54. HIYAAA!

276 70 4
                                    

Diambilnya tangan Aksa ke dalam pangkuannya, air matanya terus mengalir membuat Aksa menggeram kesal. Dia ingin memarahi Yasmin karena tak berhenti menangis sejak tadi. Aksa menarik tangannya saat Yasmin akan membersihkan darah di kulit yang terluka itu.

"Gue gak perlu di obatin kaya gini." Aksa membawa kotak P3K di samping Yasmin, dia buang seluruh isinya sampai berserakan di lantai. "Yas, obat gue itu elo. Kalau lo masih nangis, luka gue gak akan sembuh."

Hampir saja pipinya menyemburat merah. "Ihhh bisa aja gombalnya!"

"Gue gak gombal." Aksa menyisir rambutnya menggunakan jemari tangannya.

Liat rambut Aksa sedikit berantakan, Yasmin merapikannya. "Yasmin kan manusia, bukan campuran panadol dan paracetamol, jadi gak bakal bisa sembuhin yang sakit."

"Kita buktikan."

"Hah?" Yasmin mengerutkan dahi.

"Senyum," titah Aksa kalem, Yasmin menurutinya dengan tersenyum lebar.

"Ketawa."

Meski terdengar memaksakan diri, tapi Yasmin mampu tertawa lepas buat Aksa gemas mencubit pipinya.

"Yo, ikut gue." Aksa bangkit berdiri, berjalan menuruni tangga.

"Hah? kemana? luka kakak kan---"

"Udah sembuh," sela Aksa memasukan kedua tangannya yang luka ke dalam saku jaket.

"Masa sih udah sembuh?" Selidik Yasmin, dia menekan luka Aksa itu sampai sang empu meringis.

"Anjingggg!! Sskhhh akhh, sakit goblok!" Aksa mengibas-ngibas tangannya dan meniupi lukanya itu. Dia langsung terdiam seketika melihat Yasmin menertawainya.

"Katanya udah sembuh, gimana sih?!!" Yasmin terkekeh membereskan obat-obatan P3K yang tadi di buang Aksa.

"Lu--"

"Nyenyenyenye!" Yasmin meledek Aksa, bibirnya sengaja di monyongkan. "Dasar pacar Yasmin gak ada otak! masa bisa sembuh karena Yasmin, sih! sebel!" umpatan Yasmin masih bisa di dengar Aksa.

"Coba lu bilang sekali lagi!" Aksa merangsek maju, Yasmin mundur hingga tubuhnya menempel di tembok pilar rumah.

"Bi-Bilang a-apa?" lampu neon di teras cahayanya memantul menyinari wajah datar rupawan milik Aksa. Yasmin gugup, ditatap kedua bola mata yang dingin nan tajam namun menghangatkan itu.

"Lu tadi ngatain gua, bilang!"

"Bilang apaan? Yasmin tadi cuma sebut pacar Yasmin ganteng," elak Yasmin.

Aksa berdecak, menoyor kepala Yasmin.

"Ihhhh! bisa gak sih gak usah giniin Yasmin terus!" protes Yasmin mempraktekan cara menoyor Aksa tadi.

Gak akan ada habisnya kalau terus menerus berdebat dengan Yasmin. Melirik jam di ponsel menunjukan pukul setengah 8 malam. "Buruan, gua ditungguin anak-anak."

"Emangnya boleh yah ngajak Yasmin ke anniv Nostra?"

"Boleh." Di amati, sepertinya Yasmin belum tau kalau ayahnya adalah bos besar di gengnya. Mana mungkin anak bosnya sendiri tidak boleh hadir.

"Yas, lu mau pergi ya?"

Aksa dan Yasmin menoleh kompak pada sosok Nayla yang berdiri di depan pintu.

Perasaan yang sudah mulai membaik kini resah kembali, Yasmin terlalu banyak memikirkan hubungan masa lalu Nay dan Aksa. Bisa saja mereka kembali, entah besok atau suatu saat nanti.
"Iya--" belum sempat bicara, Aksa memotong pembicaraan Yasmin.

"Lu mau ikut?"

Mata Yasmin membeliak, dia terdiam menggigit bibir bawahnya liat Aksa beradu pandang dengan Nay. Nada suaranya amat lembut.

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang