Seantero sekolah tak dapat menikmati hari ini dengan baik. Singa Andromeda telah murka setelah mengetahui salah satu anggotanya diserang. Seluruh murid memadati sepanjang lorong kelas, ketua Panthera Bahuraksa mengumpulkan seluruh jajaran keanggotaannya di ruang aula. Mereka menebak kalau perpecahan mungkin akan terjadi mengingat Aksa adalah orang yang sangat keras dan solid.
"Emang apa sih masalahnya?" Siswi senior di teras kelas bergunjing ria setelah kabar rencana penyerangan tersebar luas.
"Si Nigel dikeroyok sama SMA Kasopati."
"Kasopati? itu kan sekolah sekutu Panthera, kenapa nyerang?"
"Tanya aja sama si Jihan Jihan anak kelas 10 itu. Kayaknya sih, gara-gara tuh bocah."
"Emang yahh, sekarang tuhh adek kelas pada caper!"
"Temen gue gak gitu kalii!" Ratu muncul di belokan tangga, ia sedaritadi mendengarkan percakapan mereka. Bukan saja mereka berlima, sepanjang jalan ia masuk ke area sekolah, nama Jihan selalu disebut sebagai biang keroknya oleh semua orang.
Ratu melewati sekumpulan siswi senior itu, tak mau menanggapi tatapan sinis mereka padanya karena membela Jihan.
▪▪▪▪▪▪▪
Para perawat dan dokter keluar dari ruang rawat Felix. Tampak kepanikan menyelimuti mereka. Satu nyawa tengah diperjuangkan saat ini, sebuah taruhan hidup dan mati seseorang yang menggantungkan harapannya pada mereka.
"Di mana keluarga Biru?" tanya dokter Vincent pada salah satu suster. Dia biasanya melihat Monic berada di kursi tunggu depan ICU, namun hari ini tak ada satupun keluarga Felix.
"Dok, kondisi pasien semakin menurun." Perawat keluar dari ruangan, bunyi peralatan medis membuat suasana semakin tegang. Vincent menangkap kehadiran Mr.Lue, dokter spesialis syaraf terkemuka yang dikhususkan datang dari Singapura.
▪▪▪▪▪▪▪
Di pimpin Aksa berjalan paling depan, mereka memenuhi panjang dan luasnya lorong koridor. Dalam balutan jaket berlogo singa Panthera, mereka berapi-api menyuarakan kemarahan dan kekecewaan yang terjadi pada salah satu saudara mereka, Nigel.
"Berantas?!" teriak Aksa mengacungkan tongkat besi karatannya ke udara.
"Tuntaskan!" seru anak Panthera di belakangnya.
"Berantas?!" Muka garang Aksa tanpa semanis senyum. Sorot matanya menyalak murka, siap meletup bagai semburan lava yang bisa tiba-tiba menjadi bencana.
"Tuntaskan!" Anak Panthera selalu siap berada di sisi ketua, meski mereka tak mau terjadi bentrok, namun tidak ada pilihan lain karena pada prinsipnya nyawa semua teman-temanmu adalah nyawamu juga.
"Sa, lu yakin mau nyerang Kasopati?" Seb berada di pihak yang tidak setuju adanya penyerangan. Dia pikir, mungkin akan lebih baik dibicarakan secara damai dan tak perlu ada unjuk kekerasan.
"Cari pelakunya!" Aksa tak menjawab, hanya keluar sebuah nada perintah penuh penekanan.
"Lo gak bakal ngebunuh mereka, kan?" Degup jantung Seb terasa abnormal. Mengerikan bila hal yang sama terulang kembali. Nyawa manusia lenyap dengan mudah hanya karena menanggung satu kesalahan saja.
"Tergantung."
Lintang menepuk pundak Aksa."Ehhh, ini si Nigel nelpon."
Aksa merampas benda pipih itu, jempolnya menekan tombol loudspeaker.
"Sa--" belum selesai bicara, Aksa kemudian memotong perkataan Nigel tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara.
"Kalau lo mau ngehentiin gue buat nyerang mereka, terlambat!" Aksa memutus sambungan telponnya dan melempar hp iphone 12 milik Lintang sampai yang punya mendengus kesal, untung saja dirinya menangkap dengan benar, kalau tidak--sudahlah pasti hpnya akan hancur mencium kerasnya ubin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHURAKSA
Teen FictionAlam punya banyak cara mengistimewakan makhluknya. Tanpa terluka dia, kamu ataupun mereka tak akan pernah menemukan arti... semesta hidup karena masalah! Apa sebenarnya yang manusia butuhkan? Masalah yang harus menggunung setinggi krakatau atau masa...