Aku berjalan masuk kedalam mansion setelah berhasil kabur bersama Kenan. Saat aku melangkahkan kakiku kedalam mansion tiba-tiba pandanganku memburam.
Aku menggelengkan kepalaku pelan dan mengusapnya, apa aku punya penyakit?. Aku kembali membuka mata namun sekelilingku berubah menjadi abu-abu.
Aku terdiam sejenak, sekarang aku buta?. Ah tidak, bukannya kalau orang buta tidak bisa melihat dan semuanya gelap tapi ini....
*Ctak*
"Cell kau kenapa?"
Aku berbalik dan melihat Cris berdiri dengan wajah cemas. Aku menggeleng pelan, saat aku menatap sekitar semuanya kembali normal.
Ada apa ini..
"Kau ini aneh sekali, dan rok pendek ini kau sedang menjadi murid SMA lagi?" Tanyanya sembari menarikku masuk kedalam.
"Y-ya seperti itu mungkin" gumamku pelan.
Setelah itu semuanya normal, semua berjalan dengan normal seperti biasanya. Hanya saja aku memiliki perasaan aneh, beberapa hari yang lalu aku bermimpi kalau aku sudah meninggal dengan cara yang mengenaskan.
Bukan tokoh Cell tapi diriku sendiri, aku melihat tubuhku terbaring dengan banyaknya darah yang mengalir dari kepala dan perutku.
Aku sendiri sampai mual melihat kondisi tubuhku, namun anehnya aku juga merasakan rasa sakitnya saat terbangun dari tidur.
Apa ini sebuah pertanda?. Andai Daniel kembali dan menemuiku namun nyatanya selama ini dia tidak pernah terlihat.
"Cell"
"Hm?"
Aku menoleh dan melihat wajah Kenan di sebelahku, dia menatapku dengan wajah aneh kemudian memberiku brownis.
"Akhir-akhir ini kau jadi suka melamun, sebenarnya apa yang kau pikirkan?" Tanyanya.
"Tidak ada hanya saja...tidak papa hanya mimpi buruk" kataku lalu memakan brownis yang dia sodorkan.
"Aku punya cara agar kau berhenti mengalami mimpi buruk" katanya dengan serius.
Aku menaikan sebelah alisku "Bagaimana caranya?" Tanyaku.
Kenan dia mendekat sampai-sampai aku harus mundur dan menubruk tembok di belakangku. Kenan kemudian berhenti tepat saat hidung kami bersentuhan.
"Tidur denganku" bisiknya dengan suara serak.
*Srett*
"Kalian belum sah jangan berbuat semena-mena dikantorku" kata Raiden yang tiba-tiba datang dan menarik Kenan menjauh.
"Kau tidak papa Cell? Aku jadi curiga apa Kenan sosok yang baik untukmu kedepannya, dia terlalu mesum" kata Raiden sembari duduk di depanku.
Kenan nampak tak terima, namun dia memilih diam dan duduk di sebelahku.
*Ceklek*
Pintu terbuka dan nampak Matt bersama seorang gadis cantik masuk kedalam, dia pengasuh Matt namanya Irene.
Irene gadis yang sangat cantik, bahkan aku terkadang malu saat bersamanya. Namun dia baik selama ini, dia merawat Matt dengan penuh kasih sayang.
"Kemari Matt astaga lucu sekali dia" kataku sembari merentangkan kedua tanganku kearahnya.
Irene memberikan Matt padaku lalu dia duduk di sebelahku. Aku menggendong Matt dan menciumnya dengan brutal. Astaga bau khas bayi langsung memenuhi Indra penciuman ku.
"Pipinya mungkin akan habis jika kau menciumnya dengan brutal seperti itu" kata Raiden.
Aku terkekeh geli dan Matt tertawa di pelukanku, kehadiran Matt membuat hidupku lebih berwarna.
"Oh ya bagaimana Irene apa kau nyaman mengasuh Matt?" Tanyaku.
Irene tersenyum manis dan mengangguk, dia sangat anggun. Aku bahkan sampai tak percaya ada pengasuh secantik dia yang mau mengasuh Matt.
"Matt sangat lucu, aku sangat menyukainya" kata Irene.
"Dan ayahnya tidak menyusahkanmu bukan?" Tanya Kenan.
