Tidak ada hari tanpa sepi. Markas Elevator masih menjadi tempat favorit anak Panthera. Di samping markas, mereka menata meja untuk menyimpan seperangkat alat dj dan speaker berukuran besar. Jejeran motor retro mengelilingi area dance floor yang dibuat seadanya beralaskan lantai terpal. Bagi anak Panthera yang doyan dugem, Nigel mengaturnya sebagai diskotik buatan tanpa alkohol dan para wanita jalang. Setengah dari anggota menikmati alunan musik edm di oplos dengan dangdut. Mereka menari melepas beban dan penat untuk sementara.
Cafe Elevator dihiasi lampu kerlap kerlip dan lampion yang digantung. Meja outdoor tak tersisa, semua penuh dan para pekerja menjadi sibuk. Nia, gadis lampu merah yang beberapa waktu lalu di rekrut Aksa masih bertahan di Cafe. Dia menunjukan kinerja yang baik dan hidupnya berubah seiring hari. Tampilan Nia lebih rapi, selain karena tuntutan pekerjaan, dia juga menyesuaikan diri dengan teman-temannya. "Kak Imel, temen-temen kak Aksa udah ada semuanya, tapi Nia gak liat kak Aksa, yah. Dia kemana?"
Imel mengedarkan pandangannya. "Gak tau, mungkin dia lagi ada urusan kali sama ketua geng yang lain." Imel membawa nampan berisikan piring dan gelas kotor. Sebelum melangkah pergi, Imel menoleh lagi pada Nia. "Kenapa lo nanyain Aksa? jangan bilang lo suka sama dia."
Nia langsung garuk kepala, wajahnya tersipu malu sambil senyum-senyum. "Wajar gak sih kalau Nia suka sama kak Aksa?"
Semburat tawa sinis menghancurkan mental Nia. Pinka melipat kedua tangan di dada duduk di atas meja. "Wajar sih lo suka sama Aksa, dia kan ganteng. Yang enggak wajar itu---" Pinka menggantung ucapannya memainkan rambut Nia. "---yang enggak wajar itu, elo gak nyadar diri!" Pinka menoyor-noyor kening Nia. "Udah tau kasta lo dari kalangan gembel, masih ngarep lo, kalau Aksa bakal suka balik sama lo, hah? gue sih gak yakin, yah."
Nia membanting kain lap di tangannya ke meja yang di duduki Pinka. Dia menendang kursi mengalihkan perhatian beberapa orang ke arahnya. Nia bukan perempuan gampang ditindas, terutama kalau ada orang lain merendahkan harga dirinya dan dia pasti memberontak walaupun lawannya lebih tua darinya.
"Kak, kalau kakak niatnya mau hancurin mental Nia, gak semudah itu. Cuma modal bacot doang, gak bikin Nia menciut."Pinka sebagai senior lebih tua merasa terpojok di balas demikian oleh Nia. Imel menahan tawa melihat reaksi Pinka yang diam mati kutu.
Nia mengambil lap di belakang Pinka. Matanya tajam menilik Pinka. "Banyak hal lebih berguna yang bisa kakak lakuin daripada hina orang lain, contohnya kakak bisa ngaca di cermin sehari tiga kali, biar mulut kakak cantik, hati bersih dan diri yang kotor tidak arogan."
"Lo ngatain gue arogan? ngatain diri gue kotor, gitu hah?" Pinka mendorong bahu Nia. Sekarang malah terbalik, harga dirinya di obok-obok oleh bocah kecil yang ia anggap polos ternyata lebih dari itu.
Posisi Nia membelakangi parkiran dan hanya Pinka yang melihat motor Aksa baru saja datang. "Aduhhhh! kenapa sih lo nanya-nanya gue terus, hah?" Pinka mengeraskan suaranya sengaja, dia pura-pura kesal dan aktingnya patut di puji sampai Nia kebingungan.
"Aksaa?!" Saat Aksa melewati mereka, Pinka memanggil Aksa menahan tangannya.
"Apaan?!" balas Aksa dingin, nada suaranya nge-gas. Diperhatikan, wajah Aksa tampak kusut membuat Pinka meneguk ludah ngeri, tapi waktu yang tepat sekarang untuk membalas Nia.
"Nih liat, dia malah ngajak gue ngobrol nanyain lo terus. Harusnya kan, dia itu kerja layanin pembeli, tapi malah males-malesan." Pinka menunjuk Nia.
Dalam posisi yang sedang tidak menguntungkan, Nia hanya diam berdiri. Aksa melihat pekerja yang lainnya sibuk mondar-mandir mengantar pesanan. Imel? Nia sudah tak melihat Imel lagi, begitu Imel melihat Aksa, dia cepat-cepat pergi meninggalkan Nia.
"Kenapa lo nanyain gue, hm?" Suasana hati Aksa sedang buruk. Dia menginjakan salah satu kakinya ke kursi menatap Nia tajam tanpa ekspresi.
Nia menunduk, meremas kain lap yang ada ditangannya. Dalam hati, Pinka senang dan puas saat Nia mati kutu di depan Aksa. Jangan macem-macem sama gue, rasain lo! Pinka pergi bergabung ke Panthera Angel, tapi matanya terus mengawasi Nia yang sebentar lagi bakal dimarahi Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHURAKSA
JugendliteraturAlam punya banyak cara mengistimewakan makhluknya. Tanpa terluka dia, kamu ataupun mereka tak akan pernah menemukan arti... semesta hidup karena masalah! Apa sebenarnya yang manusia butuhkan? Masalah yang harus menggunung setinggi krakatau atau masa...