9. Sabtu Terakhir

534 151 49
                                    

Berulang kali menyibak gorden jendela kamar putrinya dengan raut wajah cemas menunggu Dokter Vincent belum juga tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berulang kali menyibak gorden jendela kamar putrinya dengan raut wajah cemas menunggu Dokter Vincent belum juga tiba. Joana menengok Yasmin terbaring menggigil diatas kasur. "Sayang, sabar yah sebentar lagi mungkin dokter datang."

"Dingin bunn," suara Yasmin terdengar bergetar menarik selimut lebih tinggi sampai ke leher.

Joana menempelkan punggung tangannya di kening Yasmin. "Badan kamu panas banget, tapi kamu kedinginan. Lututnya tambah sakit ya sayang?" Joan mengecek lutut memar Yasmin yang sekarang makin membengkak.

Terdengar suara samar samar deru mobil depan rumah. Joana melihat dokter langganannya sudah datang.
"Sebentar yah sayang bunda ke bawah dulu."

Tadi sore sepulang sekolah Yasmin masih baik baik saja, tapi setelah petang dia baru sadar kakinya membengkak dan berdenyut nyeri seperti ditusuk-tusuk. Yasmin menghembuskan nafas pasrah mengingat besok sabtu tak bisa datang ke sekolah untuk upacara penutupan mos.

▪▪▪▪▪▪▪▪

Sekolah tak seramai biasanya karena sabtu merupakan hari libur, hanya kelas 10 yang masuk dan juga beberapa senior sedang mengikuti kegiatan ekskul. Contohnya saja Aksa dan kawan-kawan. Mereka kompak memakai pakaian futsal berwarna merah bertengger logo andromeda.

Lagi-lagi Aksa tau memuaskan para gadis pengagumnya. Balutan hoodie yang ia kenakan di buka di hadapan beberapa adik kelas. Otot bisep Aksa terpampang nyata karena dia menggunakan kaos futsal tak berlengan menampilkan bagian tubuhnya yang atletis itu. Masih pagi, rambut Aksa masih basah habis keramas dan seperti biasa selalu menyugar rambut ke belakang menggunakan jari jari tangannya.

"Caper banget lo, Sa," cibir Lintang ngikutin gaya Aksa berjalan paling depan tapi gak ada yang meliriknya.

"Pfffftttt, gak bakal ada yang muji lo. Udah sini jangan banyak gaya, malu diliatin," Seb menarik baju Lintang.

Sebelum tanding, mereka harus menunggu lebih dulu karena lapangan outdoor tempat biasa mereka main futsal dipakai oleh kelas 10. Aksa mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Yasmin. Dia hanya menemukan teman-temannya tapi tidak dengan gadis itu.

Meletakan barang-barangnnya di atas kursi panjang depan kelas yang menghadap langsung ke lapangan. Aksa duduk disana melihati para osis sibuk mengatur barisan.

"Sa, kalau mau kita paks lapangan indoor aja gimana?" usul Nigel tak mau kalau harus menunggu lama.

"Lagi dipake lapangannya sama ekskul basket, bang," kata Ipong anak kelas 11 yang menjadi penantang pertandingan futsal kali ini.

"Yaudahlah, nunggu aja," ujar Aksa duduk di kursi lalu mengeluarkan ponselnya. Dia membuka aplikasi wa mencari nomor Yasmin. Gerakan jempol tangannya terhenti menimbang niatnya untuk menghubungi gadis itu. Ah ya, memang dia siapa? Aksa tak perlu repot-repot menanyakan keberadaan Yasmin. Mungkin saja dia tidak sekolah karena malas, hari ini kan hari weekend, pikir Aksa.

"Btw, acara promnight buat penyambutan murid baru besok kan?" kata Selatan berdiri bersendeer di dinding sembari memperhatikan kegiatan di lapangan.

"Gue waktu promnight kelas 10 datang dua kali, iya gak, Sa?" Nigel menengok Aksa mengingat dirinya kan mengulang pelajaran setahun saat kelas 10.

"Ah yaa, gue inget bener waktu lu berdua jadi yang paling tua di promnight. Kakak osis abadi dan dikatain ganteng-ganteng gak naik kelas," tawa Selatan.

Pertama kali mengenal seniornya Aksa dan Nigel sewaktu di promnight penyambutan kelas 10. Waktu itu, Aksa dan Nigel digunjingin semua anak baru lantaran status mereka sebagai murid tinggal kelas. Selatan pun turut menggibahi Aksa dan Nigel sebelum dekat dengan mereka. Sampai saat ini, Selatan masih memendam rasa penyesalan karena pernah ngatain mereka. Aksa dan  Nigel tak seburuk yang orang kira. Mereka sangat menyayangi teman-temannya bahkan tak segan mengulurkan tangan mereka untuk membantu siapa pun, tak pandang bulu.

"Lo semua udah sarapan belum? gua bungkusin nasi uduk ke wardo mau gak?" tawar Eka, teman sekelas Aksa-Nigel dan Selatan.

"Mau olahraga jangan makan, perut ntar sakit dibawa lari-lari," kata Jody duduk di lantai sembari menselonjorkan kaki.

"Kopi dah, mau gak kopi? Sa,lu mau rokok gak? gua beliin." Eka menepuk bahu Aksa yang sedang melamun.

"Nggak, lu simpen aja duit lo. Gimana? nyokap lo udah sembuh?" tanya Aksa pada Eka.

"Alhamdulilah, Sa. Thanks ya, kalau gak ada elo...mungkin gue gak bisa---" perkataan Eka menggantung melihat Aksa menepuk tempat duduk disampingnya.

"Gak usah ungkit, udah yang penting nyokap lo sehat," kata Aksa merangkul Eka.  Dia turut bahagia menyaksikan wajah sahabatnya Eka tersenyum lebar.

"Itulah gunanya sahabat, kalau ada apa-apa lu bilang aja," timbrung Nigel menepuk pelan punggung Eka.

Eka merasa didekap sangat erat oleh banyak tangan malaikat disekitarnya. Panthera adalah rumahnya, rumah paling hangat dan damai.

▪▪▪▪▪

Seluruh anak kelas 10 membubarkan diri setelah penutupan mos resmi selesai pada jam 11 hari sabtu. Anak-anak futsal terlanjur mager liat matahari sudah tepat di atas kepala. Mungkin akan mempertimbangkan kembali untuk tanding di lapangan outdoor.

Aksa menyampirkan tasnya di bahu sebelah kanan. Dia membawa bola futsal berjalan paling depan berlawanan arah dengan murid baru yang membubarkan diri.

"Personel kalian mana satu lagi?" Pertanyaan dari Selatan mewakili hal yang sama yang ingin Aksa tanyakan. Dia memutar badannya melihat Kiara cs.

"Yasmin gak masuk kak, dia sakit dan kakinya juga bengkak gara-gara jatoh kemarin." Kiara menekuk bibirnya, dia jadi gagal untuk party setelah mos selesai. Padahal semua sudah direncanakan dengan Yasmin, sedih dan kecewa.

"Tengokin tuh temen lo, kasian," ujar Lintang merebut bola dari tangan Aksa memainkannya di lapangan.

"Ini juga mau nengokin, ayo guys," ajak Ratu.

"Butuh ojeg gak?" tanya Aksa yang langsung dapat tatapan menyelidik dari teman-temannya.

"Seb, panas gak?" Aksa nengok Seb yang menutupi kepalanya menggunakan kupluk hoodie.

"Yoi, jadi mager futsal."

"Anterin mereka sonoh, pastiin di jalan aman," titah Aksa berjalan keluar ke lapangan mengganti alas sepatu futsalnya dengan sneakers.

"Lah, terus kita gak jadi main?" Selatan sudah pemanasan di lapangan.

"Lo mau kemana emang, Sa?" tanya Eka liat Aksa grasak grusuk membereskan barang-barangnya.

"Nganterin mereka."

"Nganterin apa nganterin? ini mah maunya lo aja buat bisa ketemu si Yasmin. Iye gak?" goda Lintang menyelempangkan tas waistbagnya bersiap ikut sama Aksa.

"Tapi kan kita cuma bilangnya datang berempat, nanti bunda yasmin marah lagi ajak cowok-cowok," lirih Jihan menggigit jari telunjuknya milirik Nigel yang juga sedaritadi memperhatikannya.

"Mau sama gue gak?" tawar Nigel mendekati Jihan.

"Nggak ah, aku pake grab aja."

"Cewek oon! udah ada yang gratisan malah pilih yang berbayar. Dasar oon!" Nigel menoyor kening Jihan.

"Ihhhh!! kakak kali yang oon! masa maen futsal siang bolong begini,"cecar Jihan tak mau kalah.

"Ya kan kita nungguin lu semua selesai!" balas Nigel meninggikan suaranya.

Aksa harap kehadirannya diterima baik oleh bundanya Yasmin. Dia bukan Yedam yang bisa banyak bicara, waktu di Istora kelihatan jelas kalau Yedam berhasil mengambil hati perempuan itu.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang