Suara bel berbunyi sepagi ini, tak biasanya. Yasmin pikir bundanya memesan surat kabar, jadi dia ke depan sudah rapi memakai seragam dan tottebag kuning gambar anak ayam. Bunyi bel kembali terdengar, Yasmin berlari-lari kecil menuruni anak tangga. Dia membuka pintu. Yasmin tersentak liat Nay berdiri melambaikan tangan sambil tersenyum."Na-Nay? Nga-Ngapin di sini?"
"Berangkat sekolah bareng yu, Yas."
Mulut Yasmin terbuka sedikit, tentu saja dia kaget setelah sekian lama Nay baru menyapanya lagi. Yasmin meremas roknya, dia takut kalau Nay tau dirinya sudah mejadi pacar Aksa, mungkin Nay akan marah. Yasmin meraih tangan Nay.
"Apa Nay udah gak marah lagi sama Yasmin? Dulu, Nay bilang Yasmin bukan sahabat Nay lagi."Nay meraih tubuh Yasmin, sangat erat sampai Yasmin terheran mengapa terasa berbeda sentuhan Nay sekarang dan dulu. Yasmin membalas pelukan Nay, dia masih penasaran mengapa Nay menjadi berbaik hati seperti ini. Apa Nay sudah tau kalau dirinya pacar Aksa? Ah, Yasmin tidak mau berpikir buruk. Dia merindukan Nay, Yasmin tak kalah membalas erat pelukan hangat Nay. "Maafin Yasmin yah, kalau Yasmin punya salah sama Nay."
"Gue yang harusnya minta maaf, Yas. Gue gak seharusnya merusak persahabatan kita cuma karena cowok, maafin gue."
Yasmin melepas pelukannya. Dia menutup mulut Nay. "Stop, Nay gak salah kok, Yasmin yang salah karena terlalu deket sama---" belum menuntaskan perkataannya, bulir air mata menetes dari pelupuk mata Nay.
Yasmin terdiam, ada apa sebenarnya? Dia di buat bingung oleh kedatangan Nay dan sekarang sahabatnya itu menangis.
"Gue capek, Yas." Nay kembali memeluk Yasmin, air matanya bercucuran dan isak tangis Nay sangat mengguncang Yasmin.
Yasmin kebingungan harus buat apa, dia mengelus-ngelus punggung Nay dan ikutan menangis takut Nay kenapa-kenapa. "Jangan nangis dong, Nay. Nay jangan buat Yasmin panik, Nay kenapa? Nay terluka? Nay ada yang luka?"
Saat ini, Nay cuma butuh bahu untuk dia menangis sepuasnya, menumpahkan rasa lelahnya dan meringankan sejenak siksaan batin yang terus bergejolak setiap waktu.
▪▪▪▪▪▪▪▪
Bantal, guling dan selimut berserakan di lantai. Bukan hanya itu, perabotan di dalam kamar tak luput dari sasaran kemarahan Megan. Cowok itu duduk di bawah ranjang. Tangan kirinya memegang pisau lipat, muka Megan merah, napasnya naik turun tak teratur, sorot matanya berkilat tajam menatap sebuah foto pernikahan Monica dan Felix.
"Harusnya, gua sekarang hidup bahagia sama bokap dan nyokap gua, Sa. Tapi elo? lo menghancurkan hidup gue. Bokap lo sama brengseknya kaya lo!" Megan menancapkan ujung pisau itu ke bantal di sebelahnya sampai kapuk bantal menyembul keluar.
"Lo ngerebut segalanya dari gue! Lo juga ngerebut Yasmin dari gue!" Megan melotot tajam, rahangnya mengeras dan dia melepaskan pisau lipat itu melayang menembus pas foto sampai hancur tergeletak di lantai.
Derap langkah mendekati kamarnya. Megan menengok ke ambang pintu bayangan orang berjalan semakin dekat dan semakin dekat. Keningnya berkerut, rumah besar ini di huni 3 orang. Dirinya, satu pembantu dan satu security.
Dia, pria bertuksedo hitam dan rambut pirang itu muncul di pintu kamarnya. Senyum Megan merekah, dia bangkit berdiri memeluk Juan Fayes, ayahnya.
"Papa."Juan menepuk punggung putranya dua kali. Dia melihat kamar kacau balau, dia tidak begitu peduli pada ruangan yang berantakan itu. Juan melepaskan pelukan Megan. Dia merapikan tuksedonya memasang muka datar. "Mana ibumu?"
"Di rumah si brengsek Felix, pa. Kenapa papa nanyain mama? Papa mau rujuk sama mama?" tanya Megan penuh harap.
Juan berdecih, dia tidak mungkin memakan ludahnya sendiri. Sumpahnya, dia tak akan pernah menyesal berpisah dengan Monica. "Papa datang ke Indonesia hanya untuk memberikan undangan pesta perayaan anniversary pernikahan papa dan Tamara." Juan memberikan undangan berpita merah itu pada Megan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHURAKSA
Teen FictionAlam punya banyak cara mengistimewakan makhluknya. Tanpa terluka dia, kamu ataupun mereka tak akan pernah menemukan arti... semesta hidup karena masalah! Apa sebenarnya yang manusia butuhkan? Masalah yang harus menggunung setinggi krakatau atau masa...