61. KERETAK! GEDEBUG!

265 79 5
                                    

Kak kok updatenya lama?
Aku kalau update paling sebentar sehari sekali, dua hari sekali, atau emang sibuk tiga hari sekali.

Pokoknya, Bahuraksa gak akan terbengkalai! Pasti tamat. Trust me🤗

▪▪▪▪▪▪▪

Tangannya mengelus perut yang sudah sedikit kelihatan membesar. Kedamaian menyertai dirinya setelah kematian Patrio dan dipenjaranya Bonar. Nay meyakinkan dirinya untuk terus hidup bersama jabang bayi dalam rahimnya, setidaknya bertahan beberapa waktu saja untuk mempertahankan kehidupan manusia kecil yang tak berdosa itu.

Di bawah pohon rimbun yang tertiup angin, Nay duduk seorang diri mengenakan pakaian santai model daster. Tak jauh dari rumah, dia janjian dengan Wika di taman depan kompleks. Mulutnya bersenandung riang, melihat langit pagi hari sangat cerah tak berawan.

"Nay?"

Seseorang berdiri di belakang Nay. Senyuman Nay melengkung manis menepuk tempat duduk disisinya menyambut Wika. "Aku udah nunggu kakak daritadi."

"Maaf ya aku lama." Wika menurunkan matanya melihat perut Nay. Dia memalingkan wajah, ada perasaan campur aduk dalam dirinya. Mungkin setelah hari ini, Wika tak akan menemui Nay lagi.

"Kakak mau ngapain ketemuan sama aku? Oh, pasti mau minta anter aku ketemu mama, ya? Mama aku nanyain kakak terus loh di rumah sakit. Emang sih keadaannya belum sepenuhnya baik, tapi dia inget kok siapa aja yang---"

Ucapan Nay terhenti saat Wika memberikan sesuatu. Bermotif bunga tulip, dua nama bersanding di depan kartu undangan pernikahan. Dengan tangan gemetaran Nay mengambil itu, matanya melebar membaca nama mempelai wanita adalah Emily bukan Nayla.
"In-Ini apaan?"

"Itu undangan buat kamu!" Em muncul merusak suasana yang tenang menjadi tegang.

"Em, aku bilang kan tunggu di mobil." Wika menarik lengan Em, dia takut terjadi keributan.

"Gimana aku bisa biarin kamu berduaan sama dia!" tunjuk Em ke wajah Nay.

Matanya memanas, ada rasa tak terima menerima kenyataan bahwa mereka akan menikah.

"Jangan buat keributan Em." Wika menengahi jarak diantara mereka berdua, menjaga Em agar tidak bertindak kasar pada Nay.

"Kenapa? Kamu kaget karena Wika mau nikah sama aku?" Em tersenyum sinis melipat kedua tangan di dada.

Air mata Nay sudah lolos dari mata terjun membasahi pipi. "Ini beneran, kak?" lirihnya, terisak tangis.

"Kenapa sih, kenapa kakak dari awal gak bilang kalau udah punya pacar?! Aku udah nyaman sama kakak, kenapa kakak pilih dia bukan aku?!"

Wika tersentak melihat Nayla terisak tangis, ada setitik rasa bersalah namun apa daya. Dia tidak ada niatan sedikit pun untuk melukai Nayla.
"Nay, maaf kalau ada salah. Aku niat membantu kamu karena aku kasihan. Sekarang, kamu udah bahagia sama ibu kamu. Aku yakin, kalian pasti akan jauh lebih baik ketimbang kemarin."

"Tapi kebahagiaan aku sekarang itu kakak!" tegas Nay meraih tangan Wika.

"Ehhh, ngapain kamu pegang-pegang?! pergi!" Em mendorong bahu Nay.

"Em! dia lagi hamil!" Wika menyangga tubuh Nay yang terhuyung.

"Kamu bentak aku, Wik?" Em mengumpat keras mengepalkan tangannya kesal menatap Nay.

"Ayo, sekarang kita pulang." Wika mengembuskan napas kasar, dia menarik tangan terlalu kencang.

"Kak Wika?" Rasa sesak menyergap hati Nay.

Wika menoleh, memasang wajah getir tak tega melihat Nayla.
"Nay, jaga baik-baik kandungan kamu dan mama kamu. Aku selalu mendoakan kamu."

"Aku mending mati aja!" teriak Nay, tangisnya membuncah.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang