51. Antara

258 65 2
                                    

Kanal berita 24 jam terus menyampaikan tentang kasus pembunuhan di pelita residence, beragam komentar dan spekulasi sengaja dibuat-buat padahal hanya sedikit fakta yang mereka ketahui.

Kerumunan padat media siapa siaga menyalakan kamera dan para reporter bahu membahu menerobos penjagaan ketat kepolisian di gerbang. Beberapa polisi kewalahan menagani amukan para media yang tak kunjung diberi klarifikasi soal kasus pembunuhan yang sekarang menyita perhatian masyarakat. Tak peduli kondisi pihak keluarga korban, tugas wartawan mencari informasi dan mendapatkan cuan.

Dia berdiri paling ujung di belakang, mencari celah dan kesempatan untuk masuk ke dalam. Saat semua polisi ricuh dengan para wartawan, Aksa menyelinap di balik palang kuning berlari ke dalam.

Di lorong kantor polisi hanya bisa ia jumpai para polisi yang berkeliaran. Aksa melihat nama-nama ruangan sepanjang jalan ia lewati, matanya bergerak liar memastikan tak ada objek yang ia lewatkan. Langkah kaki Aksa tak lagi terdengar, dia mundur dua langkah seraya membuka kupluk hoodienya. Aksa menemukan seseorang yang ia cari, Nayla. Gadis itu duduk sendiri di depan ruang tahanan. Aksa mendekatinya perlahan, Nay belum menyadari kedatangannya karena dia mungkin sedang melamun.

Suatu alasan mendesaknya untuk datang. Aksa tak yakin ini adalah kemauannya karena dia tau betul bahwa dirinya membenci Nay. Suara berisik Aksa yang tak sengaja menabrak kursi tunggu membuyarkan lamunan Nayla. Gadis itu mendongak, sedikit terkejut kedatangan Aksa yang tak ia duga.

Aksa jadi kelabakan harus bagaimana. Dia datang mencari sebuah kebenaran. "Lo---"

"Mau apa?!" Nay menyela sebelum Aksa berbicara. Nada suaranya menyambut Aksa dengan ketus, terselip amarah dan kekesalan yang tak tersampaikan. Aksa paham kenapa Nay seperti itu, dia juga sama demikian. Kecewa, marah dan benci.

"Gue udah tau dari Wika."

Alis Nay tersentak bersama-sama, bagaimana Aksa mengenal Wika? Oh ya, Wika masih cukup asing baginya. Nay tidak tau keluarga Wika ataupun orang-orang terdekatnya. Nay menyimpulkan, mungkin Aksa adalah salah satu teman Wika. "Tau apa?"

Aksa memiringkan posisi tubuhnya menghadap lapangan, dia tidak ingin langsung berkontak mata dengan Nay. "Lo di perkosa sama ayah tiri lo dan bonar kakak tiri lo, apa bener?"

Sebuah jawaban tak menyambutnya selang beberapa detik. Kebisuan Nayla membuat Aksa geram, dia menengok Nay dan mengguncang bahunya. "Jawab!" sentak Aksa.

Air mata lolos dari pelupuk mata Nay. Dunia saat ini bukan miliknya meskipun Aksa tau, mungkin dia tidak akan kembali. Semua sudah menjadi bubur. Statusnya dan Aksa adalah mantan kekasih dan Aksa kekasih sahabatnya. "Kenapa masih butuh jawaban, Sa? pada dasarnya, kamu emang gak percaya sama aku, makanya apa yang kamu tau itu dianggap kebohongan."

"Lo jalang! Lo pengkhianat! Wajar kan gua gak percaya?! bisa aja lu racunin otak si Wika buat dapet perhatiannya!" Aksa malah menuding Nay. Alasan kehadirannya di sini makin kabur, dia bukan mau mencari keributan tapi mencari kebenaran. Hanya saja, Aksa tidak terlalu punya cukup kesabaran untuk Nay setelah gadis itu menghancurkan kepercayaannya.

"Yaudah." Nay mengembuskan napas pasrah. Dia berbalik badan memunggungi Aksa mengambil tasnya dan hendak pergi.

"Anjingg!!! Gua ke sini mau kebenarannya Nay---"

"Apa yang harus gue katakan Sa, hah?!!! semua yang lo pengen denger dari gue, lo udah tau!" Nay menepis tangan Aksa saat dia mencekal lengannya.

Aksa menoleh dan melihat Wika sedang berdiri di ujung lorong. Melihat kehadiran Wika, Aksa berteriak keras meninju dinding di samping Nay. "Bangsatt!!!" setelah mengumpat Aksa pergi memakai lagi kupluk hoodienya.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang