31. Mei

337 83 225
                                    

Menuruni anak tangga halaman rumah sakit. Aksa memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket, dia sedikit menutupi pakaian tahanannya.

"Kak gimana keadaan dia?" Kiara, Jihan dan Dira masih tetap stay di parkiran padahal sudah satu jam lebih Aksa meninggalkan mereka untuk mengurus Alan yang terluka.

"Baik, kenapa masih di sini? pulang!" Aksa menarik resleting jaket sampai dada. Dia melangkah pergi melihat jejeran motor di parkiran, tapi tak melihat kendaraannya sendiri. Aksa berbalik badan menatap Kiara hendak masuk mobil. "Oh iya, gua lupa kagak bawa motor. Anterin gua bisa?"

"Bisa kok, tapi bayar, yah." Kiara tertawa menaik turunkan alisnya.

"Ok, gua bayar pake ini." Aksa menunjukan kepalan tangannya di depan Kiara. Gadis itu langsung meneguk ludah membukakan pintu samping kemudi.

"Lo semua bawa hp?" tanya Aksa menggaruk pelipisnya teringat sesuatu.

"Bawa kok, mau apa? mau pinjem, yah? maaf yah, kagak ada pulsa." Jihan menyembunyikan benda pipih itu di belakang punggungnya.

"Gua sewa satu menit satu juta," lantang Aksa merebut ponsel milik Jihan kasar.

Jihan mendengus sebal liat Aksa mengotak-atik ponsel yang belum pernah di sentuh oleh orang lain.

Dalam ruang kamar berdinding cat putih merah muda, dia merebahkan diri di kasur seraya menatap langit-langit. Wajah Yasmin di penuhi warna putih masker perawatan wajah yang sudah lebih 15 menit belum dia dibersihkan.

Suara dering ponsel di atas nakas membuyarkan lamunannya soal Aksa. Dia sempat menyusul cowok itu pergi dari penjara bersama teman-temannya, tapi kehilangan jejak karena kemacetan. Nama Jihan tertera di layar. "Ngapain nih anak video call?"

Wajah putih memenuhi layar ponsel yang di pegang Aksa. Ia mengerutkan kening mendekatkan penglihatannya ke layar.
Sementara di sebrang sana, mata Yasmin tak memandang ke layar, dan dia belum sadar kalau di depannya itu Aksa.

"Ngapain sih Jihan vc malem-malem? Yasmin kan lagi mikirin kak Aksa dimana. Jihan tau gak, tadi tuh kak Aksa pergi sama temen-temennya dan gak tau kemana. Yasmin khawatir, deh, soalnya kak Aksa kan suka berantem terus, jangan-jangan----"

"Diem-diem di belakang gue lo suka ghibahin gue, hah?" potong Aksa mengagetkan Yasmin.

Masker di wajah Yasmin sudah sangat kering, sepanjang Yasmin bicara masker putih yang mengeras itu retak dan sekarang ditambah kaget masker itu mengelupas di sebelah sisi wajah Yasmin.

Hal itu membuatnya terlihat mengerikan di layar, tapi tidak bagi Aksa. Cowok itu malah menyemburkan tawa yang sangat pecah.

Yasmin tidak mematikan video call atau mencoba menutup kameranya. Dia seperti orang polos yang bego, penampilan wajahnya bak monster karena masker putih menempel di sebelah wajahnya saja sedangkan sebelah sisi nya lagi tidak.
"Kakak kenapa ketawa?" Yasmin mengerjap-ngerjap masih bingung apa ada hal lucu yang bisa ditertawakan.

Kiara, Dira dan Jihan saksama mengamati tawa Aksa dari tadi. Ditatap seperti itu, Aksa seketika terdiam mengeraskan wajahnya kembali dingin seperti semula.
"Jangan liatin gua, haram!" Aksa memunggungi mereka bertiga kembali fokus pada Yasmin.

"Oh ya, gua cuma mau ngabarin kalau pacar lo ini baik-baik aja," kata Aksa pada Yasmin. Dia sengaja mengeraskan suaranya agar ketiga teman Yasmin dengar.

Sesuai dugaannya, Jihan, Dira dan Kiara tampak berbisik di belakang Aksa. Itu yang Aksa harapkan, berharap mereka cerita ke orang lain dan satu sekolah tau kalau Yasmin adalah pacarnya.

"Kak Aksa?" panggil Yasmin di sebrang sana.

"Kenapa?"

"Sejak kapan kita pacaran? kan, kak Aksa belum nembak Yasmin lagi."

BAHURAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang