.
.
.
.
.Pulang sekolah mereka berkumpul dirumah Atlas-ddk dan pastinya mereka sudah ganti baju ke rumah masing-masing tadi.
Disana juga ada Lea dan Rima. Gimana kabarnya Axel, dia disana memasang wajah cemberut dan sekali kali menatap kearah Lea.
"Gimana kalau kita main teka-teki?!" ujar Atlas
Mereka langsung menatap kearah Atlas yang tadi berbicara dan mereka langsung mengiyakan perkataan Atlas, sedangkan Axel mengangguk dengan wajah masih cemberut kecil.
"Ditutup jadi tongkat, dibuka jadi tenda. Apakah itu?" kata Atlas
Mereka langsung memutar otak untuk mencari jawabannya, sedangkan Atlas menghindari kontak mata dengan Agra, takutnya Agra menggunakan kelebihan untuk mengetahui jawabannya.
"Lah apaan anjirr." celetuk Andi
Atlas mengedikan bahu. "Ya cari lah, lagian gampang aja itu."
"Gampang mata Lo!" seru Axel
"Mungkin tenda." kata Rima dengan mengunyah donat.
Atlas menggeleng pertanda jawaban itu salah.
"Kami nyerah deh, soalnya otak gue susah mikir gara-gara ulangan harian matematika tadi." kata Jesika
Atlas mengangguk. "Jawabannya adalah payung."
Tiga kata yang keluar dari bibir Atlas membuat mereka membelalakkan mata. Agra memukul pelan kepalanya berulang kali.
"Ini otak gue kayaknya gak fungsi lagi deh, masa iya cari jawaban gini doang gak bisa." kata Agra
"Yaudah ganti aja sekalian, entar gue carikan pendonornya deh." ujar Lea bercanda.
"Lah gimana caranya itu, emang bisa ya donor otak?" tanya Larissa
"Gak tau, tapi kalau Lo mau coba ya silahkan." balas Vion.
"Bener, siapa tau otak Lo beneran dikit kan." ujar Andi terkekeh.
"Heh! Ada dendam apa sih Lo sama gue." celetuk Larissa kesal.
"Enggak ada sih," balas Andi menyengir.
"Udah-udah sekarang giliran gue nih, gue ada teka-teki. Yaa tapi ini lebih ke pertanyaan sih." ujar Rima
Mereka menunggu perkataan Rima, sedangkan orangnya lagi menyusun kata kata yang benar. Setelah itu ia berdehem singkat.
"Tau nggak angin warnanya apa?" tanya Rima.
"Enggak!" celetuk Lea.
Sontak mereka langsung menoleh kearah Lea, sedangkan yang ditatap mengerjapkan matanya dua kali.
"Lah kenapa? Gue emang gak tau warna angin kan!" kata Lea.
"Iya juga sih, gue juga gak tau. Wih sehati banget dong kita ya." kata Axel seraya tersenyum.
"Apaan sih, gak jelas banget." balas Lea bergidik geli.
"Jadi ada yang tau gak nih?" tanya Rima, yang sedari tadi tak menatap kearah Agra.
"Eh, Lo tatap lah mata gue." ujar Agra.
"Lah ngapain, entar Lo suka." kata Rima tertawa.
Entah kenapa perasaan Larissa seperti tak suka dengan candaan Rima, tetapi dia tak boleh seperti ini kan.
Agra memutar bola matanya malas, sedangkan Rima hentikan tawanya.
"Bercanda doang gue tadi, jadi ada yang tau gak." kata Rima, mereka menggeleng kecuali satu orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
quadruplets (SELESAI)
General Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW AKU YA DAN VOTE CERITA INI) quadruplets...pasti sebagian kalian sudah tau artinya, bukan!! kisah ini menceritakan tentang mereka berempat! Titania, Larissa, Atlas, dan Belinda. kembar yang tak ada kemiripan sama sekali, wajah d...