MENYELAMATKAN AYAH

4K 629 17
                                    

Hari ini aku akan mengajak Tuan Gael yang tampan untuk keluar bersama. Dia harus mau menemaniku bermain di taman hiburan!.

"Ayah ayo kita keluar" kataku.

Dia terlihat meletakkan berkas yang tengah ia baca. Kemudian berlaih menatapku, dia berdiri dari duduknya dan segera menghampiri diriku yang tengah bersandar pada pintu.

Dia mengangkat tubuhku tanpa kesulitan dan tentu saja aku langsung memeluk erat lehernya. Beberapa hari ini walaupun dia masih irit bicara dia mulai memperlakukanku seperti anaknya. Dan itu hal bagus, aku tau merubah suatu kebiasaan selama 5 tahun itu tidak mudah dan ya sedikit-demi sedikit pasti dia akan lebih menyayangiku lagi.

"Ayah ayo kita berkencan!" kataku lagi sembari menatap wajahnya yang tampan.

"Dari mana kau mendapatkan kata-kata itu?"

Aku terdiam lagi-lagi aksi konyolku ini mengundang masalah. Ya siapa juga yang akan setuju anak usia lima tahun sudah tau arti kata berkencan?. Oke beruntung aku ini sangat pintar membuat alasan jadi mari kita lakukan.

"Cell menontonnya di televisi, katanya berkencan itu harus dengan orang yang mereka sayangi. Karena Cell sayang sama ayah jadinya Cell ajak ayah untuk berkencan" kataku. Bagaimana pintar bukan?, melihat wajah tampan itu menyunggingkan senyum membuatku bertambah bangga dengan perkataan barusan.

"Baiklah, jadi kau ingin pergi kemana?" tanyanya sembari menutup dokumen di meja.

"Taman bermain" jawabku mantap.

Ayolah seumur hidup aku belum pernah kesana, hanya melihatnya saja dari kejauhan atau tidak dari televisi. Ayah tampanku ini mengangguk kemudian dia berjalan keluar.

Sekarang kami berdu- tidak tapi berbanyak menatap kearah wahana di depan. Masalahnya ayah tampanku ini membawa setidaknya lima orang pria tampan lagi-lagi aku di kelilingi oleh pria tampan.

Dan konyolnya saat aku bertanya kenapa ayah membawanya jawabannya adalah "Aku tidak ingin kau hilang dibawa orang, sangat menyusahkan". Oke ada rasa bahagia dan sedikit kecewa sebenarnya namun baguslah ambil sisi positifnya saja dia tidak ingin aku terluka.

Aku bermain banyak sekali wahana, tidak semua wahana sudah aku naiki kecuali yang berbahaya tentunya untuk anak usia 5 tahun. Kini kami berdua tengah duduk di restoran untuk makan siang. Dan ayah tampan ku ini hanya membawa dua bodyguardnya saja.

"Wah enak sekali!" sorakku saat makanan entah apa namanya itu masuk kedalam mulutku.

Melihat wajah ayah tampanku yang terlihat syok membuatku terdiam memangnya apa yang barusan aku makan?. Menatap kearah piring di depan, itu hanya kaki gurita besar dengan saus merah yang banyak. Lalu kenapa?.

"Ini sangat pedas kau tidak takut sakit perut?" tanyanya.

Aku menggeleng, justru kini aku menjilati sisa saus pedas ditanganku. Aku sangat menyukai makanan pedas dan ini bukan apa-apa untukku.

"Baiklah jangan merengek saat kau sakit perut nantinya" katanya.

Aku mengangguk dengan percaya diri. Namun setelah semua makanan habis aku merasakan perutku memanas dan terasa sakit. Aku hanya menghabiskan dua kaki besar gurita saus pedas itu.

"Sudah kubilang, kau ini sama seperti ibumu" katanya.

Aku menatapnya dengan wajah siap menangis, dia mendengus kemudian mengangkat tubuhku dan membawaku keluar dari sana.

"Ke rumah sakit sekarang" Perintahnya.

Aku duduk dengan tidak tenang dipangkuannya, perutku sangat sakit. Ini melebihi rasa sakit akibat makann bakso level dewa di kehidupan nyata. Sebuah tangan mengusap kepalaku, aku mendongak menatap wajah ayah tampanku dari bawah.

ALSTROEMERIA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang