Assalamualaikum wr.wb
Hy para kawand ku
Jangan lupa vote , komen , follow and share ya!❤️
*****
Jangan terlalu berharap jika ujung - ujungnya harapan itu akan menjadi racun bagimu
AllensyaQueenzy
☁️☁️☁️
"YANG MULIA PUTRA MAHKOTA, PANGERAN AXEL SERTA TUAN PUTRI VIOLETTA MEMASUKI RUANGAN!!" Penjaga yang berada di depan pintu besar itu berteriak melihat Pangeran Axel dan Allen datang. Pangeran Axel dan Allen memasuki ruang makan yang disambut senyuman dari Raja Xavier.
"Hormat kami Ayah." hormat Pangeran Axel diikuti oleh Allen yang hanya mengikuti alur.
Raja Xavier tersenyum tipis melihat keakraban kedua anaknya. "Duduklah." perintah Raja Xavier. Semua pelayan yang berada di sana menunduk hormat pada Allen dan Pangeran Axel. Allen dituntun oleh Pangeran Axel menuju tempat duduk yang biasa ia duduki.
"Selamat makan." ucap Raja Xavier mulai memakan makanannya.
"Akan aku suapi." ujar Pangeran Axel pada Allen.
"Aku masih mempunyai tangan." celetuk Allen yang mendapat decakan dari Pangeran Axel.
"Ck, aku tidak suka penolakan."
"Aku juga tidak suka pemaksaan." balas Allen tak mau kalah.
"Sudah jangan bertengkar ini waktunya makan!" lerai Raja Xavier yang sedari tadi mengamati dua orang beda jenis itu.
"Buka mulutmu Violetta." perintah Pangeran Axel mau tidak mau akhirnya Allen membuka mulut dan makan dengan disuapi oleh Pangeran Axel. Ia juga berpikir pasti akan susah jika makan sendiri, ia belum terbiasa dengan keadaan barunya. Selanjutnya hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar karena berbicara saat makan dianggap tidak sopan.
☁️☁️☁️
Setelah selesai makan siang tadi Allen mengatakan bahwa ingin berlatih pedang namun tidak diizinkan oleh Pangeran Axel dan Raja Xavier, keinginan itu terlintas begitu saja dalam benaknya padahal ia yakin jiwa asli raga yang ia tempati ini pasti sudah mahir dalam menggunakan senjata. "Ayolah Ayah aku mohon izinkan aku."
"Tidak." Kini mereka sedang berada di ruang khusus milik Raja Xavier, tentu saja hanya ia dan anak-anaknya yang bisa memasuki ruangan tersebut.
"Baiklah kalau begitu aku ingin pergi keluar istana, aku bosan di sini."
"Tidak Vio." kekeh Pangeran Axel.
"Lalu apa yang harus aku lakukan di sini?"
"Tidak ada." balas Raja Xavier dan Pangeran Richard bersamaan. Allen menghela nafas lelah. "Lagi pula kau sudah bisa menggunakan senjata Vio." sahut Pangeran Axel, Allen terdiam sejanak mendengarnya.
"Dulu dan sekarang beda kakak, dulu aku bisa melihat namun sekarang tidak. Aku hanya ingin mengasah kemampuanku saja dalam keadaan berbeda." balas Allen memainkan peran dengan baik.
"Sekali tidak tetap tidak!" putus Raja Xavier tak ingin berdebat lagi. Wajah melas Allen berubah masam, ia menghentakkan kakinya kesal membuang muka dari kedua laki-laki itu walau percuma saja.
Matahari hampir tenggelam Allen memutuskan untuk kembali ke kediamannya di bantu oleh Pangeran Axel. Kini Allen sedang duduk di sebuah bangku yang berada di balkon kamarnya. Hanya sendiri tanpa di temani siapa pun begitu pikirnya, nyatanya senja masih setia menemaninya walau hanya sebentar saja.
"Gue masih hidup enggak ya di sana?"
"Ga mungkin juga sih bisa hidup." Hanya sedikit kemungkinan ia bisa hidup mengingat mobilnya yang berguling dan berakhir jatuh ke dalam jurang.
"Tapi setelah ngalamin hal yang ga mungkin kayak gini. Kayaknya masih bisa hidup sih." monolog Allen.
"Pengen keluar dari sini. Tapi gue sadar gue ga bisa keluar, gue kan buta. Gak bisa apa gue Bahagia?" Allen terkekeh miris.
"Mama, kakek kenapa kalian gak jemput Queen waktu itu? Queen pengen ketemu kalian tau." celetuknya di akhiri kekehan, memang kakek Allen memanggil Allen dengan nama tengahnya yaitu 'Queen'.
"Di sini banyak orang baik, orang yang sayang sama Queen. Oh ralat raga yang Queen tempatin." Tanpa sadar air matanya menetes membasahi gaun yang ia kenakan. Orang yang bersikap kuat di luar nyatanya rapuh di dalam. Orang yang bersikap dingin kini menangis tersedu-sedu. Allen memukul dadanya yang terasa sesak. Ia menghapus air matanya dengan kasar.
"Dulu kakek bilang, kakek bakalan selalu ada buat Queen tapi sekarang? Kakek ninggalin Queen. Kakek ajarin Queen buat jadi kuat, tapi alasan Queen jadi kuat malah pergi, kakek ninggalin Queen." Ia berujar dengan suara seraknya sesekali terisak.
"Kakek dulu pernah bilang kalo rindu Mama liat bintang aja, Bintang yang paling bersinar bisa jadi itu Mama. Queen kangen kalian tapi sekarang beda, Queen udah gak bisa liat bintang lagi. Semuanya gelap." ucapnya tertawa kecil.
"Queen pengen ketemu kalian, kalo belum bisa setidaknya Queen bisa ngerasain sedikit kebahagiaan di dunia ini bisa gak? Queen punya harapan ketinggian ya, sampe-sampe gak bisa terwujud?" Allen kembali menghapus air matanya kemudian beranjak dari duduknya, membalikkan badannya untuk masuk ke dalam kamar.
Prangg!!
Vas bunga yang terbuat dari permata dan emas itu hancur karena tak sengaja di senggol oleh Allen. Semua pelayan dan prajurit yang berjaga di depan kamar Allen langsung menerobos masuk tanpa permisi.
"Tuan Putri anda tidak apa-apa?" tanya Ana pada Allen yang mengepalkan tangannya.
'Nggak guna banget gue, kerjaannya cuma nyusahin orang.' batinnya terkekeh.
Ana membimbing Allen membawanya ke ranjang dan membantu Allen berbaring di sana. "Anda tidak terluka kan Tuan Putri?" Tanya Ana di balas deheman oleh Allen. Ana memanggil beberapa pelayan lainnya untuk membersihkan pecahan dari vas bunga tersebut. Allen masih diam, memejamkan mata masih dengan kepalan tangannya.
"Pergilah." perintah Allen.
"Tap—"
"Pergi." potong Allen dengan nada dinginnya semua pelayan yang ada di sana mengangguk kemudian pergi dari sana.
"Bener-bener gak guna! Idup cuman buat jadi beban." ucap Allen pada dirinya sendiri.
☁️☁️☁️
Makasih udah mampir🖤😭
Jangan lupa vote , komen, follow and share.
See you next part
Desember
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝙱𝙾𝚄𝚃 𝙳𝙴𝚂𝚃𝙸𝙽𝚈 | 𝚀𝚄𝙴𝙴𝙽𝚉𝚈 [End]
Fantasy𝐒𝐚𝐦𝐚 𝐡𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐧𝐜𝐚𝐧𝐚, 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐰𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐝𝐢𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧𝐤𝐚𝐧... Allensya Queenzy Beckham , gadis dengan segudang luka. Di jadikan samsak sejak umur delapan tahun, di tuduh sebagai pembu...