RUMAH POHON

1.4K 261 10
                                    

Aku duduk sembari menikmati camilan di tanganku. Entah kenapa hujan mulai turun dan mengguyur kami bertiga. Beruntung rumah pohon ini tidak bocor.

"Kau kedinginan Cell?" tanya Kenan.

Aku menggeleng, sedikit dingin. Beruntung Raiden membeli tirai penutup jendela. Aku merebahkan diri, dan menatap kearah atap yang transparan. Aku menatap awan hitam dan tetesan air di sana.

"Cell apa kau menyukai Will?" tanya Kenan.

Aku terdiam, apa aku menyukainya?. Aku sendiri bahkan tidak tau apa aku menyukainya atau tidak.

"Tidak tau" kataku.

"Memangnya kenapa?" tanyaku pada Kenan.

"Tidak papa hanya saja, jika kau akan mencintai seseorang pilihlah dengan tepat" kata Kenan.

"Hei dia masih kecil, jangan ajari dia hal yang macam-macam" kata Raiden.

Aku tersenyum, benar sekali aku harus mencintai seseorang yang tepat untukku.

"Kalian sendiri bagaimana?" tanyaku.

"Aku, masih mencari orang yang tepat" kara Raiden.

Aku mengangguk dan menatap Kenan " Kau?"

"Aku sudah menemukannya hanya saja waktunya belum tepat untuk mengungkapkan perasaanku padanya" kata Kenan.

Aku menatapnya terkejut begitu pula dengan Raiden. Jadi dia sudah menemukan gadis yang ia cintai!. Ah yang bertemu saat dia kecil ternyata.

"Kalian dulu sangat kecil" kataku.

"Kau juga kecil Cell"

Aku tertawa mendengarkan Kenan yang terlihat kesal padaku.

"Waktu cepat berlalu ya" kataku lagi sembari menatap kearah atap.

"Begitulah" kata Raiden.

"Banyak yang sudah berubah" kataku lagi.

"Cell"

"Hm?"

"Kita tidak akan berubah" kata Raiden.

Dan mungkin aku yang akan berubah. Maafkan aku..

Kenan berdiri dan menyalakan lampu senter. Dia kembali berbaring dan mengangkat kepalaku lalu membaringkannya di sebelah lengannya dan Raiden.

"Kalian sudah kelas dua, kalian harus berfikir untuk masa depan kalian" kataku.

"Kau ini seperti ibu kami saja" kata Kenan sembari tertawa kecil.

"Hei aku serius! Aku lihat kalian hanya bermain saja. Terutama kau Raiden." aku menatap Raiden dari samping.

"Aku tau kau masih hobi balapan di luar" kataku sembari menatapnya yang terkejut dengan ucapanku barusan.

"Cell bagaimana kau tau?" tanya Raiden.

"Aku melihatnya saat kau balapan dua hari yang lalu" kataku sembari mengalihkan pandanganku kearah lain.

"Jangan teruskan hobi berbahayamu itu lagi Rai. Bagaimana kalau kau terluka saat melakukan balapan?" tanyaku.

"Kau bisa mengantinya dengan hal lain yang lebih berguna" lanjutku.

"Aku hanya meluapkan emosiku di arena balap" kata Raiden.

Ya kehidupannya memang tidak semudah yang kita kira. Dia pasti tertekan terlebih lagi karena kehadiran dua manusia asing dirumahnya yang mendadak menjadi pusat perhatian semua orang.

ALSTROEMERIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang