25. Jeruji Besi & Duka

426 110 369
                                    

Follow ig @santiendah15

.......

Langkah kaki terasa berat pagi ini bila harus menapaki sekolah dalam keadaan masih tidak keruan. Yasmin memegang tali ranselnya, berjalan menundukan kepala sepanjang koridor yang hening. Dia kemarin pulang diantar beberapa anak Panthera mengawalnya sampai rumah karena suruhan dari Yedam. Bukan dirinya saja yang shock, melainkan Joana juga sangat mengkhawatirkan semua korban dari perpecahan kemarin di pantai.

Dalam benak Yasmin saat ini, keberadaan Aksa. Cowok itu pergi entah kemana saat setelah membuat orang terkapar tak berdaya. Yasmin tidak punya keberanian untuk menghubungi Aksa. Masih terbayang bagaimana Aksa menjelma sebagai orang yang menyeramkan kemarin sore di pantai. Yasmin berhenti melangkah menutup wajahnya agar dia bisa berpikir jauh lebih bersih lagi.

"Yas?"

Kiara, Jihan dan Dira berdiri di belokan tangga menuju lantai 2. Mereka memeluk Yasmin menatapnya dengan tatapan cemas. "Lo gakpapa kan?" tanya Dira.

"Aku gakpapa kok, kalian gimana?" Yasmin tak bisa menyembunyikan tatapan sedihnya. Hatinya awut-awutan belum dengar bagaimana dan dimana Aksa.

"Baik kok, cuma gue semalem gak bisa tidur karena masih terbayang-bayang kak Aksa bunuh orang terus kak Selatan terluka karena tusukan." Kiara berkata lemas tanpa semangat.

"Terus gimana, apa kak Aksa baik-baik aja?" Pertanyaan Yasmin membuat ketiga temannya terdiam beberapa saat.

Jihan melipat kedua tangan di depan dada sambil memalingkan wajahnya. "Kenapa lo nanyain kak Aksa? bukannya lo udah nolak dia yah."

"Han, lo gak usah ketus gitu dong sama Yasmin." Kiara sedikit membentak Jihan.

"Gue gak ketus kok, gue cuma kasihan sama kak Aksa. Udah ditolak, dapet musibah dan sekarang mungkin dia jadi buronan karena udah hilangin nyawa orang."

Penuturan Jihan membuat Yasmin merasa bersalah. Dia menggigit bibirnya sembari menahan air mata di pelupuk mata.
"Maafin Yasmin."

"Gak usah minta maaf, Aksa baik-baik aja."

Mereka menoleh serempak pada sumber suara. Tiga cowok berjaket Panthera, ada pita hitam di lengan kirinya dan mereka membawa masing-masing bendera merah putih.

Dia memaksakan diri untuk tidak kesal terhadap Yasmin. Lagi pula dirinya tak berhak membenci Yasmin karena keputusannya menolak Aksa. Nigel berdiri di depan Yasmin, terdiam lama menunduk mengamati wajah gadis itu yang muram.
Nigel menarik napas panjang memasangkan pita hitam di lengan kiri Yasmin.

"Euhhh...kak, apa kak Selatan baik-baik aja kan? Dia masih hidupkan?" Dira menatap horror pita hitam itu dan memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Dia baik-baik aja." Nigel menoleh sebentar pada Dira kemudian memusatkan perhatiannya lagi pada Yasmin.

"Aksa di penjara, dia nyerahin diri ke polisi tadi malem."

Tatapannya membelalak. Yasmin mendongak beradu pandang dengan Nigel seolah tak percaya apa yang barusan ia dengar. "Dipenjara?"

Seb menepuk pundak Nigel. "Ayo, kita harus ke pemakaman."

"Tunggu, tadi kakak bilang kak Selatan gakpapa terus kenapa kakak mau ke pemakaman? siapa yang meninggal?" Jihan menahan tangan Nigel.

"Aksa minta gue buat hadir di pemakaman salah satu anak Panthera. Dia Herman, anak Tangerang yang kena luka bacok. Semalem, dia berhasil lewatin masa kritis tapi---" Nigel geleng-geleng kepala mengusap wajahnya kasar. "---keadaannya memburuk lagi dan dia meninggal jam 2 pagi tadi."

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang