Aku kini duduk di atas kasur sembari melihat Kenan yang tengah mengobati luka di tanganku. Tangisku sudah lega, agak konyol sebenarnya menangis karena hal sepele seperti itu.
Kini di ruangan ini bukan hanya aku dan Kenan saja tapi ada Raiden dan teman-temannya yang ikut masuk. Mereka pasti penasaran dengan diriku.
"Cell maafkan aku" kata Raiden.
Aku mengangguk, ini bukan kesalahannya ini kesalahanku karena teringat alur ceritanya. Riaden mengusap keringatku, dia juga membenarkan rambutku yang berantakan seperti rambut singa akibat pekelahian tadi.
"Akhirnya kita bertiga bertemu lagi" kataku sembari tersenyum.
"Perkataanku benar bukan, kita akan bertemu lagi" tambahku.
Kenan mengangguk, dia selesai mengobati tanganku dan beralih duduk di sampingku.
"Apa kau selalu berkelahi seperti ini?" tanya Kenan.
"Tidak hanya kadang-kadang saja" kataku.
Kenan menatapku tajam sama halnya dengan Raiden dan teman temannya yang menatapku tak percaya.
"Setelah kalian pergi aku tidak mempunyai teman, sampai masuk sekolah dasar aku bertemu dengan Eve dan Jim. Dan sesekali kita bertengkar dengan siswa lain" kataku sembari menunduk.
"Kalian saling mengenal?"
Aku mendongak menatap pria didepan, Kenan dan Raiden mengangguk. Mereka terlihat terkejut, Raiden dan Kenan tidak pernah terlihat akur sebelumnyakan.
"Dia teman masa kecil kami" kata Kenan.
Iya teman masa kecil hanya teman masa kecil. Entah mengapa hatiku berdenyut nyeri, aku harus bisa mengikhlaskannya. Kau pasti bisa Daisy!.
"Cellyn"
Aku menatap kearah pintu terlihat Eve datang dengan kue coklat diatangannya. Dia memberikannya padaku.
"Kau tau saja kalau aku masih lapar" kataku.
"Hei kita sudah berteman lama, mana mungkin kau kenyang dalam dua suapan" kata Eve.
Aku tersenyum, dan memakan Kue ditanganku hingga habis. Setelah itu aku kembali ke kelas, beruntung jam kosong karena ada rapat osis mendadak. Aku kini duduk di taman sendirian menikmati kesunyian yang biasa aku rasakan.
Di kehidupan aslikupun aku sendirian, tidak mempunyai teman. Beruntung Eve mau berteman denganku, ditambah Jim yang selalu membuat darahku naik.
"Aku rindu ibu" kataku sembari menunduk. Menatap perban di tangan kiriku. Ingin rasanya menangis, setiap kali aku tertidur aku ingin bangun di tubuh asliku. Memeluk ibu dan meminta maaf padanya. Aku belum bisa menjadi yang terbaik.
Air mataku luruh, aku menangis. Menangisi nasibku yang bisa dibilang sial. Sampai aku merasakan seseorang duduk disampingku. Aku mengangkat wajahku melihat Raiden yang menatapku terkejut.
"Cell kau kenapa?" tanyanya panik.
Aku menggeleng, sembari menangis. Tidak mungkin menjelaskan hal ini pada Raiden. Raiden tiba-tiba menarikku kedalam pelukannya. Aku menangis semakin keras, dan Raiden mengusap punggungku.
"Kau boleh melepaskan semuanya disini, bersamaku"
"Apa ada yang menganggumu?" tanya Raiden.
Aku menggeleng, kini tangisku sudah reda dan tersisa isakan kecil dan air mata yang masih membasahi kedua pipiku.
"Lalu kenapa kau sedih seperti ini?" tanyanya.
"Aku hanya rindu pada ibuku hiks" aku menutup wajahku dengan sebelah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALSTROEMERIA [TAMAT]
Fantasy•...• Cerita ini akan mengisahkan perjuangan Daisy dalam mengubah takdir kehidupan Cellyn yang tragis. Cellyn, gadis yang memerankan peran antagonis di cerita ini. Apakah Daisy bisa mengubah takdir hidup Cell? Atau dia malah menjadi seorang yang s...