33. Bawang berdarah

353 89 158
                                    

Mata Yasmin sudah lama tertunduk tak punya keberanian melihat Aksa yang berdiri terus sedaritadi di depannya. Aksa melipat kedua tangan di dada, sorot netranya masih menyala-nyala dan hembusan napasnya terdengar kasar masih menyimpan amarah.

"Lo mau dinner sama Megan?!" tanya Aksa, suaranya lantang mencekik. Yasmin dibuat kikuk meremas jemarinya bak anak kecil dimarahin bapaknya.

Yasmin menjawab dengan anggukan.

"Kenapa lo terima, hah?!" Aksa berkacak pinggang, nada introgasinya sangat tegas dan keras. "Jawab!" desak Aksa membentak Yasmin sampai gadis itu terperanjat ketakutan.

"Kata kak Megan, kalau Yasmin terima ajakan dinnernya, dia gak bakal ganggu Yasmin lagi." Suaranya halus terdengar seperti bisikan, Yasmin menekuk bibirnya mengusap air mata yang lolos di pelupuk mata menggunakan punggung tangannya. Dia tipe perempuan yang tidak bisa dibentak. Kata orang, hati wanita itu lembut makanya kalau dikerasin dikit pasti langsung nangis.

Seb tak tega melihat Yasmin terisak tangis, dia melebarkan pandangannya menatap Aksa yang sudah lebih dulu memelototinya sebagai tanda peringatan untuk tidak ikut campur.

"Nih, Sa. Gua udah bawa barang yang lo minta." Lintang menyerahkan dua benda itu ke tangan Aksa.

Aksa menarik tangan Yasmin, saking takutnya dibentak lagi sama Aksa, Yasmin mundur menjauh.

"Sini!" Aksa menarik pinggang Yasmin sangat kencang. Tubuh mereka saling menempel, bisa Aksa rasakan hembusan napas Yasmin. Muka Yasmin makin ketakutan, isak tangisnya makin menjadi padahal Aksa tidak melukainya.

Aksa menuangkan handsanitizer ke tisu sangat banyak, dia menangkup sebelah sisi wajah Yasmin dan mengoleskan tisu itu ke pipi bekas di cium Megan.
"Kalau sampe pipi lo jerawatan, gua bakal bakar bibir si Megan, bangsat!!" umpat Aksa terus membersihkan pipi Yasmin.

"Setau gua, handsanitizer buat membunuh kuman. Lah, ini malah buat membersihkan pipi dari bekas ciuman," heran Seb.

"Mungkin Aksa mikirnya bibir si Megan banyak bakteri clostridia, streptococcus, staphylococci, listeria,bacilli----"

"Eh bangsat, lu ngomong bahasa apaan? gua kagak ngarti anjeng." Seb memukul punggung leher Lintang.

"Gua lagi sebutin nama bakteri, goblok!"balas Lintang menoyor kepala Seb.

"Oh, gua kirain lu ngomong bahasa romawi." Seb cengengesan mengusap tengkuknya.

Sesudah membersihkan pipi Yasmin, Aksa mengusap air mata yang terus berjatuhan dari pelupuk mata gadis itu. "Maaf." Aksa mengusap kepala Yasmin lembut. Dia menaikan dagu Yasmin menggunakan satu telunjuknya. "Batalin dinner sama Megan."

"Tapi aku udah bilang iya sama kak Megan."

"Batalin, lo dinner-nya sama gue." Sepasang mata lentik milik Yasmin membuat Aksa terlena baru beberapa menit saja bertatapan. Dia menelusuri setiap inci wajah Yasmin dan tak pernah berhenti mengelus-ngelus pipi Yasmin menggunakan jempol tangannya. Mata Aksa turun lihat bibir tipis merah muda yang seperti melambai-lambai memintanya mendekat. Aksa menyentuh bibir Yasmin dan berkata. ""Jangan pergi nanti malem, dinner sama gue, gue kasih anak ayam."

"Anak ayam--" CUP.

Nafsunya mengiris pertahanan diri yang Aksa miliki. Dia menautkan bibirnya ke bibir Yasmin. Seb dan Lintang ternganga, mereka kompak menutup matanya menggunakan tangan, sesekali mengintip dibalik jemari mereka.

Ciuman pertama Yasmin, dia dibuat Aksa melayang tinggi. Aroma parfum dari tubuh Aksa seperti menahan dirinya agak tidak memberontak. Bibir Aksa menempel cukup lama, degup jantung mungkin terdengar oleh Aksa sampai cowok itu terkekeh gemas melepaskan ciumannya.
"Kenapa, hm?" Aksa mengusap kepala Yasmin dan sebelah tangannya lagi memeluk pinggang Yasmin.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang