Sepekan berlalu banyak cerita yang tak terjelaskan. Satu hal pasti, keadaan memaksa seseorang mengasingkan diri.
Waktu tak akan berhenti, siang dan malam akan tetap berganti, mengganti angka tanggal setiap hari. Sama pun halnya dengan bangku sekolahan, mereka masuk, duduk dan belajar, bersenda gurau hilangkan penat lalu pulang untuk kembali hari esok.
SMA ANDROMEDA baru saja membunyikan bel pelajaran pertama, segerombol murid serentak masuk ke dalam kelas masing-masing.
"Hallo semua." Pak Tejo guru fisika si manusia disiplin paling semangat mengajar. Dia masuk tepat setelah bunyi bel.
Merasa tak ada tanggapan dari anak muridnya, Pak Tejo berhenti melangkah di tengah depan kelas, menengok seluruh murid kelas 10 IPS 1.
"Kenapa gak jawab sapaan saya?""Gak denger," celetuk ketua murid disambut cengengesan dari yang lainnya.
"Dasar kelas tuli!" umpat Pak Tejo menyimpan buku panduan mengajarnya di atas meja.
Salah satu murid laki-laki terlambat masuk kelas. Si Robi, anak Panthera yang sangat kecanduan tembakau. Tubuhnya selalu bau asap rokok.
"Wehh, nih berandal kenapa baru masuk? habis darimana kamu?!" tegur Pak Tejo mengambil penggaris kayu dipukulnya pelan ke punggung Robi.
"Saya tadi habis makan dulu di kantin, terus godain cewek sebentar dan pergi ke toilet buat eek. Nihh, tangan saya masih bau tai," jawab Robi mengendus tangannya sendiri.
Pak Tejo menutup hidung, dia bukan mencium bau tai, tapi bau rokok.
"Lepas dasi kamu! dasi kok di iket di kepala, dasi tuh di pasang di kerah seragam!""Ini sengaja pak, biar otak saya gak bermigrasi ke alam lain," canda Robi, gayanya slengean berkacak pinggang tak sopan di depan Pak Tejo.
"Alasan aja kamu! yaudah sana duduk!" Untuk kali ini Robi lolos, Pak Tejo anti rokok, dia merasa sesak mencium bau rokok di tubuh Robi.
Pak Tejo menurunkan kacamata bacanya menatap semua anak murid kelas 10 IPS 1.
"Bulan depan kalian akan menghadapi ujian tengah semester, mohon dipersiapkan dengan baik, ya."Jihan menyangga kepalanya melirik Yasmin yang sedang mencatat sesuatu di buku tulisnya.
"Ehh, kak Aksa gimana tuh, Yas? dia kan gak sekolah seminggu ini. Cowok lo kan udah 2 kali gak naik kelas, jangan sampe sekarang juga gak lulus lagi.""Gak tau, udah gak kontekan," enteng Yasmin mengangkat kedua bahunya.
Dia membuka telapak tangannya terdapat luka gores, itu ia dapatkan saat di tendang Aksa sampai tersungkur sewaktu di markas. Semenjak pulang dari sana, Yasmin tak menemui Aksa lagi. Lost contact. Sejujurnya, Yasmin tidak marah atau ingin mengakhiri hubungan. Namun, dirinya hanya butuh istirahat sejenak. Menghadapi hubungan aneh, jauh dari kata romantis sangat melelahkan.
"Masa pacaran gak ada komunikasi, itu pacaran apa musuhan?" Jihan memiringkan wajah melihat muka sahabatnya dirundung sedih.
"Jihan mau bantuin Yasmin, gak?
"Bantuin apaan?"
▪▪▪▪▪▪▪▪
Langit sore berwarna kuning, sunset dengan hamparan awan di atas kepala.
Kursi santai bean bag oval berbagai warna di gelar di atas rumput halaman markas elevator. Mereka ngopi-ngopi, main kartu remi dan atau sekedar ngobrol biasa.
Berbeda dengan Aksa yang agak ke pojok duduknya. Dia memangku gitar duduk di atas kursi bean bag oval. Sedaritadi hanya memetik senar menatap kosong rumput berbatu koral di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHURAKSA
Dla nastolatkówAlam punya banyak cara mengistimewakan makhluknya. Tanpa terluka dia, kamu ataupun mereka tak akan pernah menemukan arti... semesta hidup karena masalah! Apa sebenarnya yang manusia butuhkan? Masalah yang harus menggunung setinggi krakatau atau masa...