56. ACCIDENT MANGUN IV

275 76 0
                                    

Disarankan Read Analysis Think! Untuk chapter kali ini.

Rekomendasikan cerita ini ke temanmu ya biar makin banyak yang baca, terimakasih🤗

▪▪▪▪▪▪

"Den, dimana?"

"Kenapa,  bi?"

Setelah perdebatan di depan gerbang rumah tadi, hubungannya sudah membaik dan sekarang Aksa sedang duduk di teras rumah. Aksa sampai malam di rumah Yasmin, pukul 9 malam tadi Joana pulang, Selatan sudah lebih dulu pergi. Tangan Yasmin membawa nampan minuman terhenti langkahnya di dekat pintu melihat Aksa menerima telepon dari seseorang. Mengamati wajah Aksa, dia terkejut dan matanya membulat. Saat menyadari kehadirannya, Aksa tiba-tiba saja mematikan sambungan teleponnya.

"Gue cabut dulu, ya."

"Tapi, ini Yasmin udah buatin kakak minum."

Aksa meraih secangkir sirup itu dan mereguknya sedikit. Dia mencium kening Yasmin lalu bergegas pergi tanpa sepatah katapun.

Hanya ada satu dua kendaraan yang melintas. Sunyi serta merta terasa, berjalan bersama kuda besinya tanpa tujuan, hanya mengikuti jalan raya dimana letak ujungnya. Aksa membuka kaca helm fullfacenya, udara dingin menerpa kulit wajahnya yang terasa mulai memanas. Matanya menggenang, tampak pelupuk itu berusaha keras menahan kristal bening agar tak turun membasahi permukaan pipinya. Dia yakin, kali ini itu tidak akan menghancurkan benteng pertahanan dirinya.

Hukum alam telah bekerja, sesuai kata pepatah, apa yang kamu tuai itulah yang  kamu dapatkan.

▪▪▪▪▪

****
Pulang paling akhir, keluar dari lift lobi perusahaannya sudah sepi karena memang hari ini tidak ada jam lembur. Hanya sebagian pegawai saja yang ditugaskan lembur menangani beberapa masalah mengenai proyek.

Supir Felix membukakan pintu belakang mobil, sebelum menginjakan kakinya ke dalam, Felix menengok supirnya. "Apa kau yakin masuhku tidak akan membunuhku?"

Sang supir kebingungan menanggapi pertanyaan itu. Dia menjawab dengan menggelengkan kepala.

Setidaknya pendapat supir lebih melegakannya ketimbang obrolannya bersama Ermanno tadi siang. Manusia mana sih yang tidak takut akan kematian? Felix menakutan hal itu karena dia tidak ingin mati sia-sia di tangan Juan.

Mobil bergerak meninggalkan Felixgrand tower pada pukul 20.50 WIB.

Djoko supir Felix lihat tuan besarnya kelelahan di belakang, tak mau membuat bosnya menunggu lebih lama lagi untuk sampai rumah, Djoko menaikan kecepatan mobilnya mumpung jalanan lumayan lengang.

Pemberhentian lampu merah, terjebak lalu lintas memang terasa tidak menyenangkan terlebih lagi sudah dalam keadaan lelah. Djoko liat di kaca spion mobil, truk hitam dengan kaca serba gelap berada di belakang mobilnya.

Lampu sudah hijau, kendaraan mulai berjalan kembali tapi tiba-tiba hantaman keras datang dari belakang.

"Ada apa ini?! Sialan!" Felix mengumpat, kaca mobil yang ada dibelakangnya pecah, serpihannya beberapa ada yang menancap di kulit.

"Pak, saya tidak bisa mengendalikan mobilnya." Djoko mengerem cukup kuat, suara decitan rem terdengar nyaring namun kendaraan mercedz yang ia kendarai tak mau berhenti.

Jangan sampai kau terbunuh oleh musuhmu, terngiang perkataan Ermanno tadi siang. Raja dunia kelam telah memperingatkannya, Felix menyesal. Mukanya sudah pucat pasi, merasa malaikat maut sudah menantinya sekarang.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang