30. Buanglam Road

342 103 409
                                    

Akses jalan terputus di perempatan belokan ke arah Jalan Buanglam. 250 Panthera menguasai jalanan itu di jam 19.19 WIB. Mereka menutup dengan jejeran motor yang memenuhi luas jalanan Buanglam. Memarkirkan kendaraan tidak pada tempatnya membuat sedikit pengendara emosi. Orang-orang menggertakan peringatan keras, namun berakhir kekalahan. Setidaknya ada 100 orang stay di perempatan memegang senjata kayu balok dan benda tajam lainnya untuk menghentikan pergerakan siapa pun masuk ke Buanglam. Sementara sisa 150 orang dan 7 senior Panthera X bergerak ke markas Reagle, mengepung mereka.

"Ini kenapa sih kok macet gini?" Kiara menekan klakson berulang kali, dia sedikit emosi lantaran sudah 15 menit kendaraan di depannya tidak maju.

"Mungkin ada kecelakaan," kata Jihan santai tak memusingkan kemacetan yang ada di hadapan matanya.

"Eh, lu berdua cek sonoh ke depan." Kiara menengok Jihan dan Dira.

"Ogah, di luar banyak polusi nanti gue jerawatan." Dira terus memainkan ponselnya. Sikap dia membuat Kiara memukul stir kemudi dengan kesal lalu keluar dari mobil sendirian.

▪▪▪▪▪

Ruang gerak Reagle makin sempit. Mereka ketar-ketir karena suara derum mesin motor musuh terdengar dari seluruh sudut markas. Letak markas mereka bukan persis di Buanglam, tapi berada di jalur jalanan Buanglam. Ada satu daerah paling tersohor sejak zaman 90-an, sekolah bajigur Jln. Kubumi. Akses ke markas mereka hanya ada satu, lewat jalan Buanglam makanya senior Panthera-X menutup Buanglam sepenuhnya.

Sekolah terbengkalai yang sudah di renovasi jadi markas masih tampak mengerikan bagi orang yang tau sejarah bajigur. Epoy senior Panthera-X mengusap punggung lehernya, mendadak bulu kuduknya naik melihat megahnya bangunan bajigur yang masih berdiri kokoh.

"Kenapa, Poy? lo takut ketemu tuyul?" ejek Maung, menertawai wajah pucat Epoy.

"Gue inget banget dulu di sini tetangga gua meninggal." Epoy bergidik ngeri.

"Makanya, jangan di inget-inget mulu. Fokus sama pembantaian, bro."  Doglas turun dari motor melepas sarung tangannya memimpin paling depan.

"Heran gue, nih bocah Reagle kenapa milih markas sekolah bajigur, sih?" timpal Rein.

"Mungkin mereka mau skidipapap sama kuntilanak penghuni sini," ceplos Hama tertawa mesum sedikit mengejek.

Bajigur adalah singkatan dari Banyak Bayi di gugurkan. Sekolah X ini memang terkenal akan kasus siswi hamil di luar nikah dan mereka menggugurkan bayinya dengan bunuh diri atau minum obat yang diberikan pacarnya. Tercatat lebih dari 2 orang setiap tahun meninggal dunia dan ditotalkan puluhan korban hamil di luar nikah berasal dari sekolah ini.

"KELUAR LO SEMUA, PENGECUT!"  teriak Doglas melalui pengeras suara.

Senior Omen menyuruh beberapa anggota Panthera inti mengeluarkan sinar laser yang di arahkan ke dalam gedung. Belasan orang juga di instruksikan maju menyeret target musuh keluar dari markasnya.

Nigel menyipitkan mata lihat di lantai 3 bayangan seorang pria masuk ke sebuah ruangan. Tak lama, pria yang ia yakini ketua Reagle itu keluar lagi membawa sesuatu di tangannya. Dia tak bisa memastikan benda apa yang Alan bawa. "Bang, mereka gak punya senjata api kan?"

Doglas menoleh pada Nigel, dia menggeleng tak yakin. Suara pelatuk menggemparkan telinga seluruh anak Panthera yang bergerak maju ke depan. Doglas naik ke atas batu dekat semak-semak. "MUNDUR, GOBLOK!!!"

Todongan pistol tepat di kening Witan. Sambil meneguk ludah berusaha tenang, Witan perlahan mundur mengangkat kedua tangannya. Ini tidak bisa dipercaya oleh Doglas. Ratusan anak buahnya bisa dibungkam hanya dengan satu senjata api saja.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang