Taksi itu memasuki kawasan parkiran depan gedung putih 8 lantai. Jejeran mobil ambulans dapat ia lihat di garasi beratap sebelah barat. Yuli menengok Nayla baru saja mematikan sambungan teleponnya. Nay keluar lebih dulu, Yuli mengikutinya.
Badannya berputar menatap sekelilingnya. Kegelisahan menyelimuti wajah Yuli saat perempuan berpakaian jas putih lengkap dengan stetoskop menggantung di leher mendorong lansia berkursi roda keluar dari gedung. Yuli menggeleng kuat hendak kabur, tapi Nay mencegahnya. "Maa, Mama sayang Nay, kan?"
Yuli terdiam. Bola mata putrinya memancarkan harapan dan permintaan yang sangat dalam padanya. "Kamu bakal bawa mama ke mana, Nay?"
"Dokter psikolog, Nay pengen mama sembuh." Nay menunggu reaksi ibunya, tapi Yuli hanya terkejut lalu terdiam sejenak dan kemudian mengangguk-angguk memegang tangan Nay.
"Mama sehat Nay." Yuli mengatakan itu tidak menatap kedua bola mata Nay, dia berpaling ke arah lain. Nay bukan anak polos yang tak peka pada keadaan orang tuanya, dia mampu membaca luka dan kesedihan yang berusaha Yuli tutupi darinya.
Nay menengadah, terlalu lemah bila dia menangis di depan ibunya sekarang. Nay menggenggam tangan Yuli mengajaknya masuk ke dalam Rumah Sakit Umum Harapan Kasih, Rumah sakit rekomendasi dari Dr.Diana kenalan Wika kemarin.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Dua hari ini, sikap Aksa yang sudah dingin menjadi lebih pendiam dan mengabaikan orang-orang sekitarnya. Dia datang ke markas hanya sekedar menampakan diri di depan teman-temannya tanpa berbicara sepatah katapun. Aksa memisahkan diri duduk di pojokan ditemani anggur beralkohol dan tembakau. Setelah mereguk dua gelas anggur tandas tak tersisa, kesadarannya masih ada dan tidak mabok. Aksa melepas jaket dan kaos hitam yang ia kenakan. Dia bertelanjang dada membuat beberapa pasang mata ternganga betapa kekar dan besarnya tubuh Aksa.
Samsak menggantung di depan matanya bagai musuh yang siap di eksekusi. Aksa meninju karung berisi pasir itu sekali pukulan. Dia mundur dua langkah dan dalam sekali tendangan, samsak bergerak seperti tubuh musuh yang akan roboh. Aksa kembali ke dalam pukulan tangan, dia melampiaskan segala amarahnya tanpa melukai siapapun.
Suara pukulan dari samsak dan teriakan Aksa membangkitkan seluruh bulu kuduk anggota yang ada di markas. 7 orang lagi duduk-duduk di dalam markas pun berlarian keluar takut jika ketua mereka gelap mata dan menghabisi mereka secara brutal, sama kaya nasib samsak yang dihajar Aksa tanpa ampun.
"Tolong siapapun carikan cewek buat pak ketu, dia galau berat anjinggggg gua gak tega...gak tega maksudnya sama samsak-nya, kasian jadi sasaran empuk pak ketu kalau lagi marah," kata Dian berbisik pada orang di belakangnya.
Mereka berdiri di depan pintu markas menonton Aksa dari luar. Anggota inti baru saja datang setelah menengok Selatan di rumah sakit.
"Ada apaan woy? lu semua ketakutan gitu kaya habis liat setan." Seb melepas sarung tangannya berjalan ke depan mereka diekori Nigel dan Lintang.
"Bang, setan yang paling menakutkan bagi kita tuh pak ketua, bang." Dian menunjuk Aksa di dalam markas.
"Waaahhh bocahh tengill nih, berarti lu ngatain si Aksa setan dong." Lintang merangkul leher Dian dan memberikan beberapa kali pukulan pelan di kepalanya.
Yedam bersender di dinding cafe elevator. Dia mematikan rokok menginjaknya menggunakan ujung kaki. Yedam sudah sejak petang di markas, tak diketahui keberadaannya oleh para anggota yang ada di markas samping cafe. Melihat Yedam berjalan masuk ke dalam markas tanpa menoleh pada mereka semua, Nigel melangkah lebar mengikuti Yedam menemui Aksa. Wajah Yedam keras seperti orang marah, Nigel takut mereka berkelahi.
"Gak ada gunanya lo lampiasin ke karung pasir itu, Sa. Gua gak mau yah, salah satu ketua solidarity 61 lemah hanya karena cewek!"
Perkataan Yedam menghentikan pukulan Aksa pada samsak. Rambut basah meneteskan peluh jatuh ke hidung mancung Aksa. Rahang Aksa mengeras, sorot matanya tajam menusuk dan gemuruh napasnya berhembus tak beraturan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHURAKSA
Teen FictionAlam punya banyak cara mengistimewakan makhluknya. Tanpa terluka dia, kamu ataupun mereka tak akan pernah menemukan arti... semesta hidup karena masalah! Apa sebenarnya yang manusia butuhkan? Masalah yang harus menggunung setinggi krakatau atau masa...