Irene tertawa kecil dan menggeleng "Saya bekerja sebagai pengasuh Matt karena saya mencintai pekerjaan saya sebagai seorang pengasuh sejak muda" katanya.
"Berapa umurmu?" Tanyaku yang agak curiga dia masih dibawah um-
"25" jawab Irene.
Aku, Kenan dan Raiden menatapnya tak percaya. Sungguh gadis ah tidak wanita ini berumur 25 tahun?.
"Kau tidak bercanda kan? Bahkan kau terlihat seperti seorang siswi SMA" kataku.
Irene lagi-lagi tersenyum dan mengambil Matt dari pangkuanku.
"Itu umurku di dunia ini, apa aku harus mengatakan umurku yang sebenarnya?" Gumam Irene sembari tertawa menatap Matt di gendongannya.
Aku dapat mendengarnya dengan jelas, saat aku ingin bertanya tiba-tiba Raiden berdiri.
"Aku dan Kenan akan rapat dan mungkin agak lama, kalian bisa pergi bersama Matt" kata Raiden lalu memberikan kartu hitam padaku.
"Tidak gunakan saja kartuku" kata Kenan sembari memberikan kartu hitamnya.
"Kalian berdua" desisku namun aku segera memasukan dua kartu itu kedalam tas.
"Baiklah! Ayo Irene kita akan menghabiskan uang di dalamnya" seruku lalu berdiri dan menarik Irene keluar dari sana.
Kata orang kita tidak boleh menolak rejeki bukan apalagi yang berlimpah seperti ini. Mungkin isi dari kartu ini bisa membeli beberapa ginjal.
"Cell jika terjadi sesuatu telfon aku"
Aku mengangguk dan mengacungkannya jempol kiri ku ke atas untuk menjawab perkataan Kenan.
Akhirnya kami pergi ke mall untuk membeli beberapa baju Matt. Dia anak orang kaya masa iya dia mau memakai pakaian sampai berulang kali. Tentu saja setelah dipakai alangkah baiknya disimpan atau di donasikan.
Tidak aku hanya bercanda, kami membeli beberapa perlengkapan Matt yang habis sekaligus berjalan-jalan di mall.
"Irene dimana kau tinggal?" Tanyaku padanya.
Aku masih ingin tau asal-usul dari wanita di sebelahku ini. Apalagi setelah aku mendengar gumamannya.
"Tempat itu sangat jauh dari sini" kata Irene sembari memilih tissu di depan.
"Apa sangat jauh sampai kau tidak mau memberitahuku?" Tanyaku.
Irene terkekeh pelan, dia memasukan tissu dikeranjang lalu menatapku.
"Sangat jauh" katanya.
Aku menghela nafas "Apa kau ini sejenis makhluk immortal?" Tanyaku mencoba mencairkan suasana.
"Tidak, aku hanya manusia biasa" kata Irene.
"Lalu kenapa kau bisa ada disini?"
"Aku suka berkelana dan kota ini bagus, aku merasa bisa tinggal lebih lama disini. Dan aku menyukai anak kecil" katanya.
Aku mengangguk, kemudian kami kembali berjalan membeli perlengkapan lainnya.
"Sepertinya kau baik-baik saja disini" kata Irene.
"Maksudmu?" Tanyaku yang agak bingung dengan perkataannya tadi.
"Aku dengar ceritamu dari beberapa orang yang ada di sosial media, kau hebat bisa melewatinya. Dan kau juga hebat bisa kembali dan melanjutkannya" jelas Irene.
Apa aku sangat terkenal di sosial media sekarang?.
"Kau termasuk dalam peringkat gadis tercantik tahunan menurut voting di sosial media" kata Irene.
"Benarkah?" Tanyaku dengan wajah tak percaya.
Irene mengangguk, dia kemudian tersenyum.
"Tapi Cell semakin tinggi kau melambung semakin banyak yang mengincarmu. Kau harus hati-hati" bisiknya sebelum melangkah pergi dan mendorong troli Matt.
Jangan lupa vote ya 🤍☺️
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSTROEMERIA [TAMAT]
Fantasy•...• Cerita ini akan mengisahkan perjuangan Daisy dalam mengubah takdir kehidupan Cellyn yang tragis. Cellyn, gadis yang memerankan peran antagonis di cerita ini. Apakah Daisy bisa mengubah takdir hidup Cell? Atau dia malah menjadi seorang yang s...