41 || Sore Hari✨

30 8 3
                                    

.
.
.
.
.

Sore hari Atlas, Titania dan paman sedang berkumpul di taman yang ada di rumah itu. Mereka tak ada yang tau kemana perginya Larissa, tetapi bi Ningsih berucap jika saat mereka bertiga sudah pergi dari rumah, Larissa langsung ikut pergi juga.

Sekarang suasana terasa sangat canggung, karena biasanya Atlas dan Belinda selalu ribut entah meributkan apa.

Tetapi sekarang tak ada terdengar canda tawa dari dua remaja itu, karena salah satu mereka sudah tiada.

Atlas menatap Titania. "Lo tadi kemana sama Vion, Lo gak di apa-apain kan?"

"H-hah?! Eemm gue jalan-jalan gitu dan pastinya naik motor." kata Titania tersenyum gugup

Atlas dan paman mengerutkan kening bingung, jawaban Titania tak sesuai dengan pertanyaan Atlas tadi.

"Kamu kenapa gugup? Dan kenapa jawaban kamu tidak sesuai seperti ini nak." kata paman terkekeh, ia ingin menggoda Titania

Atlas mengangguk tanda setuju dengan perkataan paman, ia menatap penuh selidik kearah Titania.

"Lo sama dia ada lakuin yang aneh-aneh ya??" ucap Atlas tersenyum jahil

"Gak kok, gue sama aman-aman aja." Kata Titania menggeleng dengan pipi merona

"Yakin?" tanya Atlas

Titania mengangguk ragu, itu membuat kedua laki-laki didepannya tertawa. Tolong bisakah membawa Titania pergi dari sini, dia sangat malu karena sekarang pipinya sudah seperti kepiting rebus.

"Blushing tuh." ujar Atlas meledek

Paman berhenti tertawa, sedangkan Atlas menggoda Titania yang semakin lama pipinya semakin memerah, apalagi saat ia mengingat kejadian di danau tadi.

Titania mencubit perut Atlas pelan, itu membuat Atlas mengaduh, padahal tak terasa sedikitpun cubitan itu.

"Udah ih Las, gue malu tau gak." ujar Titania cemberut

"Oke-oke, gue berhenti kok." kata Atlas menahan tawa

Ini yang paman rindukan, suasana ini lah yang ia inginkan juga. Walaupun kurang beberapa orang yang ikut didalam candaan, tetapi seenggaknya masih bisa merasakan ini kembali.

"Gapapa kok, yang penting gak berlebihan ya. Mungkin ini saatnya kamu merasa apa itu cinta, bukankah kamu jarang sekali seperti ini." kata paman

Titania mengangguk seraya tersenyum malu, sedangkan Atlas terdiam dengan memikirkan sesuatu.

"Ded!!" panggil Atlas

"Iya ada apa?" tanya paman

Atlas dan Titania berpandangan dan mengangguk. Wajah mereka terlihat serius menatap paman, ya walaupun wajah Titania masih memerah akibat tadi, tetapi sekarang sudah mulai hilang.

"Kami tau siapa anak Deddy." seru Atlas

"Oh ya!! Jadi siapa?" tanya paman memandang mereka bergantian

"Tapi kami gak tau ini salah atau benar Ded, tapi kalau salah bilang aja ya." kata Titania

Paman mengiyakan. "Iya, jadi siapa?"

"Deddy juga ada mata-mata kan untuk awasi kami? Kalau ini kami sudah mengawasi dari beberapa hari yang lalu."

Paman mengangguk, dia senang karena mereka berdua sudah mulai teliti. Jujur, jika dibandingkan Titania Larissa Atlas dan Belinda, ya Belinda lah yang lebih teliti pikir paman.

Lagi dan lagi mereka berpandangan dan mengangguk kembali, setelah itu mereka memandang paman....

"Yana/Axel." kata mereka serentak

quadruplets (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang