Aku menatap taman bermain dengan wajah bahagia. Di sebelahku ada Kenan dan Yuri yang ikut tersenyum. Kenan membawaku masuk kedalam. Kami bermain berdua, Yuri bertemu dengan rekan bisnisnya disini. Namun para bodyguard tetap memantau kami.
"Apa kau takut?" tanya Kenan.
Kini kami berdua menaiki bianglala, aku mengangguk. Ketinggian salah satu ketakutanku, sebelah tangan Kenan menutup mataku dan sebelah lagi menggenggam tanganku erat.
Setelah menaiki wahana mengerikan itu kami berdua bermain di pemandian bola. Kami saling melempar bola dan tertawa disana.
"Awas Cell"
*Bruk*
Seorang anak kecil menabrakku menyebabkanku terjatuh ke atas kumpulan bola. Kenan berlari mendekat dan membantuku berdiri. Dia menatap tajam pria yang ada di depannya.
"Kau harus minta maaf!" kata Kenan.
"Untuk apa? Dia yang ada di bekalangku dan tidak memperhatikan sekitar" katanya.
Kenan menggeram marah, jika di teruskan maka akan terjadi perkelahian disini. Terlihat dari keduanya yang saling menatap tajam satu sama lain. Jika dilihat dia setinggi Kenan pasti umurnya tidak jauh dengan Kenan.
Aku menarik tangan Kenan ke belakang dan menggeleng.
"Tidak apa-apa Ken" kataku.
"Dia harus minta maaf, dia yang tabrakmu Cell" kata Kenan.
Aku menggeleng, jangan memaksa Kenan. Biarkan dia menanggung akibatnya nanti, biasanya akan ada karma untuk orang sepertinya.
"Dia seram jangan.. nanti Ken di pukul sama dia" bisikku.
"Tenang saja aku bisa menghajarnya Cell" kata Kenan.
Aku mendelik menatap Kenan tak percaya, kau mau jadi preman kecil heh!. Aku menggeleng, kemudian tak lama beberapa orang datang dengan seorang wanita yang nampak menatap anak lelaki di depanku.
"Raiden ayo kembali, Tuan sudah selesai dengan urusannya" kata wanita itu.
Aku terdiam, beralih menatap anak lelaki yang tengah menatapku. Namanya....Raiden?!. Aku sedikit menganga menatap musuh terbesarku di novel ini. Wah jika aku tau dia Raiden akan kubiarkan saja mereka berkelahi sampai babak belur.
Raiden berbalik tanpa mengatakan sepatah katapun. Aku mendengus ingin sekali melempar bola di bawah kearahnya sampai dia tersungkur. Arghh kendalikan dirimu sendiri Daisy!.
"Kau tidak apa-apa kan Cell?" tanya Kenan.
Aku mengangguk dan tersenyum kearahnya. Mereka memang tidak akan pernah akur bukan. Bahkan saat merebutkan sang protagonis mereka sampai babak belur. Hahaha lucu sekali.
Kenan terus saja menanyakan tentang keadaanku walaupun beberapa kali aku menjawab tidak apa-apa. Dia bahkan kekeh untuk menggendongku di punggungnya. Umurnya satu tahun lebih tua dariku. Dia mulai bersekolah di sekolah dasar yang ada di kota ini.
"Apa aku berat?" tanyaku.
Kenan menggeleng, dia cukup tinggi untuk seukuran anak berusia 6 tahun. Aku mengangguk dan mengalungkan tanganku ke lehernya.
"Kau akan bersekolah dan sibuk, kita akan jarang bermain" kataku.
Kenan mengangguk, dia mendudukanku di salah satu bangku dan berjongkok di depanku.
"Kita akan bermain saat pulang sekolah aku janji" katanya.
Aku mengangguk dan kita berdua kembali berjalan, sekarang kita membeli susu kocok dan gulali. Kita berdua menikmatinya sembari menatap kearah wahana roller coaster. Aku berdecak kagum, dengan wahana itu. Mendengar teriakan nyaring terdengar membuatku bertambah perasan. Andai saja aku tubuhku tidak sekecil ini pasti aku akan menaikinya.
"Apa kau mau menaikinya?" tanya Kenan.
Aku beralih menatapnya sembari menjilati gulali ditanganku. Mengangguk walaupun aku tau itu hal yang mustahil.
"Kita akan menaikinya, saat sudah besar" kata Kenan.
Kenan, berhentilah memberiku harapan palsu. Kau akan menaiki itu bersama sang protagonis bukan bersamaku!. Kau akan menelantarkanku di pintu masuk dan lebih memilih berjalan bersama dengan wanita itu!.
Aku tersenyum sembari menunduk, sudah anggap saja itu hanya angin lalu. Dia tidak mungkin melakukannya. Aku kembali menatap kearah depan. Menghiraukan Kenan yang masih menatapku.
"Aku sungguh-sungguh Cell" katanya lagi.
Sudah cukup Kenan.
"Hem, aku akan menunggunya"
Aku berdiri dan membuang sisa gulali ke tempat sampah beralih meminum susu kocok ditangan Kenan.
"Ayo kita berfoto" kata Kenan sembari mengangkat kamera di tangannya.
Aku mengangguk bukan hal yang buruk juga. Seorang bodyguard mendekat dan mengambil kamera di tangan Kenan. Kita berdua segera berpose dengan dua jari terangkat dan senyum lebar di wajah masing-masing.
"1...2...3"
*Cekrek*
Kenan segera menghampiri bodyguard tadi dan mengambil kameranya. Memeriksa hasil foto yang entah bagus atau tidak. Melihat senyuman diwajahnya bisa dipastikan fotonya bagus. Ia mendekat dan menunjukkan fotonya padaku. Aku tersenyum, lumayan.. dan Kenan ikut tersenyum senang.
"Aku akan mencetaknya menjadi dua dan membaginya satu untukmu"
Aku mengangguk dan kita berdua kembali berjalan menyusuri taman bermain ini. Dengan sebelah tangan yang saling bertaut.
Tiba-tiba Kenan berhenti, aku menatapnya bingung sedangkan anak itu menatap kearah sepatuku. Aku menunduk menatap sepatuku yang ternyata talinya terlepas. Aku ingin berjongkok untuk mengikatnya namun Kenan terlebih dulu berjongkok di depanku.
Perlakuan Kenan membuatku terdiam, sejak kecil saja dia sudah romantis seperti ini. Sangat beruntung sekali wanita itu saat bersamanya. Pasti Kenan memberinya banyak perhatian.
"Sudah, jika terlepas lagi kau bisa memanggilku" kata Kenan sembari berdiri.
Aku mengangguk, dia kembali menggenggam tanganku dan kita berdua kembali berjalan.
Seharian bersama dengan Kenan membuatku tau satu hal. Pria ini sangat hangat, dia memperlakukanku diseperti seorang putri. Namun kembali mengingat kenyataan dia berubah menjadi seorang pria yang kejam hanya pada Cell suatu hari nantu. Sampai saat ini akupun tidak tau apa alasannya.
Kita kembali pulang, aku terdiam. Berdekatan dengan Kenan bukan membuat bebanku berkurang namun justru bertambah. Aku mulai berfikir apakah alurnya berubah?. Jika berubah aku akan sangat senang namun jika tidak aku juga senang. Setidaknya ayah tampan sekarang berpihak padaku.
Aku menggoyangkan kedua kakiku sembari menatap keluar. Dunia disini tidak jauh berbeda dengan duaniaku. Sama saja hanya sebutannya saja yang berbeda. Dunia novel, aku menunduk meremas sendiri bajuku. Aku tidak tau kedepannya akan bagaimana. Tapi semoga saja berubah menjadi baik.
"Kau kenapa Cell?" Bisik Kenan.
Aku mengangkat wajahku lalu menatapnya lekat. Anak ini astaga kenapa aku harus memikirkannya sampai kepalaku mau pecah?!.
"Tidak hanya lelah saja" kataku.
Kenan mengangguk lalu menepuk bahunya. Aku menghela nafas, jangan buat diriku menjadi lebih keras memikirkan kemungkinan untuk kedepannya Kenan!.
Aku menutup mataku dan bersender pada Kenan. Kenan menarik sebelah tanganku dan mengenggamnya erat.
"Apa kau menyayanginya Ken?" aku mendengar suara Yuri.
Dan merasakan geraka tubuh dari Kenan. Aku bertanya-tanya apa jawaban yang kenan berikan? Mengangguk atau menggeleng.
"Kau harus menjaganya dengan baik" kata Yuri lagi.
"Tentu saja" jawab Kenan.
Ah sudahlah, aku memjadi sangat mengantuk. Untuk saat ini ayo kita tidur.
"Kau tenang saja Cellyn,aku akan menjagamu dengan baik"
Aku tidak mendengarnya Kenan!.
✨
V o t e
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSTROEMERIA [TAMAT]
Fantasi•...• Cerita ini akan mengisahkan perjuangan Daisy dalam mengubah takdir kehidupan Cellyn yang tragis. Cellyn, gadis yang memerankan peran antagonis di cerita ini. Apakah Daisy bisa mengubah takdir hidup Cell? Atau dia malah menjadi seorang yang s...