AMARAH

1.7K 293 5
                                    

Aku menarik Raiden kebelakang, dia kemudian berbalik dan menatapku tajam.

"Kenapa kau mau dicium olehnya Cell!" bentaknya padaku.

"T-tidak aku hanya ak-"

"Murahan!"

Aku terdiam dan menatap tak percaya kearah Raiden. Apa tadi? Murahan?.

Setetes air mataku jatuh kenapa hari ini semuanya terasa begitu menyesakkan?.

*Bugh*

Will memukul Raiden sampai pria itu terjatuh keatas lantai lapangan. Aku terdiam bahkan rasanya untuk mengucapkan satu katapun tidak bisa. Kenan hanya diam, dia sudah melepaskan genggamannya di tanganku.

Aku berbalik dan melangkah pergi namun Kenan kembali menarikkku.

"Apa lagi!"

"Cell"

"Kau mau marah? Kau mau mengataiku gadis murahan seperti dia?" tanyaku pada Kenan.

"Cell dia hanya emosi melihat sahabatnya ber-"

"Sahabat kau bilang?!"

"Bahkan kemarin saja saat aku tidak masuk kalian berdua tidak mencariku, tidak menanyai kabarku. Itu yang dinamakan sahabat?" tanyaku sembari menatap Kenan dengan air mata yang sudah turun.

"Cell kit-"

"Aku membutuhkan kalian berdua hiks"

Aku kemudian menatap Eve dan Jim yang ada disebrang.

"Aku membutuhkan sahabatku, kenapa tidak ada yang datang?" tanyaku.

"Cell"

Aku menggeleng, menatap Raiden yang sudah kembali berdiri.

"Kalian bukan sahabatku" gumamku.

"Sudahlah, jangan bersahabat dengan gadis murahan sepertiku ini" kataku sembari tersenyum.

Aku berbalik dan pergi dari sana. Menghiraukan teriakan Kenan, Raiden, bahkan Eve.

Aku berlari namun seseorang menarikku dan menghentikan langkahku.

"Lepaskan"

"Maafkan aku Cell, kau boleh marah padaku"

Dia memelukku erat, aku mencoba lepas dari pelukannya namun itu sia-sia. Akhirnya aku menangis di dalam pelukannya.

"Kau jahat!" teriakku.

Dia mengangguk dan mengeratkan pelukannya.

"William sialan!!!"

"Hiks"

"Maaf" ucapnya, dia Will. Pria brengsek yang sudah berani menciumku di depan banyak orang.

"Kau brengsek sekali hiks"

Dia mengangguk, dan pada akhirnya sumpah serapah itupun keluar begitu saja dari mulutku.

Kini aku duduk di kelasnya, bagaimana bisa? Tentu saja dia yang membawaku kemari. Teman-temannya ternyata baik. Mereka bahkan menghiburku dengan bernyanyi namun sayangnya mereka bernyanyi lagu yang menyedihkan.

"Kenapa malah hiks ... bernyanyi lagu menyedihkan seperti ini" gumamku.

"Heii ganti lagunya" seru seorang gadis.

Mereka menggantinya, dan setelah beberapa menit aku sudah kembali tenang. Kini aku sedang duduk sembari menonton film horor dari proyektor. Entah kebetulan atau tidak hari ini jam kosong jadi kita bisa leluasa berbuat sesuka hati selama itu tidak merusak fasilitas sekolah.

ALSTROEMERIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang