8. Batu es

625 160 60
                                    

"Bundaaaa, cepetan ntar Yasmin bisa telat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bundaaaa, cepetan ntar Yasmin bisa telat." Teriak Yasmin membenarkan dasinya berjalan ke depan rumah menuruni anak tangga berdiri depan mobil. Dia membuang nafas kasar, bundanya belum juga siap padahal mandi lebih dulu darinya.

Yasmin membuka gerbang rumah secara mandiri. Tidak ada satpam ataupun pembantu karena Joana membiasakan Yasmin untuk bertanggung jawab dan tidak bergantung pada orang lain.

"Celamat pagi kakak cantik."

Yasmin menoleh cepat pada benda berbulu coklat, bermata cokelat gelap terbuat dari kaca dan dia memakai pakaian overall pink. Sang teddy bear melambai-lambai seolah dia adalah benda hidup. "Kakak cantik mau ke cekolah yah? aku antelin yaah kakak cantik, mau gak?"

Beruang teddy berukuran setinggi dirinya mendekati Yasmin. Dia melihat ke bawah, sepatu sneakers bermotif catur milik....Yedam? "Kakak?"

"Kamu suka gak?" Yedam menyerahkan boneka beruang pada Yasmin.

"Buat aku kak? gede banget," Yasmin menerimanya. Saking jumbonya ukuran badan si beruang, Yasmin harus mengerahkan tenaganya untuk mengangkat tubuh beruang yang lumayan berat.

"Kamu suka gak nih kakak beliin boneka?" Yedam membantu Yasmin ngangkat bonekanya.

"Suka kak, tapi kenapa kakak tiba-tiba beliin aku boneka?"

"Supaya kamu bobo ada temennya," canda Yedam sembari mengelus kepala Yasmin.

"Makasih yah kak, kakak tau aja kalau aku suka kesepian." Yasmin tersenyum tipis mengingat Joana selalu pulang malam. Pagi ini, bundanya berangkat siang sekitar jam 8 makanya bisa mengantar Yasmin pergi ke sekolah.

"Yas, ayo nak mama udah siap."Joana keluar dari dalam rumah mengenakan pakaian jeans dipadu blouse setengah lengan.

"Hallo mama," sapa Yedam menyalami Joana. "Masih inget saya mama?"

Tidak mungkin lupa wajah Yedam, si pemuda humble dan banyak bicara. "Ah yaaa, kamu ngapain pagi-pagi udah ada di rumah tante?"

"Mau nganterin boneka. Oh ya, saya boleh kan yah panggil tante dengan sebutan mama?" Yedam salah tingkah di depan Joana mengusap tengkuknya takut ditolak.

Joana terlihat berpikir sejenak. Ya, dia sedikit heran saja mengapa Yedam sangat berbeda dengan pemuda yang lain. Masih berstatus orang baru, tapi Yedam seperti sudah mengenalnya bertahun-tahun. Tidak ada pembatas yang membatasi Yedam untuk bersikap seperti itu. "Boleh kok, tante seneng banget kalau kamu panggil tante mama."

"Terimakasih mama. Yasmin biar saya yang antar, bolehkan ma?" Yedam menengok Yasmin.

"Tapi gak akan bawa kabur anak mama, kan?" canda Joana.

"Ya nggaklah, ma. Pokoknya, Yedam pastiin Yasmin bakal sampe ke sekolah dengan selamat."

Joana menganggukinya, mengizinkan Yedam. Lagipula, dia harus menyelesaikan bahan presentasi pagi ini untuk menarik investor eropa agar mau mendanai proyek yang akan ia rintis.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang