42. Menggemas

258 70 1
                                    

Telunjuk Monic sibuk mengatur para pekerja event organizer memindah-mindahkan tatanan kursi dan meja sesuai keinginannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Telunjuk Monic sibuk mengatur para pekerja event organizer memindah-mindahkan tatanan kursi dan meja sesuai keinginannya. Dia bahkan tak segan memarahi salah satu dari mereka karena lelet. "Saya gak mau pake banyak kursi, saya bilang standing party. Saya juga gak suka panggungnya terlalu tinggi," protesnya pada tim event organizer.

Ruangan megah bercat putih, rasanya terlalu berlebihan dipakai untuk acara ulang tahun. Balai Sentra, sering digunakan untuk acara akad pernikahan dan resepsi. Tapi sekarang? hanya Monic yang rela mati-matian menyingkirkan para penyewa lain demi putranya. Megan masuk ke dalam ruangan itu sambil mengedarkan pandangan pada orang-orang berseragam hitam yang sibuk mondar-mandir membenarkan dekorasi.

Jelas ada perbedaan sangat mencolok di sini. Megan memperhatikan ibunya turun langsung mempersiapkan ulang tahun Aksa, sementara ketika saat kemarin dia terbaring di rumah sakit karena teman-teman Aksa, malah asisten mamanya yang menemaninya di rumah sakit,  bukan Monic.

"Ma?!" panggil Megan. Monic hanya melihat Megan sekilas lalu melanjutkan kembali obrolannya dengan ketua event organizer.

Megan mengembuskan napas lemah menatap undangan anniversary ayahnya dan sekarang ibunya bahkan sama sekali tidak mempedulikan perasaannya. "Maa?!" panggil Megan sekali lagi, tapi Monic tidak menghiraukannya.

"Maa, Megan di sini. Maaa?!!" nada suaranya lebih tinggi. Dia tidak sengaja menyenggol vas bunga yang di bawa pekerja wanita sampai pecah.

Bunyi nyaring pecahan itu mengalihkan perhatian Monica. Dia liat bunga dekorasi pesanannya tergeletak di lantai padahal dia pesan itu khusus untuk acara Aksa. Monic menarik tangan Megan. Matanya melotot dan kemarahan diperlihatkan secara gamblang. "Kamu ngapain ke sini? Mau bikin rusuh, iya?! Bisa gak sih kamu akur sama Aksa? stop buat keributan! kamu mau gagalin pesta Aksa, iya Megan?!"

Reaksi Monic memarahinya di depan semua para pekerja sama saja mempermalukan putranya sendiri. Megan tersenyum getir melempar undangan anniversary di tangannya. "Seharusnya, dulu mama gak usah lahirin Megan ke dunia. Buat apa? Papa sama mama sibuk sama kehidupannya, sedangkan Megan? Megan terluntang-lantung seperti anak sebatang kara tanpa orang tua. Maaa, Megan itu anak kandung mama. Tapi di sini mama kayanya anggap Megan sebagai anak tiri mama. Dalam tubuh Megan mengalir darah mama, mama harusnya lebih sayang sama Megan daripada Aksa, Ma."

Alih-alih berdamai dengan putranya, Monic malah mengeluarkan ponsel menelpon tukang bunga untuk mengirim vas bunga yang baru. Air mata berkilauan di mata Megan, tampak dia menengadah menahan tangis kekecewaannya.

Motor sport berhenti sempurna di depan pintu gedung balai sentra. Rambut Yasmin acak-acakan tertiup angin karena tak pakai helm. Dia turun dari motor menggoyangkan tangan Aksa yang lagi lepas helm.

"King! rapiin dong!" rengeknya.

Aksa hanya melirik Yasmin tanpa menuruti kemauan gadisnya. Aksa menyugar rambutnya sendiri,paras tampan Aksa memang seperti biasa selalu mengundang decak kagum siapapun yang melihatnya. Yasmin memanyunkan bibir menendang ban motor Aksa. "Ihhh, nyebelin!"

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang