4. Axelion Aloze Nyctophilic

38.1K 4.1K 77
                                    


Assalamualaikum wr.wb

Wahai penghuni wattpad yang sedang berbahagia, bergalauria, bersedihria--


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



☁️☁️☁️


Huft... .

Allen menghela nafas pelan. Ia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, andai ia bisa melihat mungkin ia akan percaya namun, sayang ia hanya bisa merasakan. Setelah membersihkan diri di bantu oleh para pelayan Allen memutuskan untuk pergi ke taman walaupun semuanya terlihat sama, setidaknya ia bisa menghirup udara segar.

Ini hari kedua ia berada di raga Putri Violetta, kemarin setelah sadar ia hanya bisa tidur makan tidur dan makan. Ia tak diizinkan melakukan apa pun oleh Raja Xavier. Sebenarnya sejak bangun gadis itu merasa diawasi namun mungkin itu pengawal yang berjaga.

"Di mana pun gue semuanya tetap sama, gelap." gumamnya pelan.

"Pelayan?" panggil Allen.

"Ya? Tuan Putri anda butuh sesuatu?" tanya pelayan itu.

"Siapa namamu?"

"Emm... n-nama saya Ana, Tuan Putri." jawab Ana.

"Ana bukankah aku memiliki Kakak di mana dia sekarang?" tanya Allen.

Kilasan memori yang terputar beberapa saat lalu masih teringat jelas di pikirannya. Hanya beberapa orang saja yang ia ketahui seperti Raja Xavier dan Kakak dari Putri Violetta. Karena penasaran dengan keberadaan Kakak dari Putri Violetta, Allen memutuskan untuk bertanya.

Axelion Aloze Nyctophillic, Putra Mahkota kerajaan Amethyst sekaligus Kakak kandung dari Putri Violetta. Bersikap dingin pada semua orang termasuk Violetta namun kenyataannya dia sangat menyayangi Violetta walaupun tidak ditanggapi oleh Violetta.

"Yang Mulia Putra Mahkota pergi mencari penyihir Vallery untuk mengobati Anda Tuan Putri." jawab Ana. Tanpa sadar membuat kedua sudut bibir Allen terangkat. Andai ia juga memiliki Kakak seperti Pangeran Axel yang akan melakukan apa pun deminya.

"Kau mencariku?" sahut laki-laki yang datang dari belakang.

"Hormat kami Yang Mulia Putra Mahkota." hormat semua pelayan membungkuk. Sedangkan Allen hanya duduk diam dan menatap lurus ke depan.

Pangeran Axel menganggukkan kepala. "Pergilah." perintahnya, beberapa pelayan yang berada di sana pamit undur diri. Sedangkan Pangeran Axel sedari tadi menatap punggung gadis di depannya.

"Baru kali ini kau mencariku, ada apa?" tanyanya.

"Tidak boleh?"

Pangeran Axel terkekeh. "Boleh saja." jawabnya.

"Kau tidak ingin melihatku? Kenapa hanya menghadap depan?" tanya Pangeran Axel bingung. Sepertinya dia belum tau tentang keadaan Allen sekarang.

"Aku terlalu muak melihatmu." alibinya.

"Benarkah? Ayo jawab dengan benar Vio,"

"Aku tidak bisa melihatmu." jawabnya.

"Jangan bercanda Violetta." desis Pangeran Axel raut wajahnya sudah tidak bersahabat.

Allen terkekeh. "Itu kenyataannya."

Pangeran Axel berjalan dan mendudukkan diri di samping Allen dan menatapnya tanpa berkedip. "Jangan menatapku." celetuk Allen tiba-tiba.

"Kau bilang tidak bisa melihatku lalu dari mana kau tau aku menatapmu".

"Hanya menebak." jawab Allen acuh.

"Ck jangan membohongiku." balas Pangeran Axel masih berusaha untuk berpikir positif.

"Apakah aku pernah berbohong?" pertanyaan Allen membuat Pangeran Axel terdiam. Pangeran Axel melambaikan tangannya di depan wajah Allen, tidak ada respons apa pun bahkan berkedip saja tidak. Pangeran Axel memegang kedua bahu Allen membalikkan badan Allen agar bisa melihat kedua bola mata sang Adik.

"Aku kehilangan penglihatan." lirih Allen entah perasaan macam apa yang ia rasakan, matanya kini berkaca-kaca. Rahang Pangeran Axel mengeras, lihatlah Adiknya yang biasanya menatap dirinya dengan dingin kini menangis di depannya.

Pangeran Axel merengkuh tubuh Allen ke dalam pelukannya, menyandarkan kepala Allen di dada bidangnya, tangannya mengelus surai sang Adik. "Maafkan aku tidak bisa menjagamu dengan benar." gumam Pangeran Axel merasa bersalah.

"Padahal ini salahku kenapa kau yang meminta maaf." balas Alen.

"Ini salahku tidak bisa menjagamu saat berburu dan tidak bisa menemukan penyihir Vallery sialan itu."

Allen terkekeh, "Kau menemukan dia atau tidak aku akan tetap tidak bisa melihat." Pangeran Axel mengurai pelukannya dan pengusap sisa-sisa air mata pada pipi Allen, menatap manik mata Allen di balas oleh Allen walau tidak tepat pada manik mata Pangeran Axel.

"Terima kasih sudah menghawatirkanku." ucap Allen tersenyum.

"Aku mendambakan senyumanmu itu, Adik. Ini pertama kalinya kau tersenyum di hadapanku dan terlebih lagi untukku." Pangeran Axel menyahut.

"Jika seperti itu maka aku akan selalu tersenyum untukmu, Kak."

"Apa katamu tadi?" tanya Pangeran Axel.

"Memangnya apa yang aku katakan?" Bukannya menjawab Allen malah bertanya kembali.

"Cepat ulangi perkataanmu Adik." tekan Pangeran Axel.

"Tidak ada pengulangan." jawab Allen.

"Ulangi."

"Tidak."

"Ulangi Violetta."

"Tidak."

"Jadi kau tidak ingin mengulanginya heh?" Pangeran Axel tersenyum miring.

"Ya—"

Belum selesai Allen menyelesaikan ucapannya Pangeran Axel lebih dulu menggelitiknya. "Hahahaha... ku mohon hentikan ini!!" teriak Allen diiringi tawa renyah, di karenakan Pangeran Axel menggelitikinya.

"Cepat ulangi perkataanmu Adikku."

"Tak a–kan hahahahahha hentikan..." Sudut mata Allen kembali mengeluarkan air mata, bukan karena sedih melainkan akibat tertawa.

"Cepat Violetta."

"Hahahaha hentikan Kakak ku mohon." ujar Allen memohon.

Pangeran Axel tersenyum bukan karena permohonan Allen tapi karena Allen memanggilnya Kakak. Pangeran Axel menghentikan aksinya dan kembali menarik Allen ke dalam pelukannya.

"Aku sangat senang kau memanggilku dengan panggilan Kakak." Allen tidak menjawab ia sibuk mengatur nafasnya.

Cup

Allen yang masih sibuk mengatur nafas terhenti. Ia menahan nafas terkejut, menegang karena Pangeran Axel tiba-tiba mencium keningnya. "Bernafas lah." Pangeran Axel terkekeh.

"Sudah waktunya makan siang, ayo ke ruang makan kita makan bersama dengan Ayah." ajak Pangeran Axel menggenggam tangan Allen.

"Ayo!" jawab Allen membalas genggaman tangan Pangeran Axel.


☁️☁️☁️


Hello everybody thanks for everything

See you next part

Pa pay

Desember

𝙰𝙱𝙾𝚄𝚃 𝙳𝙴𝚂𝚃𝙸𝙽𝚈 | 𝚀𝚄𝙴𝙴𝙽𝚉𝚈 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang