22. Beach Love & War (1)

464 121 313
                                    

Semua memaklumi yang namanya ibu-ibu pasti selalu siap siaga dengan segala perbekalannya kalau pergi jauh dari rumah. Seperti Joana, dia memasukan satu per satu kresek dan keranjang makanan ke bagasi mobil milik Kiara. Teman-teman Yasmin ikut membantu menenteng piring plastik, satu dus air mineral dan buah-buahan. Satu karpet lumayan berat dibawah hati-hati oleh Dira dan Ratu, mereka hampir oleng karena benda itu.

"Hufffttt! ini si tante mau pindahan ke pantai atau mau ngasih makan ikan hiu? banyak amat bawa makanannya, astogeee dasar si tante!" Dira geleng-geleng kepala melihat bagasi mobil yang udah penuh, tak ada celah tempat yang tersisa untuk diisi kembali.

"Wajar aja sih tante Joana bawa makanan banyak, soalnya dia tau bawa orang rakus makan kaya dia." Kiara menyembulkan pipinya menunjuk Jihan yang lagi mengikat rambut.

"Ngapa lo nyindir gue?! sorry ya, gue kali ini gak akan makan banyak karena mau jaga image!" balas Jihan. Dia menghindari dicap cewek perut karet sama cowok nyebelin, siapa lagi kalau bukan Nigel adeknya abang lawyer terkenal. Cih! memikirkan pria itu saja buat selera makannya anjlok.

Mata Kiara membulat sempurna, takjub pada pemandangan yang ia lihat di depan matanya. Rambut panjang Yasmin digerai sangat indah, celana jeans di atas mata kaki, kaos biru kebesaran dijadikan corp t-shirt dipadukan kemeja kotak-kotak sebagai outer dan sandal kuning gambar anak ayam jadi alas kakinya. Polesan make up tipis tampak mempercantik visualnya yang sudah menawan.

"Sumpahhh, lo cantik banget Yas." Kiara masih terperangah.

"Kalau gue cowok, gue pasti udah jatuh cinta sama lo. Boleh gak sii gue belok aja jadi cowok?" canda Ratu.

"Mana mau si Yasmin sama cowok bekasan cewek." Jihan tertawa menoyor kepala Ratu.

"Ayo, udah siapkan?" Joana keluar dari dalam rumah mengunci gerbang. Tak mau kalah dari putrinya, ibu ini tampil modis bergaun pantai merah motif bunga aster setengah lengan, dipadu sepatu slip on bermotif yang sama dan hand bag kuning cerah paling nyentrik.

Mata Jihan mengerjap-ngerjap lihat Yasmin dan Joana bergantian. "Kalian kaya kakak dan adik, bukan emak dan anak." Jihan mengacungkan jempolnya pada Joana sambil tersenyum.

Suara derit gerbang besi disamping kanan jalan menyita perhatian Yasmin untuk menoleh. Dia lihat Nayla keluar membawa kresek sampah besar ditaruhnya di depan rumah. Jujur saja, Yasmin kehilangan orang yang selalu ada ketika weekend. Jika hubungannya baik-baik saja hari ini, pasti sekarang Yasmin dan Nay sudah berada di tempat wisata atau mall seharian penuh. Seketika, dia rindu canda tawa dan kebersamaan dengan Nay. Tak ada lebih sakit saat dua orang saling mengenal sebelumnya, tinggal berdekatan tapi sekarang seperti orang asing tak saling menyapa.

"Nay?!"

Yasmin menengok ibunya memanggil Nayla. Dia menunduk mengalihkan pandangan ke arah lain saat Nay melihat ke arahnya.

"Tante sama Yasmin mau ke pantai ratu, kamu mau ikut gak?"

Nay menatap Yasmin dengan sorot menunggu sesaat lebih lama, dia mengamati Yasmin dari kepala sampai ujung kaki---sempurna seperti yang selalu ia lihat. Ada rasa iri menyusup ke dalam ruang hatinya. "Ngg-nggak tante, Nay gak mau ikut."

"Syukur deh gak mau ikut," ketus Jihan tersenyum sinis membukakan pintu mobil samping kemudi. "Ayo tan kita pergi aja."

Tatapan teman-teman Yasmin membuat Nay terusik dan merasa terintimidasi. Dia melipat tangan di dada lihat mobil pajero putih mulai meninggalkan kompleks. "Sempurna banget sih hidup lo, Yas. Lo bisa kemanapun tanpa bawa beban berat. Sedangkan gue? dimana pun gue berada, gue selalu merasa gue itu paling sampah dan gak berharga. Gue kotor, gue---" suara kendaraan berhenti tepat di depan rumah Yasmin. Mata Nay memicing lihat cowok blazer hitam polos dengan dua kancing terbuka dibalut jaket trucker warna hijau tua dan celana jeans selutut turun dari mobil sport-nya.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang