52. Maaf

267 71 13
                                    

Kalian pada sadar gak sih? kalau judul Bahuraksa cuma satu satunya cerita di Wattpad. Kalau gak percaya ketik aja di google 'Bahuraksa Wattpad' pasti yang muncul cerita aku, karena aku satu satunya yang punya judul ini.

-Semoga tidak ada yang melahirkan judul Bahuraksa lagi- tolong, pantau😂 hehe.

'The one and only 🤗'

▪▪▪▪▪▪▪▪

Matahari perlahan terbenam, langit kuning di telan malam. Syukurlah rumah itu sunyi, jalanan melompong tak ada aktivitas manusia dan hanya suara bising kendaraannya yang dapat terdengar di tengah sayupan udara dingin menusuk kulit. Aksa turun dari motornya, ingin memencet bel namun gerbangnya tak terkunci. Aksa masuk ke dalam celengak-celinguk sambil mengusap tengkuk lehernya. Dia datang petang hari, sedikit merinding menapaki kaki di rumah bekas kasus pembunuhan.

Baru saja akan mengetuk pintu rumah Nay, seseorang lebih dulu membuka pintu dan gadis itu terkaget lihat batang tubuhnya tiba-tiba bisa ada di depannya. "Kak Aksa?"

Aksa meringis dalam hati, membuang muka ke arah lain liat Yasmin berada di rumah Nay. Kedatangannya pasti menjadi pertanyaan di kepala gadis itu. Dia tetap memasang muka biasa saja, menguasai dirinya agar tetap tenang.

Yasmin menutup pintu rumah, kedua alisnya mengerut bersamaan. Tatapan Yasmin langsung dipenuhi kecurigaan. "Kak Aksa, kenapa di sini?"

"Kenapa?" balas Aksa datar, tak ada ekspresi terlukis di wajahnya.

"Kok malah balik nanya, sih. Aku tanya, kenapa kak Aks---"

"Ketemu Nay."

Hening sejenak. Matanya memanas seketika.
"Ken-Kenapa-Kenapa Nay? Kak Aksa mau ngapain?" Yasmin merasa tertohok atas jawaban itu. Dia menatap dalam netra Aksa.

"Bukan urusan lo."

"Yasmin kan pacar kak Aksa, jadi berhak tau." Yasmin memegang lengan Aksa, bulir bening memenuhi pelupuk matanya.

"Gak semuanya lo harus tau." Nada suara Aksa terdengar enteng, terkesan cuek dan Yasmin tipe orang yang sensitif kalau soal perasaan. Dia akan mudah menangis.

"Kak Aksa jahat! Kak Aksa mau balikan ya sama Nay?" Yasmin menghentakan kaki, terisak tangis memukul lengan Aksa.

Aksa membiarkan gadisnya beberapa waktu, dia lihat hidung dan mata Yasmin memerah. Belum tergerak untuk menghentikan tangisannya, Aksa menarik napas panjang sembari mengepalkan tangan meninju tembok pilar di depan rumah.

Aksa berteriak kencang menarik tubuh Yasmin ke dalam dekapannya. "Gue gak maksud buat lo nangis, maaf." Aksa memeluk Yasmin erat, tak ada niatnya menyakiti gadis sepolos dan sebaik Yasmin. Tapi di sisi lain, di lubuk hatinya mengganjal rasa bersalah pada Nayla. Entahlah, Aksa dihantui perkataan Wika terus menerus. Dia meyakini itu sebuah kebenaran. Aksa merasa dirinya juga harus ikut bertanggung jawab pada psikis Nayla.

"Gue ada urusan sama Nay sebentar," kata Aksa lemah lembut mengelus kepala Yasmin yang masing menangis.

"Urusan apa?" Yasmin mendongak lihat wajah Aksa.

"Sebentar aja." Aksa menyelipkan rambut Yasmin di telinga.

"Iya, urusan apa dulu?" Nada suara Yasmin naik satu oktaf, gregetan dan kesal karena seperti Aksa menyembunyikan sesuatu darinya.

"Bonar."

Yasmin berhenti terisak, setaunya nama itu adalah pacarnya Nayla dan dia orang yang menembaknya kemarin.

"Cuma itu aja, kan? Kak Aksa gak mau balikan sama Nay, kan?" kekhawatiran terlihat jelas menyelimuti wajah Yasmin.

"Nggak." Aksa mengecup singkat bibir Yasmin tanpa melepas pelukannya."Gue ngomong sama Nay sebentar, habis itu gue ajak lo ke party anak Nostra. Mau?"

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang