13. Singa Betina PMS

576 122 60
                                    

Hamparan langit tanpa bintang satu pun malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hamparan langit tanpa bintang satu pun malam ini. Cahaya rembulan seolah menghindar bertemu para lensa manusia, atau entah dia merasa kecewa selalu terganti oleh sang surya ketika terang menghempas malam.

20.45 acara promnight yang meriah telah selesai, hanya berlangsung selama 1 jam 30 menit karena besok senin harus kembali sekolah. Panitia memperhitungan waktu acara agar tidak terlalu larut. Remon sudah menelponnya beberapa kali saat Yasmin masih menikmati acara, namun kali ini dering ponselnya tak akan lagi terdengar karena dirinya sudah memberitahukan Remon untuk tidak menjemput. Tanpa diminta, seseorang telah menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.

"Dek, ayo!"

Kesunyian dapat terasa saat dirinya mungkin yang paling akhir pulang bersama para panitia osis. Teman-temannya sudah pulang sementara Yasmin sedaritadi terpaksa harus menunggu Megan menyelesaikan urusannya. Ini bukan keinginannya, Yasmin sangat menghargai ajakan Megan dan apalagi cowok itu berulangkali membujuknya tak menyerah walau sudah ditolak.

"Kak, kaki ku lagi sakit." Yasmin menahan tangan Megan.

"Terus? kamu mau kakak gendong?" Megan berjongkok dibawah Yasmin, sedetik kemudian dia langsung menegakkan tubuhnya. "Oh iya, kakak lupa tangannya masih sakit." Megan menunjukan jari telunjuk kanannya.

"Bukan kak, maksud aku itu jalannya pelan-pelan soalnya kaki aku masih sakit."

Megan menjawab dengan anggukan kepala. Rupanya ia telah salah paham dan agak sedikit malu sambil mengusap punggung lehernya. Dia berjalan di belakang Yasmin, menatap punggung gadis itu. Rasanya ingin melakukan aksi yang sama seperti Aksa beberapa jam lalu, menggendong Yasmin. Seribu sayang, Megan tak bisa melakukan apa-apa demi mengurangi rasa sakit Yasmin.

"Maaf yah jadi nunggu lama," kata Megan merasa bersalah seraya melirik arloji telah menunjukan hampir pukul setengah sepuluh malam. "Seharusnya, kamu udah di rumah dan mungkin lagi tidur sekarang."

Tidak ada balasan dari Yasmin. Megan mengira bahwa Yasmin marah karena dirinya telah memaksanya mengantar pulang sampai harus menunggu setengah jam.

Yasmin bukannya marah, dia sedang menahan rasa sakit dilututnya, selain itu juga rasa kantuk dan pegal punggung terlalu lama berdiri jadi salah satu faktor dirinya malas bicara.

"Itu mobil kakak, ayo." Megan meraih tangan Yasmin.

"Maaf kak." Yasmin menepis tangan Megan. Ngobrol dengan Megan saja sudah sangat canggung, apalagi ketua osis itu menyentuh tangannya.

"Kamu gak nyaman sama aku ya?" Wajah Megan berubah kaku. Dia sudah berusaha mengendalikan diri, tapi rasanya sulit ketika yang ada dihadapannya adalah gadis yang belum lama ini dia sangat penasaran terhadapnya.

"Eumhh...kita pulang aja ya kak." Yasmin berjalan lebih dulu masuk ke dalam mobil milik Megan.

Megan tak menyetir, dia dijemput supir.
"Rumah kamu dimana, dek?" tanya Megan duduk disamping Yasmin sambil menutup pintu mobil.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang