32 || Pergi✨

47 9 3
                                    

.
.
.
.
.

Dipagi hari Belinda terbangun, ia mengingat kejadian tadi malam, awalnya  kiranya itu hanyalah mimpi, tetapi pupus sudah harapan Belinda saat dia menyadari jika ia masih didalam kamar ini.

Disini sisa dia sendiri dengan keadaan memprihatinkan. Bibir dia sedikit bengkak, bagian leher dan dadanya sangat banyak tanda tanda merah ulah dari ketiga preman itu, bagian bawahnya sangat sakit.

Ikatan di tangan dan kakinya sudah mereka lepas saat kejadian itu terjadi. Sungguh Belinda ingin menangis sekencang kencangnya saat ini juga. Belinda mendudukkan dirinya dan langsung memeluk tubuhnya erat. Sakit!! Batin maupun fisiknya sakit.

Dia tak menyangka ini bisa terjadi dihidupnya, ia ingin menyalahkan keluarganya tentang hancurnya, tetapi dia tak bisa, karena Belinda terlalu sayang kepada mereka semua.

Ia menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya yang tak tertutup apapun, tangan kanannya menjambak rambut yang berantakan itu kuat, tangan kiri mencengkeram selimut yang sudah menutupi tubuhnya.

Arrggh

"GUE BENCI TAKDIR!! KENAPA TAKDIR BEGITU KEJAM SAMA GUE GINI. KENAPA?"

"Kenapa.....? Gue capek, g-gue udah gak tahan gini terus....."

"Gue hancur!!"

"Apa belum cukup engkau kasih takdir ini tuhan?!"

Kata Belinda dengan isak tangisnya yang memilukan. Mungkin jika seseorang yang mempunyai hati akan iba jika melihat ini, tetapi kedua orang yang sudah membuat Belinda hancur, hanya terkekeh kecil melihat itu semua.

Ini yang mereka mau, sebuah kehancuran yang mereka tunggu dari dulu, ini semua hanya sebuah hiburan bagi mereka dan kesenangan bagi mereka.

"Wahh, udah bangun ternyata! Oh iya, gimana permainan mereka. Seru gak?" kata remaja 1 terkekeh

"Gak, gak mungkin lah. Pasti permainan gue lebih bagus kan? Mereka itu gak ada apa-apanya dari gue." ucap remaja 2 bangga

Belinda berhenti menangis saat menyadari keberadaan mereka, dia langsung menatap mereka dengan pandangan penuh dendam.

"BRENGSEK KALIAN!! GUE BENCI!! KALIAN UDAH HANCURIN GUE GINI. Puas kalian? Puas kan!" bentak Belinda di kata terakhir melemah

Mereka berdua tertawa bahagia, kenapa baru sekarang mereka melakukannya, ini sangatlah menyenangkan.

Lihatlah ekspresinya. Ah itu adalah kesenangan mereka, kebahagiaan mereka berdua. Ekspresi itu sangatlah candu....

"Ayolah Bel, Lo tinggal nikmatin aja apa susahnya sih. Eh, Lo nikmatin atau enggak?" ujar remaja 1 bertanya

Kedua tangan Belinda mencengkeram lebih kuat selimut itu. "Gue bukan jalang kaya Lo sialan!"

Remaja 2 melihat Belinda berbicara dengan nada meremehkan. "Tapi Lo mau aja kalau gue pake, asal Lo tau. Lo kalau lagi main sama gue malah desah kenikmatan."

"Lo hipnotis gue!! Gue gak suka itu, gue gak suka....!" Kata Belinda menggeleng dengan pandangan kosong

Remaja 1 tertawa melihat pandangan Belinda menjadi kosong. "Yuk gila yuk Bel! Kalau Lo gila, kami tambah bahagia loh. Ya seenggaknya Lo dapat pahala kalau bikin orang lain bahagia,"

Belinda melihat kearah mereka dengan pandangan kosong. "Lo yang gila,"

"Depresi bagus kali ya." bisik remaja 2 terkekeh kearah partnernya

"Yaudah sana Lo tambahin, paling langsung bunuh diri dia." suruh remaja 1 terkekeh

"Gak ah, gue gak mau cairan milik gue sampai nyatu sama tu tiga bajingan." kata remaja 2

quadruplets (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang