Keesokan paginya, Nikent memutuskan berangkat lebih pagi dari biasanya. Ia hendak berjalan-jalan guna merefreshing pikirannya.
Saat melewati sebuah taman bermain, Nikent menatap sebuah ayunan lalu teringat pada Vincent.
"Kamu duduk disini aja, Ken, biar aku yang bantu dorongin!" Pinta Vincent.
Nikent pun mengangguk menuruti lalu duduk di ayunan itu. Vincent menarik Nikent lalu mendorongnya dan ayunan itu pun berayun maju serta mundur membuat Nikent tertawa.
"Cepetin lagi, Vin!"
"Nanti jatoh, segini aja." Keduanya pun terlihat cukup menikmati suasana diayunan pada saat itu.
Nikent menghela nafasnya lalu memejamkan matanya sebentar, "nggak bisa apa, sehari aja gausah mikirin Vincent?" Tanya Nikent pada dirinya sendiri lalu memutuskan untuk pergi.
Nikent pun berjalan lagi dan menghirup udara segar di pagi hari. Saat menemukan sebuah danau, Nikent memilih duduk sebentar disana.
"Hufft ... Enak juga disini."
Nikent dan Vincent berbaring di tepi danau yang ditumbuhi rerumputan serta pohon yang rindang.
"Enak banget yah disini," Ucap Nikent.
"Kamu suka?" Tanya Vincent dan diangguki Nikent.
"Aku suka keindahan alam termasuk danau."
Vincent menatap Nikent sembari tersenyum, "kalo gitu aku nanti mau beli rumah yang deket sama danau atau pantai supaya kamu dan aku bisa ngerasain suasana damai kaya gini setiap hari. Kamu mau kan?"
"Mau banget, itu rumah impian aku dulu yang deket sama pantai!" Ungkapnya.
Vincent mengelus pipi Nikent, "sabar ya, sayang, impian kamu pasti bakal aku wujudin!"
Nikent pun tersenyum, "makasih ... Kamu peka banget!"
Lagi dan lagi ingatan Nikent kembali kepada Vincent, kenangan pada saat berbaring berdua di tepian danau, diatas rumput, dan dihalangi pohon yang rindang dari sinar matahari.
Plung!
Nikent melempar satu batu kecil yang ada di sampingnya ke dalam air danau, "kenapa harus dia? Omongannya aja yang terlalu manis tapi kenyataannya nggak ada!"
Nikent pun memutuskan untuk pergi dari danau dan melanjutkannya perjalanannya menuju sekolah.
Namun ia tak sengaja menatap kearah rumah pohon yang biasa Nikent dan Vincent datangi.
"Ngambilnya ati-ati, Vin, nanti kamu malah kejatohan mangga!" Ujar Nikent.
"Tenang aja, aku jago!" Ucapnya lalu memetik buah mangga yang terlihat sudah matang lalu mengupasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEAGRA [END]
Novela JuvenilNyasar di jalan emang udah biasa, tapi kalo nyasar ke raga orang pernah nggak? [BUKAN CERITA GAY!] Aleagra Renathan, pemuda tampan yang memiliki sifat bad boy, dingin, dan ketus. Pemuda tersebut selalu mengharapkan kasih sayang orang tuanya tiba-tib...