Di lorong rumah sakit orang-orang berjaket Panthera silih berganti berjaga dan menjenguk Selatan. Tiga orang yang pasti stay 24 jam yaitu Lintang, Nigel dan Seb. Tak mau pindah selangkah kaki pun sebelum memastikan sahabatnya sembuh total.
Nigel bersender di dinding melihat 7 orang datang berseragam Andromeda. Mereka Adam, Revan, Eka, Jody, Hans, Billy dan Dian anak kelas 10.
"Woy, lu semua kalau capek pulang, gih. Biar kita yang jaga Selatan," kata Revan pada anak-anak Panthera yang lagi duduk berjejer di kursi tunggu."Eh, gimana sekolah amankan?" tanya Lintang sedikit menyipitkan matanya curiga.
Eka berdehem menengok Adam. Dia sedikit kikuk ditatap Lintang, Seb dan Nigel sangat tajam. Anggota inti mempercayakan sekolah pada mereka, tapi justru malah dia dan teman-temannya membuat keributan besar dengan Pak Kepala Sekolah. "Aduuuhhh... ancur, bang. Si Gunawan abis sama anak-anak. Wahhh, tadi kalau abang ada di sekolah pasti kepsek lebih babak belur lagi."
Dian anak kelas 10 berbicara dengan lantang tanpa rasa takut. Sementara Jody dan Eka sudah memundurkan langkah bersembunyi di balik punggung Adam.
"Maksud lo apa? kalian nambahin masalah lagi, hah?" Nigel berdiri di hadapan ke tujuh anggotanya itu. Nada bicaranya bukan kawan. Kepalanya sudah cukup pening menerima masalah yang ditimbulkan Reagle untuk gengnya.
"Kepsek kasih kita hukuman, bang. Kita dilarang bawa atau pake atribut Panthera ke sekolah. Seluruh guru juga sepakat untuk tidak memberikan surat rekomendasi berkelakuan baik, dilarang ikut wisatan tahunan dan alpa sebulan." Dian membuka suara disaat yang lainnya memilih bungkam.
"Gel, kericuhan tadi di sekolah ya karena kita gak tau harus berbuat apa. Wajar dong kita marah karena kita gak salah." Adam ikut angkat suara.
"Iya, kita gak seharusnya dapet hukuman itu," setuju Revan.
"Ini semua karena geng Reagle sialan itu! kita harus bales dendam!" umpat Jody.
"Balas dendam? lo pikir semudah itu hah? kita berduka, men. Aksa di penjara, Herman meninggal terus si Selatan lagi sakit." Yuda anak Panthera Bekasi tak setuju atas perkataan Jody.
"Lagian pak ketua juga pasti gak akan izinin kita buat nyerang, kecuali---" Seb melirik Nigel yang kelihatan sedang berpikir.
"Kecuali kalau ada perintah dari petinggi Panthera-X atau Colombo,kan?" Adam mengepalkan kedua tangannya.
Nigel menjawab dengan anggukan kecil sambil mengembuskan napas kasar. Dia lihat dibelakang sana sosok dua perempuan. Revan dan yang lainnya membuka jalan bagi Yasmin dan Joana.
"Hallo, kata resepsionis Selatan di rawat di sini yah?" Joana bertanya pada anak-anak Panthera.
"Oh iya bener, tan. Aduh gak nyangka nih bisa ketemu tante." Lintang menyalami Joana. "Mau ketemu Lintang ya, Tan?"
Sebagian anak Panthera terkekeh malu melihat tingkah Lintang yang kepedean.
"Eumhhhh, tante ke sini mau jengukin Selatan." Joana tertawa kecil mengusap punggung Lintang.
"Oh gitu, kalau mau jenguk Selatan harus bawa oleh-oleh, Tan." Lintang melihat keranjang buah di tangan Yasmin.
"Eh, Tang. Lo malu-maluin aja sih!" Seb menarik kerah belakang jaket milik Lintang.
"Nih kak." Yasmin menyerahkan keranjang buahnya pada Lintang.
Cowok itu menerimanya dengan girang.
"Yaampun Tang, lo jaga image dikit napa di depan cewek," kata Nigel melihat Lintang langsung membuka plastik keranjang buah itu.
"Kak, kakak makan pisangnya aja, kan buahnya buat kak Selatan," canda Yasmin.
"Ehh busett, emang gue monyet lu kasih pisangnya doang?" dengkus Lintang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHURAKSA
Teen FictionAlam punya banyak cara mengistimewakan makhluknya. Tanpa terluka dia, kamu ataupun mereka tak akan pernah menemukan arti... semesta hidup karena masalah! Apa sebenarnya yang manusia butuhkan? Masalah yang harus menggunung setinggi krakatau atau masa...