70 || Kebenaran dan Akhir✨

60 4 3
                                    

.
.
.
.
.

Dipagi hari jam 8........

Di sebuah pemakaman umum tempat di mana Titania dan Belinda di makam kan. Sekarang ada yang pergi menyusul mereka, apakah harus begini takdirnya.

Banyak yang ikut merasakan kehilangan, apalagi kemaren baru saja berbahagia dan sekarang malah kehilangan kembali.

«Atlas Putra Pandora. Kehilangan nyawanya akibat tertembak dua kali tepat di jantung, seharusnya bisa di selamatkan, namun peluru itu sudah di kasih racun. Tepat jam 12 malam Atlas menghembuskan nafas terakhirnya saat sudah dibawa kerumah sakit.»

Aila, Ansen dan Grey juga ada disana mereka dikasih kabar jika Atlas pergi untuk selamanya. Saat mendapat kabar mereka langsung berangkat menuju Jakarta. Sedangkan Anya juga ada disana, dia sampai di Jakarta subuh subuh tadi.

Yana dan Geva ada juga berada disana. Awalnya mereka semua bingung, tapi tak mungkin lagi situasi seperti ini menanyakan hal seperti itu dulu.

Dua orang gadis menangis dengan meraung-raung dengan sekali kali menyebut nama Atlas. Mereka tak mau ditinggal dengan cara seperti ini.

Mereka berdua Larissa dan jesika!

Paman Lian dan tante Diba mencoba menenangkan Jesika dan Larissa, mereka berdua juga merasa kehilangan, tetapi mereka harus kuat.

"Mana janji Lo, Atlas! Katanya Lo nggak akan tinggalin gue kan? Tapi ini apa Las. Apa?! Lo pembohong." pekik Larissa dengan sesenggukan.

"Las!! Lo udah lamar gue. Tapi kenapa Lo malah pergi gini...." isak jesika menangis.

"Maaf, maaf kan saya Adora, Rayn. Saya benar-benar gagal!! Maaf sekali lagi." batin paman Lian

"Atlas sudah pergi, jadi siapa sebenarnya raja itu?" batin Vion.

Tak sengaja Vion menatap kearah Rima yang terlihat, aneh. Ada apa ini semua sebenarnya?

"Kali ini gue gak ngerti dengan ekspresi mereka yang menunjukkan perasaan berbeda-beda." batin Agra.

Sedikit demi sedikit orang-orang pamit ingin pergi dari sana, dan sekarang hanya ada mereka.

"Gue turut berdukacita atas kepergian Atlas." kata Yana.

"Kami pamit, permisi." ujar Yana.

Mereka membungkuk kecil, setelah itu mereka berdua pergi dari pemakaman, Grey menatap salah satu mereka berdua dengan pandangan berbeda dan dia menatap gundukan tanah kembali.

Tak lama mereka membawa Larissa dan jesika pulang kerumah kediaman Larissa-ddk. Ya walaupun harus dengan paksaan karena Larissa dan jesika masih ingin disana.

Aila, Ansen, Grey dan Anya juga ikut ke rumah keluarga Larissa, seenggaknya membantu menenangkan mereka kan.

Berapa belas menit berlalu mereka sudah sampai ke tempat tujuan, dan segera turun dari mobil untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan Agra mendorong kursi roda Larissa dengan perlahan.

Mereka duduk di sofa dan ada juga di karpet bulu, lain dengan Larissa yang duduk di kursi rodanya.

Larissa masih sesenggukan, sungguh. Dia tak menyangka jika harus ditinggal Atlas gini.

"Ini ulah tuan Jhonson, karena kakek saya dulu pernah liat racun yang di gunakan dia untuk membunuh Atlas sekarang." ujar Rima.

"Kenapa?? Bukannya bunda sama ayah hanya anak angkat tuan Caesar. Kenapa harus kami yang mendapat balasan semua perbuatan tuan Caesar ini," gumam Larissa yang dapat di dengar mereka.

quadruplets (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang