47. Blood

236 70 0
                                    

"Muntahin!" Aksa mencengkram rahang Selatan.

Felix lega, tak ada koleganya disini. Bila mereka melihat kelakuan kasar putranya, itu bisa mencoreng reputasinya.

Semua panik, cewek-cewek yang tak jago bela diri perlahan mundur takut singa Panthera ngamuk. Seb dan Nigel siap sedia di sisi Selatan, mereka khawatir Aksa menghajar Selatan.

"Muntahin!" bentak Aksa sekali lagi.

"Hah?"

"Muntahin kue itu dari mulut lo." Aksa menggeram, Monic ingin melerai Aksa namun di tahan Felix.

"Biarkan dia melakukannya, sayang. Aksa harus mempertahankan apa yang dia miliki. Tak sepantasnya gadis itu membuat cemburu anak kita," sindir Felix. Joana berada tak jauh dari tempat Felix berdiri.

"Udah Tan, muntahin aja, mumpung idup lu masih baik- baik aja." Nigel berusaha melepaskan cengkraman tangan Aksa di rahang Nigel.

Tidak ada doa khusus pagi ini. Secara kebetulan kebaikan menimpanya. Gadis yang diam-diam ia suka memberikan kue spesial padanya, urutan kedua setelah Joana. Selatan tak mau menuruti perkataan Aksa, dia mengunyah potongan kecil roti yang bertekstur lembut itu dan menelannya.

"Uppss telat, kuenya udah masuk ke perut gua." Selatan nyengir kuda, membuka mulutnya lebar-lebar.

"Setan!!" Aksa melepas cengkraman itu. Tangan kekarnya melayang siap menyentuh wajah temannya.

"Ihh, kak Aksa apaansih?!!" Yasmin menghentikan Aksa. Dia berdiri di depan Selatan berhadapan dengan Aksa.

"Kalau kak Aksa mau kuenya, bilang! Nih nih, makan tuh!" Yasmin menyuapi Aksa dalam keadaan marah, dia bukannya memasukan kue ke mulut Aksa melainkan mengoleskannya ke pipi Aksa.

▪▪▪▪▪▪▪▪▪

"Sayang, kenapa perut aku mual kaya gini. Kepala aku juga kleyengan pusing." Patrio menyentuh dadanya, jantungnya  bekerja lebih cepat padahal dia tidak sedang berolahraga.

"Sayang, kamu mau kemana?" Patrio juga tak bisa menggerakan kakinya. Rasanya seperti kesemutan menyerang seluruh bagian saraf pentingnya.

Yuli membuka pintu kamar, sebelum keluar dia menengok Patrio.

"Kamu tega liat aku kaya gini?" Patrio merintih keras, dia mencoba berdiri sekuat tenaga. Kram otot di bagian panggul, persendian kaki dan sekujur tubuhnya terasa kaku. Dia sekarang seperti robot tak bisa bergerak bebas.

"Sebentar lagi malaikat akan menjemput, bersiaplah."

▪▪▪▪▪▪

Setengah 7 malam acara masih meriah, lampu bunga kerlap kerlip di sisi plafon atas gedung bersinar cantik, berubah warna setiap 4 detik sekali. Yasmin bosan hanya makan, ngobrol dan liat dekorasi yang gak bisa membuatnya tertawa. Liat semua orang saling bercanda dan bercengkrama, termasuk Aksa yang bergabung bersama teman-teman  gengnya.

Yasmin menyangga kepalanya mengetuk-ngetuk jemari di dagu. Satu hal melintas di kepalanya, sekelebat rencana belum terlaksana di perayaan ulang tahunnya. Yang tadinya wajah Yasmin di selimuti kebosanan, berubah menjadi sumringah menemui Aksa.

"Kak Aksa?!" panggil Yasmin menepuk pundak pacarnya itu.

Aksa cuma menoleh sebentar.

"Ihhh kak Aksa mana parade bonekanya? daritadi Yasmin nungguin," rengek Yasmin. Dua hari lalu saat di ajak Aksa ke balai sentra dia kan memanggil anggota Panthera. Untung saja ingatannya masih baik.

"Aduhhh mampusss, pura-pura ke toilet ah biar kagak disuruh cosplay pikachu!" Lintang mengendap-ngendap menjauh.

"Woy kak Lintang! Mau kemana? jangan kabur ya!" teriak Yasmin menunjuk Lintang.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang