.
.
.
.
.
.Siang hari profesor dan yang lain sekarang sedang berkumpul di ruang keluarga, disana banyak sofa-sofa yang terlihat mahal dan indah.
Hening
Tak ada yang berucap, mereka sekarang sedang menunggu kedatangan Putra.
Entah kenapa disana dijaga ketat oleh para robot, sedangkan satu maid tak berada disana.
Suara langkah kaki terdengar menuju kearah mereka, itu adalah Putra. Ia melangkah kehadapan profesor, dan membungkuk kecil.
"Maafkan atas keterlambatan saya, prof." ujarnya.
Tanpa menjawab dia menyuruh Putra untuk duduk, sedangkan Putra langsung menuruti perintah atasannya.
"Apakah dari kalian ada yang sudah mengetahui jika saya bergerak cepat untuk memindahkan mereka?" tanya profesor.
Sontak yang lain menggeleng, tetapi sebagian mereka berbohong. Profesor terkekeh sembari menyeringai, dia menatap kearah mereka satu persatu.
"Jangan lupa jika saya tidak bisa di bohongi."
Beberapa kata yang terucap dari profesor, membuat degup jantung sebagian dari mereka berdebar kencang.
Apakah mereka ketahuan. Namun dari mereka ada juga yang bersikap biasa, karena merekalah yang mencari tau dan memberitahukan ke profesor.
Profesor tertawa, dan bertepuk tangan berapa kali. Setelah itu datang 2 robot berbadan besar menarik seseorang yang amat mereka kenal, sontak Lan terkejut.
Lan berdiri. "Pah! Apa-apa ini."
Seseorang itu adalah satu-satunya maid yang ada di rumah ini, terlihat kondisinya sangat kacau seperti baru saja di siksa.
"Kau bilang kenapa? Papa hanya ingin menyingkirkan penghianat!" balas profesor sembari berdiri.
Yang tadinya degup jantung itu mulai tenang sekarang malah bertambah kencang.
"Maaf profesor, tetapi say---"
Belum selesai sang maid berbicara, kepalanya sudah dipenggal oleh salah satu robot berbadan besar tadi, karena itu suruhan dari profesor.
Itu semua membuat mereka memekik tertahan, Lan mengeratkan genggaman tangannya disamping tubuhnya.
Dua robot berbadan besar tadi menjatuhkan badan maid, sedangkan kepalanya lebih dulu terjatuh saat di penggal.
"Siapa yang mau selanjutnya?!" kata profesor santai.
Ia menatap anaknya. "Atau kau mau juga?"
Putra langsung menoleh kearah Lan dengan wajah bingung, apa maksudnya. Apakah Lan berkhianat, bukankah itu tak mungkin.
"Bener kata maid, kalau papa itu gila. Papa yang sudah membuat mama kehilangan nyawanya, dan sebenarnya papa ingin aku tiada kan??" kata Lan dengan mata menajam kearah profesor.
Profesor berdiri. "Rupanya kau sudah banyak mengetahui ya, baguslah."
Mereka melihat bagaimana kedua orang itu saling menatap tajam satu sama lain, auranya sekarang sangat menyeramkan.
Empat orang yang sedang duduk, perlahan berdiri dan melangkah kearah profesor, dan berdiri disampingnya.
"Yoga! Maksud Lo apa?" tanya Putra seraya berdiri.
Yoga hanya terkekeh. Lala, Rena, Alex, Yuni dan Reno ikut berdiri. Mereka sedang menatap Yoga dengan bertanya tanya dipikiran mereka.
"Yang kalian liat gimana?!" ujar Yoga.
KAMU SEDANG MEMBACA
quadruplets (SELESAI)
General Fiction(JANGAN LUPA FOLLOW AKU YA DAN VOTE CERITA INI) quadruplets...pasti sebagian kalian sudah tau artinya, bukan!! kisah ini menceritakan tentang mereka berempat! Titania, Larissa, Atlas, dan Belinda. kembar yang tak ada kemiripan sama sekali, wajah d...