Aku menatap keluar jendela, hari ini hujan turun dengan lebat. Em berulang kali menyuruhku untuk menjauh dari jendela namun aku mengabaikannya. Hujan adalah salah satu kesukaanku. Namun sebelum negara para petir menyerang.
Aku berbalik dan kembali membungkus tubuhku dengan selimut. Em terlihat mendekat dan duduk di pinggir ranjang.
"Nona saya akan pulang, Ben sedang sakit" katanya.
Aku langsung berdiri di atas kasur setelah mendengar penuturannya. Apa katanya tadi? Calon suamiku sakit?.
"Ayo aku ikut" kataku dengan mengangkat dua sepatuku keatas.
Em menggeleng, aku menurunkan kembali dua sepatu itu keatas lantai. Ada apa? Apa tidak boleh?.
"Hujannya belum berhenti Nona, anda bisa sakit" katanya.
Aku menggeleng, pakai payung kan bisa! Jas hujan atau mobil sekalian!.
"Tidak! Aku ingin melihat Ben, boleh yaaa" kataku sembari memohon padanya.
Em menghela nafas kemudian mengangguk, dia membawaku dan memakaikanku Jas hujan setelah itu dia memakaikan sepatu boot. Dia juga memberiku payung. Ini seperti perlindungan ganda untuk diriku.
Aku berjalan keluar beruntung tidak ada yang melihat bentuk anehku ini. Aku segera berjalan mengikuti Em yang memegang payung di depan. Akhirnya kita sampai di depan rumah kecil, Aku segera melepas sepatu dan masuk kedalam.
Em membawaku menuju kamar Ben. Saat aku masuk hal pertama yang menarik perhatianku adalah lukisanku yang terpajang di dinding kamar Ben. Setelah itu aku menatap Ben yang tertidur diatas ranjang. Aku mendekat dan menatapnya yang sedang tertidur.
"Nona jangan kemana-mana saya akan membuat bubur dan menyiapkan obat" kata Em.
Aku mengangguk, setelah melihat Em pergi aku kembali menatap Ben. Aku menyentuh keningnya pelan, Panas. Benar-benar panas, saat ingin menarik kembali tanganku ia mencekal tanganku.
"Ben" panggilku.
Ben membuka mata, dia nampak terkejut karena aku ada disini. Ben mendudukan dirinya dan menepuk pelan kasur di sebelahnya. Aku dengan cepat naik dan duduk disana.
"Kenapa kau ada disini Cell?" tanya Ben.
Aku tersenyum, tentu saja karena ibumu yang memberitahukannya.
"Ibumu memberitahukan bahwa kau sakit jadi aku ikut kesini, menjengukmu" kataku.
Ben tersenyum sembari menatapku, wajahnya yang pucat tidak mengurangi kadar ketampann anak lelaki yang satu ini.
"Apa kau kedinginan? Di luar hujan" katanya.
"Tidak! Lihat aku tidak basah sama sekali dan disini hangat"kataku.
"Ben kenapa kau bisa sakit?"
"Aku kelelahan dan telat makan" katanya.
Aku mengangguk kemudian merebahkan diriku diatas kasurnya. Menatap kearah langit-lagit kamar. Aku menatap kesekitar lagi, terlihat banyak barang berbau medis di kamar ini. Padahal usia Ben masih 8 tahun, 3 tahun diatas Cell. Tapi dia sudah memikirkan cita-citanya.
"Apa Ben mau menjadi seorang dokter?" tanyaku sembari menatap Ben.
Ben mengangguk, aku segera bangun dan terduduk menatapnya.
"Kalau Cell sakit Ben bisa sembuhin Cell?"
Ben lagi-lagi mengangguk, aku tersenyum.
"Berarti kalau Ben jadi dokter Cell tidak perlu membayarkan?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSTROEMERIA [TAMAT]
Fantasy•...• Cerita ini akan mengisahkan perjuangan Daisy dalam mengubah takdir kehidupan Cellyn yang tragis. Cellyn, gadis yang memerankan peran antagonis di cerita ini. Apakah Daisy bisa mengubah takdir hidup Cell? Atau dia malah menjadi seorang yang s...