"Bang, kita jenguk Bang Junkyu bawa tangan kosong aja? Gak mau mampir dulu gitu beli bingkisan?"
Jeongwoo menatap Jihoon yang lagi nyetir mobil di kursi sebelahnya. Di jok belakang mobil Jihoon, ada Yedam dan Junghwan yang duduk manis. Rumah Yedam gak terlalu jauh dari keduanya, jadi ya seperti waktu mereka pulang ke rumah masing-masing, Yedam kembali jadi penumpang sopir ganteng itu.
"Iya nih. Mampir beliin buah kek atau apa gitu biar gak bawa tangan kosong aja kita." Yedam mengangguk setuju dengan pertanyaan Jeongwoo tadi.
"Oke, boleh deh. Kita mampir dulu. Udah ada info si Junkyu selesai operasi belum?"
"Katanya Bang Junkyu udah tiga puluh menit masuk ruang operasi. Pas kita sampe mungkin udah selesai, tapi pasti masih belum sabar."
Jihoon mengangguk mendengar penjelasan Junghwan yang dari tadi mantengin ponsel sambil berkirim pesan dengan Yoshi. Personal chat dong, biar ikut bucin kayak lain.
"Ada-ada aja emang si Junkyu. Kenapa gitu gak dari awal aja langsung diobatin, sekarang sampe parah begini."
"Nanti tanya sendiri lah sama anaknya, gue mana tau."
Jihoon mendengus. Kenapa sih adeknya ini julid banget?
Yedam di kursi belakang cuma bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Dia udah mulai terbiasa liat Jeongwoo yang tiba-tiba jadi julid begitu. Maklum lah, ajaran sesat Jihoon.
"Ah iya, Asahi jadinya ke rs sama siapa? Cio kan udah di sana dari kemarin,"
Jeongwoo memutar badannya menghadap Yedam yang bertanya demikian.
"Gak tau deh. Kalo bukan dijemput Bang Jaehyuk ya pasti sama Papanya gak sih?"
Yedam mengangguk-anggukkan kepala, berpikir yang sama.
"Kita mampir nya ke supermarket aja ya? Biar bisa beli banyak buah. Toh nanti yang makan gak mungkin si Junkyu doang,"
"Setuju!"
Mobil Jihoon terus melaju menuju supermarket terdekat sebelum beralih menuju rumah sakit berlian.
"Loh, Sa? Udah dateng aja. Sama siapa ke sini?"
Diperjalanan menuju ruang operasi, di mana katanya semua orang menunggu Junkyu di sana, Asahi berpapasan dengan Hyunsuk.
"Ah, dianter Papa Kak. Tapi dia langsung ke kantor gak bisa ikut jenguk,"
Hyunsuk mengangguk. Keduanya melanjutkan langkah menuju ruang operasi.
"Asa! Sini," Jaehyuk melambaikan tangan dengan senyum cerah saat melihat kedatangan Asahi bersama Hyunsuk.
"Asa doang yang di sapa njir. Kakak lo yang keren transparan nih?" Hyunsuk mendengus menatap sang adik.
Jaehyuk hanya tersenyum ke arah Hyunsuk tanpa membalas. Kembali lelaki itu beralih menatap Asahi dan meraih lengannya agar duduk di sebelahnya.
Hyunsuk dan yang lain cuma geleng-geleng kepala ngeliat Raja Bucin beraksi.
"Udah, anggep aja mereka berdua itu batu. Gak penting, jangan dianggep. Biarin mereka mau ngapain aja, jangan peduliin."
Perkataan Yoshi disambut tawa kecil dari orang-orang yang memenuhi lorong di depan ruang operasi. Iya, cuma mereka aja yang memenuhin satu lorong di depan ruang operasi itu. Suasana di sana tidak terlalu tegang, pasti ada saja kelakuan ajaib dari para cucu Kakek Kim itu.
"Ini operasinya sampe kapan ya? Lama gak? Abang gak bakal kenapa-kenapa kan?" Doyoung dari tadi terus merasa gelisah. Berkali-kali lelaki yang sering dijuluki kelinci itu menatap pintu ruang operasi dan jendela buram yang memperlihatkan bayangan di dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home || Treasure
RandomWarn! Lapak bxb! Mpreg! Homophobic dni! *** Ketika enam cucu kesayangan Kakek Kim di jodohkan dan di perintahkan untuk tinggal di satu rumah yang sama dengan tunangan mereka. *** "INI HUBUNGAN GUE SAMA GON GIMANA DONG KALAU DI JODOHIN?!" "Terima...