66 || Teka-teki✨

26 4 0
                                    

.
.
.
.
.

Sekarang ialah hari Sabtu dan mereka sudah pulang sekolah. Di parkiran masih lumayan banyak yang belum pulang, apalagi sekarang heboh karena Anya datang ke sana.

Bagaimana tidak heboh dan kaget, karena mereka melihat seseorang yang mirip dengan Belinda. Tapi saat Atlas-ddk datang dan langsung menjelaskan apa yang terjadi, mereka percaya walaupun masih bingung.

"Lo ngapain kesini?" tanya Atlas.

"Lah, bukannya kita mau kerumah yang mirip siapa itu. Emm Titania kan." kata Anya.

"Ya iya, tapi kan bisa gak kesini. Lo liat mereka kaget tadi," celetuk Rima.

"Yaudahlah lupain, lagian mereka ngerti kok." ujar Anya merapikan rambutnya.

"Kita langsung kesana nih?" tanya Axel dan diangguki mereka.

Setelah itu mereka menaiki kendaraan sendiri kecuali Larissa dengan Atlas, Lea dengan Rima, sedangkan Jesika bersama Axel.

Kendaraan mereka keluar dari SMA Pandora, posisinya mobil milik Anya di depan dan di ikuti mereka dari belakang.

Butuh berapa menit baru mereka sampai dirumah milik Aila dan Ansen, disana ada satpam yang menjaga. Mereka izin dan satpam langsung memberi tau kepada majikannya jika ada yang ingin bertemu.

Saat sudah diberi izin. Mereka langsung masuk ke perkarangan rumah yang hanya berlantai 1 itu, tetapi sangat terlihat elegan.

Mereka turun dan tak lupa membantu Larissa yang memakai kursi roda. Saat didepan pintu, Jesika memencet bell dan tak lama seorang lelaki tampan membuka pintu dengan wajah datar.

"Ada apa kalian kemari?" tanya Ansen.

"Kami ingin bicara, apa boleh." tutur Atlas.

"Bicara apa?" tanya Ansen menghela nafas.

Mereka terdiam. Karena bingung ingin memulai dari mana, sedangkan ada seorang wanita cantik muncul dari dalam dengan menggendong anak laki-laki.

"Kalian masuk saja kedalam."

Perkataan Aila membuat Ansen menatap kearah Aila tanda tidak setuju.

"Udah gapapa ya. Lagian mereka ingin bicara saja kok," kata Aila lembut kepada suaminya.

Ansen menghela nafasnya, tak sengaja dia melihat kearah Vion yang sedang menatap istrinya.

"Jangan menatap istri saya seperti itu." tegas Ansen.

Sedangkan Vion yang merasa perkataan itu untuknya, dia menatap kearah Ansen dengan datar.

Aila menggeleng maklum karena suaminya sangat posesif, setelah itu dia menyuruh mereka masuk menuju ruang tamu.

Mereka di persilahkan duduk. Grey turun dari gendongan Aila, sedangkan Aila menuju kearah dapur untuk membuat air minum. Karena disini memang tak ada pembantu.

Larissa duduk di kursi rodanya. Atlas, Vion, Anya, Lea, Rima, Jesika duduk di sofa. Axel, Agra dan Andi duduk di karpet bulu sedangkan Ansen duduk di single sofa dan Grey duduk di pangkuannya.

Suasana disana hening, bahkan mereka yang ingin berbicara saja belum ada yang memulai.

"Kalian ada urusan ya sama bunda dan ayah?" tanya Grey memecah keheningan.

"Iya dek." jawab Lea sembari tersenyum.

"Ohh gitu ya," kata Grey mengangguk, tak lama senyum manis. "kenalin nama aku Grey, anak bunda sama ayah."

"Hai Grey!!" seru mereka serentak dengan senyuman.

Tak lama Aila datang dan ditangannya ada nampan berisi minuman dingin. Aila menaruhnya di meja, dan ikut duduk di single sofa yang tersisa.

quadruplets (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang