Follow Tik Tok @seanations15 atau Ig buat nonton konten Bahuraksa.
▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Setiap hari kepalanya tak pernah berhenti memikirkan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidupnya. Raga Nay memang terlihat duduk di bangku sekolah, matanya lurus ke depan memperhatikan guru killer menjelaskan soal logika matematika, namun jiwanya tak ada disana.
Evi, teman sebangku Nay sembari menopang kepala menengok. "Nay, lu lagi merhatiin Pak Iwa apa lagi ngelamun, sih? kedip dong, Nay. Gak perih apa mata lu? serius amat."
Pikiran Nay buyar. Dia memilih mengabaikan perkataan Evi. Mentalnya hancur, begitupula masa depannya.
"Lu badmood kenapa sih, Nay?" Evi menyentuh tangan Nay.
"Gakpapa." Nay menarik tangannya. Sikap cuek Nay membuat Evi sedikit kesal.
"Kalau ada masalah, lu cerita sama gue."
"Gak ada."
"Lu yakin?" Evi menyelidik, menaruh rasa curiga karena selama 7 tahun berteman, Evi merasakan perubahan Nay dua tahun terakhir ini.
"Eumhhhhppphh...." Nay menutup mulutnya. Dia membulatkan mata liat reaksi murid lain, termasuk Pak Iwa melihat ke arahnya.
"Nay lu kenapa?" panik Evi.
"Pak, saya izin ke toilet ya, saya gak kuat." Nay bangkit berdiri dari kursinya menahan mual yang sudah tak tertahankan. Akhir-akhir ini indera penciumannya jadi sensitif. Kelasnya memakai pengharum ruangan aroma vanilla, itu sebabnya Nay jadi mual.
"Pak, saya juga izin ke toilet." Dava mengacungkan tangan. Sebelum Pak Iwa mengizinkan, dia nyelonong pergi keluar seenaknya.
"Siapa lagi yang mau ke toilet?" Pak Iwa memasang wajah kesal berkacak pinggang.
Lima teman Dava mengangkat tangannya kompak. Pak Iwa berdecak. "Kalian mau pipis berjamaah, hah?" sentak Pak Iwa memukul-mukul penggaris kayunya ke meja mereka.
"Mau coli berjamaah Pak, biar dosanya di tanggung rame-rame." Frans cengengesan.
"Astagfirullahhh, murid sesat tuh pak, wajib di drop out," tunjuk Rama ketua murid kelas yang sama sebelas dua belas kelakuannya sama Dava cs.
"Kurang ajar lu! kalau gua di drop out, ntar guru bk sama kesiswaan makan gaji buta karena gak ada anak sebandel gua."
"Tenang ajaa kelesss, kan ada guaa calon anak bandel." Rama menepuk dadanya.
"Sama-sama bocah sesat!" kata Pak Iwa menjewer telinga Rama dan Dava. Seisi kelas tertawa.
Untunglah toilet sepi tidak seramai saat istirahat. Nay memuntahkan air liurnya ke wastafel, tak ada sesuatu dari tenggorokannya yang keluar. Mulut Nay terasa tidak enak, rasa pusing perlahan mengganggu dirinya sekarang. "Astagaaa, kenapa gue lemes banget."
Siku Nay bertumpu pada tembok wastafel. Kedua tangannya menyangga kepalanya. Dia menutup mata sejenak. "Ya tuhaan, apa hamil bakal seberat ini? aku gak bisa kaya gini sendirian."
Isak memecah sunyi. Air mata menetes mengalir ke tangannya. Nay terus menutup mata, lelah dan selalu merasa ingin menyerah, tapi dia sadar ada yang lebih berharga ketimbang dirinya. "Nay mau ada di sisi papa, tapi Nay gak bisa secepat itu pergi."
Setiap kali down, Nay merindukan almarhum ayahnya. Dia ingin sekali menggantikan tempat ayahnya di surga, biarkan saja dirinya yang lebih dulu berada di pangkuan tuhan. Nay membuka matanya menegakkan kepala menatap wajahnya sendiri di cermin.
"Sampai kapan sih mata gue terus ngeluarin air mata? Kapan sih gue bisa lihat bibir gue tersenyum bahagia? Kapan gue bisa benar-benar merasakan hidup? Dunia ini mengasingkan gue. Gue di anak tirikan dan di kasih cobaan yang berat banget. Gue gak kuat." Nay geleng-geleng kepala memukul-mukul dinding wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHURAKSA
Teen FictionAlam punya banyak cara mengistimewakan makhluknya. Tanpa terluka dia, kamu ataupun mereka tak akan pernah menemukan arti... semesta hidup karena masalah! Apa sebenarnya yang manusia butuhkan? Masalah yang harus menggunung setinggi krakatau atau masa...