu ikut bersamaku" katanya.

Aku cemberut, itu sangat mustahil. Dia pasti akan bertemu gadis cantik lainnya dan hidup bahasa dengannya dan melupakanku, mungkin setelah tiba disana ia tidak akan mengingatku kan.

"Kau bohong" kataku.

Ben menggeleng, sembari menatapku lekat.

"Apa buktinya?" tanyaku sembari memicingkan mata.

Ben mendekat, jarak kami semakin terkikis. Aku terdiam saat bibir kenyal itu menempel di bibirku. Astaga aku ini masih berusia 5 tahun Ben sialan!.

"Ini buktinya" katanya.

Aku menyerngit bingung, bagaimana maksud pria ini sebenarnyaa?.

"Kau tau orang yang menciummu harus menikahimu, dan aku akan menikahimu setelah dewasa" katanya.

Entah mengapa kedua pipiku memanas, Ben mengambil kedua tanganku dan tersenyum.
"Jadi kau jangan khawatir lagi Cell" katanya.

Aku menatap mobil hitam yang menjauh dengan air mata yang terus keluar dari kedua mataku. Setelah Em berpamitan, ada drama perpisahan yang terjadi.

Ayah tampan menggendongku dan mengusap kedua pipiku yang basah. Dia menggeleng, aku memeluk lehernya erat sembari kembali menangis.

"Dia pasti sedih, Em sudah menemaninya sejak lahir" kata Yuri.

Aunty Yuri aku padamu!, benar itu yang ingin aku sampaikan pada kalian semua. Ayah tampan mengangguk dan membawaku masuk kedalam mansion.

Seharian aku menangis, menangisi calon suami dan juga mertuaku yang pergi jauh. Semoga saja mereka selamat sampai tujuan. Andai saja di novel itu diberitahukan dimana desa tempat mereka tinggal, pasti saat besar nanti aku akan menyusul Ben.

Ayah tampan masih setia menggendongku, bahkan saat ia bekerja. Sekarang aku hanya terisak senbari memeluk dada bidang ayah tampan. Ia sedang membaca beberapa dokumen penting di ruangan kerjanya.

"Tuan sepertinya Tuan Demitri sangat ingin bekerja sama dengan perusahaan kita" kata pria di sebrang. Ia merupakan tangan kanan Ayah tampan.

Aku menyerngit, Demitri bukankah itu ayah salah satu tokoh di dalam novel ini. Sang pemeran utama, Raiden. Oke mulai saat ini aku tidak akan tidur dengan tenang.

Aku mendengar helaan nafas dari ayah tampan. Bukannya berkerja sama dengan perusahaan Demi akan membuat pendapatan naik?. Perusahaan Demi sangat terkenal walaupun perusahaan itu bergerak di bidang perhiasan yang sangat mahal.

"Aku akan memikirkannya nanti" kata Ayah tampan.

"Kau sudah tenang sayang?" tanyanya padaku.

Aku mengangguk, dia mengusap kedua pipiku yang basah dan mengusap ingusku dengan tissu. Wajahku pasti sangat mengerikan sekarang.

Ayah tampan mengangkat piring berisi makan malam. Dia menyuapiku sembari membaca dokumen di atas meja. Aku mengunyah sesekali menyuruh ayah tampan untuk makan juga.

Setelah selesai Ayah tampan mengantarkanku kembali ke kamar, dia bilang akan pergi ke perusahaan untuk mengurus sesuatu. Kini aku sendirian di dalam kamar megah ini.

Samar-samar aku mendengar Yuri berbicara di depan pintu..
"Kau jangan membuatnya bertambah sedih mengerti"

"Ajak dia bermain untuk melupakan masalah hari ini"

Tak lama pintu terbuka dan terlihat wajah Kenan di ambang pintu. Kenan masuk dan membawa beberapa camilan, ada coklat juga disana.

"Apa kau mau tidur?" tanyanya.

Aku menggeleng, melihat gelenganku dia berjalan mendekat dan meletakkan camilannya di depanku.

"Kau mau? Aku dam mom membelinya tadi" kata Kenan.

Aku mengangguk dan tersenyum senang, Kenan ikut tersenyum.."Kau mau yang mana biar aku ambilkan".

Aku menunjuk kearah coklat, Kenan mengambilnya dan menyuapiku. Aku menerima suapannya dan tersenyum senang. Aku juga mengambil satu camilan dan memberikannya pada Kenan.

"Kau sangat suka coklat ternyata" kata Kenan.

"Coklat manis dan enak" kataku.

"Kau juga manis, tapi aku tidak tau apa kau juga enak"

Aku terdiam, apa maksud perkataan anak kecil ini?!. Jadi dia berencana memakanku begitu?. Ternyata dia seorang kanibal. Aku menatapnya horor, dia justru tertawa keras.

"Ish menyebalkan sekali!" kataku.

Kenan menghentikan tawanya, dia mendekat dan berhenti tepat di depanku.

"Jadi apa aku boleh mencicipinya?"

Aku segera berbaring keatas kasur,menaikan satu kaki diatas lutut dan menggeleng, enak saja!.

"Apa kau mau benar-benar memakanku?" tanyaku memastikannya.

Kenan mengangguk, aku segera bangun dan berungut mundur menatapnya waspada. Biasanya perkataan anak kecil itu benar. Dan aku mulai takut sekarang.

Kenan tersneyum jahil lalu mengangkat kedua tangannya seolah ingin menerkamku. Aku menjerit dan bergerak menjauh, namun Kenan mengerjarku. Akhirnya kami berlarian di kamar besar ini.

"Kemari kau Cell! Aku akan memakanmu grrr"

"Aaa tidak jangannn"

"Aku kan memakan mu!"

"Tidak mau"

Aku mengikuti permainan ini, naik ketas kasur, menuruninya, bersembunyi di belakang sofa dan mengindari Kenan sebisa mungkin. Sampai aku tersandung kakiku sendiri.

"Aaaa"

"Awas"

Kenan menarikku kearahnya, namun dia tetap saja tidak kuat dan ikut limbung ke belakang.

*Bruk*

*chup*

Oh tidak, ini rekor baru, dalam satu hari aku mencium dua anak lelaki tampan!. Ingat pencapaian terbesar dalam hidupku.

Aku terjatuh diatas tubuh Kenan, dengan cepat aku mencoba bangun. Kenan terlihat masih syok sedangkan aku sudah berjalan menuju atas kasur dan kembali memakan camilan.

"Kenan apa kau tidak mau memakan Camilan lagi?" tanyaku.

Bukanny menjawab, anak itu berjalan mendekat dan duduk di sampingku.

"Kau manis" katanya.

Aku mendelik menatap horor kearah Kenan. Ya dia bilang apa tadi? Kau manis?!!. Jangan membuatku harus menghajarmu ditempat Kenan!!.


V o t e

ALSTROEMERIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang